XXXVI. Stone and Cotton Candy

20 3 0
                                    

💙💜💙💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💙💜💙💜

Pasca kejadian di taman kota, rumah Ge mendadak jadi bisu seharian. Yang ada hanya suara lembar buku dibalik dan suara game. Tidak ada yang bicara. Ketika Ge yang tadinya duduk di ruang tamu pergi ke ruang latihan untuk bermain game, Mei baru merasa leluasa seakan tadi ada yang mencekiknya.

Jujur saja, dia cukup merasa bersalah pada Ge. Dia sama sekali tidak bermaksud menolaknya.

"Lo tolol!" Gyan mendadak menghardiknya seraya mendorong kening Mei.

"Tolol apaan sih?" Protes Mei.

"Sepolos apa sih lo hah? Ditembak gitu doang kaget."

"Heh, emang lo pikir cewek lain gak bakal kaget gitu?"

"Ya tapi kagetnya itu seneng, gak kaya lo."

Mei memberikan tatapan sinis. "Iya, gak kaya gue! Gue kan emang beda!" balasnya super ketus.

"Terus lo maunya ditembak kaya gimana? Pake bunga? Pake lilin? Pake puisi? Pake kue? Gila! Itu bukan lo banget!"

Mei menghela napasnya penuh kekesalan. Gyan tidak tahu apa-apa. Semua itu memang terdengar klise dan mainstream, tapi Mei belum pernah merasakannya, jadi jauh di lubuk hati, Mei ingin merasakannya sekali saja. Se-klise apa sih? Se-mainstream apa sih? Memangnya bisa cuma gara-gara ditembak seperti itu membuatnya terperanjat, kagum, tersentuh, terharu, atau malah ilfeel?

"Terserah apa kata lo deh. Gue mau ke kamar mandi." Kelima lelaki yang tengah latihan soal itu menatap punggung Mei yang bertolak ke kamar mandi.

Zyandru menyenggol lengan Gyan. "You know nothing, Gyan," celetuknya.

Gyan malah bingung. Dia mendapat tatapan mengejek dari Gastya. "Denger tuh, you know nothing!"

"Dia sahabat gue, apa yang gak gue tau tentang dia?"

"Hatinya," jawab Kaishi. Mereka berempat mengalihkan tatapannya. Tak disangka Kaishi mengikuti obrolan ini.

"Lo gak tau hatinya mau apa dan gak akan pernah tau," ucapnya dengan tangan sibuk mencatat dan mata sibuk membaca.

"Gyan, she's tough, but she is a girl. Dia masih tetap seorang cewek, gadis, perempuan. You see her as a strong and independent girl who doesn't need a flower, but she herself try to realize that she can be weak sometimes."

"Dru, dulu dia selalu nolak kalo dibilang lemah. Selalu menganggap dirinya bisa dan kuat."

"Iya, tapi sejak tinggal sama Ge dan bergaul sama kita para cowok, dia mulai sadar, mau se-mandiri dan se-kuat apapun cewek, dia masih butuh sandaran. Dia mungkin keliatan gak butuh apa-apa dengan kemandiriannya, tapi dia pasti pernah merasa kesepian dan butuh seseorang juga. Dia juga pengen diperlakukan seperti cewek pada umumnya."

"Tapi gue liat... She seems don't need a man. She can live with her own."

"Kamu gak dua puluh empat jam di sini sama mereka Gyan. Kamu gak tau apa aja yang udah terjadi di antara mereka di sini."

G in Luv (END)Where stories live. Discover now