XXVIII. Not Her Fan

16 3 0
                                    

💜💙💜💙

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

💜💙💜💙

"Gave," panggil Mei ketika Gave hendak melangkah keluar dari teras paviliunnya.

Gave berhenti namun belum berbalik. Dia tersenyum singkat. "Ya?" Responnya.

"Gue gak liat ada paviliun lain di sini. Jadi anggota yang lain tinggal di mana?"

Gave menunjuk gedung utama BGV dengan dagunya. "Mereka punya kamar masing-masing di sana, jadi lo jangan khawatir. Mereka gak akan ganggu privasi lo."

Sesungguhnya, Mei bukan menghawatirkan hal itu. Tentu saja Mei tahu siapapun tidak akan bisa mengusik privasinya, tapi ini artinya hanya dirinya saja yang tinggal di paviliun bukan? Apakah cuma dia yang diberi hak se-istimewa itu? Bukankah itu cukup aneh?

"Lo bisa ke sana waktu makan malam atau kalo lo pengen latihan. Nanti agak siangan gue bawa lo jalan-jalan ke gedung utama."

Mei mengangguk tapi tatapann curiganya belum lepas dari Gave. Bagaimana bisa laki-laki terlihat begitu ramah kepadanya padahal saat pertama kali bertemu, dia begitu memancarkan aura permusuhan dengan adiknya sendiri. Mei masih tidak percaya bahwa Gave adalah orang baik.

"Oh iya, satu lagi," celetuk Gave ketika hendak berbalik lagi. "Lo kelahiran tahun berapa?"

"2005."

"I'm older than you and don't forget, BGV menyukai anggota yang punya sopan santun," jelas Gave, tersirat.

Dia berjalan menjauh kemudian terhenti lagi karena balasan Mei. "Exactly! Yang punya sopan santun..." Tekannya. Gadis itu membalas tatapan menantang Gave. "Mungkin buat BGV, menawarkan kontrak kepada anggota dari tim lain secara diam-diam juga sikap yang sopan, right?"

Gave merasakan amarahnya mengalir ke tangan dan membuatnya mengepal erat untuk menahan semua amarah itu mengingat yang dia hadapi sekarang adalah seorang gadis.

"Lidah lo tajam juga, ya."

~~~

"Ngapain ke sini?"

"Ngapel."

Ge yang tengah duduk di meja belajar menatap tajam Gyan yang berdiri bersidekap dan bersandar di bibir samping pintu karena respon itu. Dilihat dari wajahnya, jelas-jelas Ge sedang tidak minat bercanda.

"Lo bau. Jangan masuk kamar gue." Ge berusaha mengusir Gyan menggunakan alasan bahwa Gyan belum mandi setelah berlatih. Padahal dia tahu Gyan tidak punya bau badan menyengat meski berkeringat sebanyak apapun.

"Makanya gue buka pintunya biar bau badan gue keluar," kilah Gyan masih tetap dalam posisinya.

"Kalo gak ada yang penting, mending pulang. Lo juga udah bukan bagian HOF lagi."

"Siapa bilang? Sekarang gue itu manajer kalian."

"Siapa yang nunjuk? Lagian HOF sebentar lagi mau gue bubarin."

G in Luv (END)Where stories live. Discover now