XL. Potentially Yes

26 4 0
                                    

💙💜💙💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💙💜💙💜

Seperti Mei yang tengah fokus dengan kompetisinya sendiri, Ge dan teman-temannya mulai fokus juga dengan kompetisi mereka dan tentu saja tidak ketinggalan waktu belajar mereka. Sesuai misi mereka kepada orang tua masing-masing menjelang berakhirnya masa SMA, jika ingin terus berkarir di dunia e-sport maka mereka tidak boleh meninggalkan akademik atau membiarkan akademik anjlok.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan kecuali masalah Gastya karena sampai saat ini, orang tuanya terutama sang ayah belum seratus persen menyetujui hobinya di dunia e-sport. Gastya masih sering minta izin diam-diam untuk belajar bersama sekaligus berlatih di rumah Ge kepada sang ibu karena hanya ibunya lah yang mengizinkannya. Tentu saja dia tidak ingin mengecewakan sang ibu.

"Mau kemana kamu?"

Gastya merasakan sekujur tubuhnya merinding mendengar suara itu. Dia seolah membeku di tempat. Bukankah ini hati kerja? Kenapa ayahnya ada di rumah? Gastya tidak bisa memastikan hari ini dia akan selamat dari wejangan sang ayah.

"Mau... Belajar sama Ge."

"Yakin belajar?"

"Yakin, Yah."

"Gak bisa belajar sendiri di rumah?"

"Nggak. Materinya nggak masuk di otak."

"Makanya jangan kebanyakan main game. Main game aja bisa cepet nangkap, giliran pelajaran lambat banget."

Tidak ada yang lebih menyakitkan di hati Gastya selain kalimat sang ayah tadi. Seolah tidak ada hal bisa dia lakukan selain bermain game. Seolah tidak ada yang lebih berharga bagi sang ayah selain nilai akademik yang tinggi. Seolah hobi tidak ada gunanya bagi manusia seperti dirinya.

Gastya sudah kebal dengan kalimat seperti itu sampai rasanya ingin menangis pun tidak bisa. Laki-laki ini mati rasa namun dia masih bisa optimis menjadi seperti teman-temannya yang cerdas. Lingkaran pertemanannya bukan pertemanan yang sembarangan. Justru mereka membuat Gastya tidak putus asa atau tertekan karena omongan sang ayah.

"Ayah." Kanikka memanggil sang ayah ketika ia turun tangga dengan tas bersiap untuk les.

"Kenapa kak Gastya gak boleh main game?"

"Main game itu gak ada gunanya, Nikka. Bikin kecanduan, bikin rugi."

"Tapi itu hobi kak Gastya."

"Hobi apa? Hobi itu gak berguna." Bima tak tahan untuk tidak memaki.

Kanikka tampaknya berhasil mengendalikan emosinya karena makian sang ayah. Dia membalas santai, "Kalo ayah bilang hobi itu gak berguna, berarti hobiku pole dance juga gak berguna, ya?"

"Kalo kamu beda. Kamu itu berbakat di sana makanya ayah dukung."

"Tapi kak Gastya juga berbakat main game, ayah."

G in Luv (END)Where stories live. Discover now