VII. New House, New Partner

67 6 0
                                    

⚠️ bilingual content (menggunakan dua bahasa)
(Kalo gak ngerti, bisa belajar cari artinya sendiri di Google Translate karena di sini gak akan aku kasih terjemahan)

⚠️ bilingual content (menggunakan dua bahasa)(Kalo gak ngerti, bisa belajar cari artinya sendiri di Google Translate karena di sini gak akan aku kasih terjemahan)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagi gue, lo bukan orang lain lagi. Usually, I don't trust anyone, but you are an exception.

-Ezhar Mahagana Gevan Birendra-

•••••


Sejak sampai di rumah Ge, terhitung sudah tiga kali Mei menelepon sang tuan rumah namun tak kunjung diangkat oleh lelaki itu. Gadis ini sudah berdiri lima belas menit di luar rumah sambil terus merapatkan jaketnya karena angin pagi yang cukup dingin.

Semua barang bawaannya yang terbilang sedikit, mampu Mei bawa hanya dengan menggunakan motornya.

Untuk menghilangkan hawa dingin di tubuhnya, Mei mencoba berjalan mondar-mandir di depan rumah sambil melompat-lompat.

Di saat dia akan menelepon Ge lagi, pintu rumah itu terbuka. Tampak sosok Ge hadir dengan mata yang sangat menyipit, rambut acak-acakan, kaos putih polos menempel di badan.
"Mei ..." panggilnya dengan suara yang bagi Mei sangat menyebalkan.

"Isshh...jangan ngedesah gitu. Geli tau," sembur Mei sambil menggeliat.

Ge semakin menyipitkan matanya. "Apa sih, Mei? Siapa yang ngedesah?"

Mei menatap lelaki di depannya ini sengit. Tak ingin menjawab lagi, dia mendorong Ge ke pinggir agar dia bisa memasukkan barangnya dan mencari kehangatan di dalam rumah.

"Besok besok kalo lo minta telpon lagi buat dibangunin, gue gak mau," gerutu Mei. Dia melihat Gastya teronggok tidur di atas sofa ruang tamu dengan beberapa selimut menutupi tubuhnya.

"Ngapain minta telpon? Lo kan udah di sini," sahut Ge sesekali menguap masih dengan suara seraknya.

Mei sontak mendelik tajam.

"Apa?" tanya Ge bingung.

"Emang kenapa kalo gue udah di sini?"

"Ya lo bisa bangunin gue langsung lah ke kamar."

"Idiihh?"

Ge malah terkekeh melihat wajah Mei yang telanjur geli.

"Emang kenapa? Gak boleh?" tanya Ge.

"Ada fitur teknologi di hp namanya alarm."

"Lebih mempan pake alarm hidup. Terbukti kan?"

"Gak usah modus sama gue."

Sontak lelaki itu tertawa sambil mengacak rambutnya sendiri. "Sejak kapan sih gue jago modus, Mei?"

Mei mengangkat bahu. "Ya gatau. Lo kan temenan sama Gastya. Kali aja diajarin sama dia."

G in Luv (END)Where stories live. Discover now