XXXII. The Thing You Don't Know

18 2 0
                                    

💙💜💙💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💙💜💙💜

Mei baru saja keluar dari ruang Wakasek untuk memberikan berkas-berkas mengenai rencana pelaksanaan HUT sekolah kepada pembina OSIS agar nantinya panitia pelaksana dapat meninjaunya.

Kewajibannya sebagai pengurus OSIS sebentar lagi akan selesai setelah dia dinyatakan purna dan digantikan oleh pengurus baru. Dia akan bisa fokus kembali setelah itu.

"Dikit lagi," gumamnya pada dirinya sendiri.

Seperti biasanya, pada jam istirahat kedua, Mei tidak akan pergi ke kantin. Kakinya melangkah keluar dari gedung induk, melewati lapangan dan menuju gedung perpustakaan.

Dia naik ke lantai dua gedung itu dimana menjadi tempat bagi ruangan-ruangan ekstrakurikuler dan ruangannya, ruang OSIS-MPK-Kamtib.

Siapapun yang dekat dengan Mei pasti tahu kalau gadis itu lebih suka menghabiskan waktu di ruang OSIS saat istirahat kedua dan tidak ada tugas. Dia memang suka makan, tapi pergi ke kantin tidak pernah menjadi prioritasnya ketika jam istirahat kalau saja tidak ada yang mengajaknya.

Ketika tangannya baru mendorong pintu ruangan itu dan kakinya menginjak lantai sejengkal, matanya menangkap sesosok laki-laki di salah satu kursi tengah membelakanginya. Laki-laki itu mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, terlihat tengah bermain game di sana.

Tepat di meja di depan laki-laki itu ada sebuah buku, sebuah pulpen, minuman, dan roti. Mei bukan tidak tau dia siapa, gadis ini bisa menerkanya dari rambutnya yang berantakan.

Mei sama sekali tak menyapanya karena takut mengganggu konsentrasi bermainnya. Dia cuma duduk di salah satu kursi dan mulai melakukan urusannya sendiri, yakni berlatih soal-soal ujian.

Tanpa dia ketahui, orang yang tengah berada bersamanya di ruangan itu turut mengamati dia lewat kaca jendela yang memantulkan bayangan. Laki-laki ini menyunggingkan senyumnya yang setipis tisu dibagi dua.

Sepuluh menit dalam keheningan dan hanya bertemankan suara deru AC dan hawa dinginnya, laki-laki ini akhirnya bangkit dari tempat duduk dan membereskan semua barang-barangnya. Mei sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula ataupun terusik dengan adanya gerakan dari ruangan itu. Jari jemarinya terus menulis rumus dan angka-angka yang ada di kepalanya.

Sampai akhirnya dia dikejutkan dengan sebuah dorongan keras di keningnya serta suara keras di mejanya. Baru saja ia akan memaki orang itu namun sosoknya sudah tidak ada di ruangan. Hingga dia menyadari sesuatu menempel di keningnya. Sebuah post-it.

Gak diperhatiin apa gimana sih? Kaya orang kurang gizi. Lo gak dikasih makan sama mereka?

G

Mei melihat apa yang ada di mejanya setelah membaca itu. Sebuah roti yang tadi dia lihat dan minuman berupa yoghurt anggur. Dia tersenyum kecil.

"Ngapain juga pake diisi inisial?" Gumamnya malu-malu.

G in Luv (END)Where stories live. Discover now