XXXV. Confess?

23 3 0
                                    

💙💜💙💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💙💜💙💜

Kurang dari dua bulan lagi adalah waktu dimana turnamen diadakan dan setelah itu akan ada banyak tryout sebelum ujian untuk kelas dua belas. Ge dan kawan-kawannya tentu sudah mengantisipasi itu. Setelah sepakat berbaikan di kantin, Mei berinisiatif membuat semacam jadwal untuk mereka sehingga mereka tidak akan lupa waktu antara belajar dan berlatih. Selain itu, Ge yakin teman-temannya pasti bisa melalui keduanya dengan baik karena dukungan satu sama lain.

Selain Kaishi yang sudah memiliki jadwal les, setiap hari Senin sampai Jumat, yang lain akan menghabiskan waktu belajar ketika sepulang sekolah sampai pukul enam setelah itu berlatih selama satu jam dan pulang ke rumah masing-masing. Di hari Sabtu dan Minggu, mereka akan olahraga dulu di pagi hari. Penghujung minggu, Mei menyediakan waktu bagi mereka sedikit bebas untuk menghilangkan stress sebelum sore harinya mereka akan latihan sampai lelah.

Tentu saja Mei tidak lupa bahwa dirinya juga harus mengikuti kompetisi daya ingat yang pernah ia diskusikan dengan Pak Gani. Meski ini adalah kompetisi terakhirnya di SMA, dia tetap harus melakukan yang terbaik. Begitu kira-kira yang dia janjikan kepada almarhum sang ayah.

"Mei, lo lupa," celetuk Ge ketika dia dan Mei sama-sama beristirahat setelah jogging di taman kota selama beberapa menit. Keduanya duduk di pinggir trotoar sembari meluruskan kaki. 

Mei mendengar pertanyaan itu ketika dia asik memperhatikan orang-orang lalu lalang berlari di belakangnya. Lehernya memutar menatap si penanya dengan alis mengernyit. "Lupa apaan?" tanyanya balik.

"Lo janji mau kasih tau gue alasan lo pergi dari BGV setelah gue baikan sama Kaishi."

Mei teringat hal itu dan dia terkekeh. Sementara Ge menatap gadis itu kesal. "Katanya atlet daya ingat tapi lupa sama janjinya sendiri," cibir lelaki itu.

Seolah tak terima, Mei menatap Ge dengan menantang. "Gue gak pernah bilang kalo itu adalah sebuah janji dan gue ingat itu."

Ge bisa merasakan kalau Mei adalah pribadi yang sama tak mau kalahnya seperti dia. "Whatever, pokoknya lo berhutang itu sama gue karena gue udah baikan sama Kaishi."

"Hm... Mulai dari mana, ya?" Mei bergumam. Mungkin bisa dimulai dari ketika dia mendengar obrolan antara Gave dan Bagas di halaman belakang waktu itu, mengenai bagaimana Gave tahu tentang cedera Gyan dan ingin membawa Mei pergi dari HOF dengan kontrak fantastis, dengan begitu, HOF tak akan berdaya karena kehilangan dua orang hebat di dalam timnya walaupun pada akhirnya rencana busuk itu ketahuan. Wah, mengingatnya saja, emosi Mei seakan kembali membara. Dia heran, kenapa bisa ada orang sejahat dan selicik Gave di dunia ini?

Gadis itu menceritakan apa yang dia alami di markas BGV selama seminggu dia bergabung di sana. Mungkin Mei bisa saja betah berada di sana kalau saja Gave tidak ada. Para laki-laki di sana begitu menjaganya dan memperlakukannya seperti seorang satu-satunya adik perempuan. Siapa yang tidak betah dijaga oleh enam orang lelaki tampan? Bagas, Zayn, Orion, Kaze, Levin, dan Shihan. Menceritakan mereka membuat Mei jadi rindu.

G in Luv (END)Where stories live. Discover now