XXXIV. Begin Again?

18 3 0
                                    

💙💜💙💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💙💜💙💜

"Gue kira lo masih sendiri, Ge, ternyata ada yang udah balik." Ge dan Gyan bicara berdua di halaman rumah, tepat di sebelah motor masing-masing sembari menunggu Mei mengambil tas dan mengunci pintu

"Gue lupa kasih tau lo." Ge hanya membalas sekadar. Dia kemudian menoleh menatap Gyan. "Dan lo ngapain tumben kesini?"

Gyan mengangkat bahunya. "Cuma mastiin aja, siapa tau lo ngelakuin sesuatu soalnya lo gak balas chat gue sama sekali dari kemarin."

"Posesif banget nih ceritanya?"

"Pede banget nih?"

"Sialan." Ge mengumpat setelah tidak bisa membalas Gyan.

Gyan terkekeh kecil tanpa suara dan memperbaiki posisinya. "Ngomong-ngomong nih, lo sama Mei udah baikan, tapi lo belum baikan sama—"

"Belum baikan sama siapa?" Mei datang menyela sambil mengunci pintu.

"Sama—"

"Bukan sama siapa-siapa." Ge menyela cepat.

Mei dengan cepat menangkap sinyal ketidakberesan dari jawaban Ge dan Gyan yang bertentangan. Gerakannya berubah melambat dan melempar tatapan tajam pada Ge.

"Yuk berangkat," ajak Ge.

"Gyan, dia belum baikan sama siapa?" Mei mendesak Gyan. Baru Gyan hampir menjawab, Ge membalas lagi. "Bukan siapa-siapa, Mei."

"Siapa, Gyan?"

Ge geram. Dia berdecak dan bergerak menarik kunciran rambut Mei dan membuat gadis itu mundur ke belakang secara paksa. "Ge, sakit! Apaan sih?! Rambut gue berantakan!" Dia memberontak berusaha memukul tangan Ge.

"Lagian lo ngeyel! Dibilangin bukan siapa-siapa."

"Kalo bukan siapa-siapa kenapa tadi Gyan ngomong gitu?"

Ge melirik Gyan berusaha menahan emosi. Dia berpikir alasan lain. "Gyan bukan lagi ngomongin gue."

"Terus ngomongin siapa?"

"Udah telat, ayo berangkat."

"Jawab dulu! Ganti topik mulu."

"Gue tinggal nih?"

"Ya udah, gue berangkat sama Gyan aja." Mei hampir berjalan ke arah Gyan tapi Ge kembali menarik gadis itu.

"Lo mau dikatain pelakor?" Ge memegang kedua pipi Mei hingga bibir gadis itu memanyun.

Mei melepas paksa cengkraman Gue dari wajahnya. "Mereka tau gue sama Gyan cuma sahabatan!"

Ge yang geram mengacak-acak rambut lurusnya yang belum disisir menjadi semakin berantakan. Mei tertawa melihat itu. "Kebiasaan banget sih gak pernah sisiran. Liat tuh, udah kaya abis kesetrum."

G in Luv (END)Where stories live. Discover now