XVIII. So Whipped

37 5 0
                                    

"Oke, semua udah ada solusinya, sekarang tinggal masalah lo sama Mei," cecar Gyan

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Oke, semua udah ada solusinya, sekarang tinggal masalah lo sama Mei," cecar Gyan.

Belum Ge membuka mulutnya untuk bicara, pintu rumah lebih dulu di buka dan muncul lah Mei dengan wajah pucat, berjalan tertatih, dan tangan kadang memegang perut kemudian kepala.

Para lelaki itu mengamati Mei dengan raut cemas, terutama Ge. Mei bahkan tidak menyapa mereka semua yang jelas-jelas duduk di meja makan.

"Mei, kenapa?" Gastya membuka suaranya.

"Berisik! Diem!"

Laki-laki itu tentu saja terkejut dengan balasan ketus Mei. Padahal dia bertanya baik-baik tadi. Sambil melihat kepergian Mei, Gastya merasa sedih. Yang bermasalah adalah Mei dan Ge, tapi dia ikut kena getahnya padahal dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun terhadap Mei.

"Gastya, sorry. Dia jadi marahin lo." Ge meminta maaf mewakili Mei.

"Ge, gue rasa kayanya ada yang gak beres sama Mei," balas Gastya.

"Eh iya! Sekarang jam berapa? Kok Mei udah pulang?" Mereka bersamaan melihat jam ketika Gyan mencetus seperti itu.

Jam sembilan malam.

Tentu saja mereka semakin heran. Memang benar, ada yang tidak beres pada Mei. Gadis itu biasanya akan pulang paling cepat jam setengah sebelas malam, dan paling lambat jam setengah dua belas malam.

Ge segera bergegas menuju kamar Mei, diikuti oleh teman-temannya.

Mereka melihat Mei sudah tertidur sambil menyelimuti dirinya bak kepompong. Sementara Gyan dan yang lain menunggu di sisi ranjang, Ge mencoba duduk di pinggir kasur perlahan agar tidak membangunkan Mei.

Setengah wajah Mei tertutup selimut, tapi Ge masih bisa melihat dari daerah mata hingga dahi, kulit Mei tampak memerah.

Tangannya terulur untuk menyentuh kening gadis itu. Punggung tangannya terasa hangat cenderung panas ketika meraba kulit Mei.

Gadis ini sakit. Dia demam.

Ge menghela napasnya seakan sudah bisa menduga keadaan Mei ini cepat atau lambat akan terjadi. Dan benar saja. Belum dua puluh empat jam Ge memberi gadis itu 'wejangan', Mei sudah mendapatkannya.

"Kalian kalo mau pulang, gak apa-apa. Besok kita lanjutin obrolan yang tadi," ucap Ge pelan.

Ke-tiga temannya terdiam mematung. Mereka seolah tidak ingin meninggalkan Mei atau Ge dalam keadaan seperti itu, terutama Mei.

"Gue mau nginep--"

Tiba-tiba saja ponsel Gastya bergetar dan membuat dia berhenti bicara. Nikka meneleponnya.

"Kak Gastya, aku udah selesai latihan. Jemput, ya."

Gastya mengusap keningnya seraya memejamkan mata. Bisa-bisanya dia lupa kalau sekarang menjemput Nikka dari tempat les sudah menjadi jadwal tetapnya. Waktunya sangat tidak tepat, di saat dia ingin ikut menemani Mei, dia harus menjalankan kewajibannya sebagai kakak.

G in Luv (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن