💙💜💙💜
Pagi-pagi sekali setelah matahari mulai naik ke permukaan, Mei sudah berada di halaman markas BGV bersama motor matic kesayangannya yang membawa koper dan tas. Dia menatap gedung tinggi dengan perasaan tak karuan. Setumpuk rasa bersalah terhadap Ge membuat dadanya sesak dan susah bernapas, tapi dia harus bertahan setidaknya tiga bulan. Tiga bulan itu sangat berharga untuk Ge dan sekarang Mei mengecewakannya.
Di tengah pemikirannya yang kacau, tiba-tiba segerombolan pemuda datang dari arah kanan. Mereka ada enam orang. Di lihat dari penampilannya, Mei rasa umur mereka jauh di atas Mei dan gadis itu mengenal wajah-wajahnya sebab mereka sama seperti Mei yang juga seorang streamer dan atlet e-sport.
"Cari siapa?" Tanya satu orang yang auranya terlihat mendominasi dan Mei tebak dia adalah kapten dari BGV.
"Cari kak Gave," jawab Mei.
Beberapa laki-laki lain melihat barang yang dibawa Mei kemudian menatap Mei dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan curiga sekaligus cemas.
"Gave? Ada perlu apa?"
"Gu—"
"Heyyy! Look who's coming here?" Gave tiba-tiba datang dari arah yang sama sambil bertepuk tangan. "Gue kira lo gak akan sampai sepagi ini, tapi ternyata lo cukup excited juga."
"Gave, dia siapa?" Tanya laki-laki tadi.
Gave menepuk pundaknya. "Nanti gue kenalin. Sekarang kalian selesaiin dulu kegiatan kalian. Lari!" titahnya.
Mei masih bergeming sejak kedatangan Gave tadi sampai laki-laki ini menepuk bahunya untuk menyadarkan.
"Lo masih ngantuk?" Mei menggeleng sebagai respon dari pertanyaan Gave.
"Sekarang gue antar lo ke paviliun." Gave membantu Mei mengambil kopernya kemudian berjalan diekori Mei.
"Cowok-cowok tadi itu, pemain BGV?"
"Iya."
Gave memperlambat langkahnya sehingga Mei bisa berjalan sejajar dengannya. "Yang tadi ngomong itu namanya Bagas, dia kaptennya," jelasnya.
"Yang pake kacamata, namanya Orion. Yang rambutnya kriting, namanya Kaze. Yang paling kurus, namanya Zayn. Yang sipit, namanya Xiao Zi. Dia satu-satunya pemain asli China yang kita punya. Terakhir, yang paling pendek, namanya Levin, dia seumuran sama lo."
Mei hanya mengangguk aja mendengar penjelasan itu tanpa minat. Umur mereka beberapa ada yang di atas Mei, jadi Mei rasa sulit untuk beradaptasi dengan orang dewasa itu. Meskipun Mei adalah ketua OSIS, tapi dia termasuk orang yang tidak mudah dekat dengan orang baru.
"Cuma mereka?"
"Ada lagi. Tapi lagi ke luar negeri. Ada turnamen lain. Kapan-kapan gue kenalin kalo udah balik."
YOU ARE READING
G in Luv (END)
Teen FictionTinggal bersama di satu atap dengan orang yang bahkan bukan teman dekatnya tidak pernah terlintas di pikiran Mei atau Ge. Duo murid paling disegani ini tiba-tiba saja terjerat dalam keadaan tersebut. ••••• Sepakat menjadikannya simbiosis mutualisme...