LV. What's Your Decision?

17 3 0
                                    

💙💜💙💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

💙💜💙💜

"Mau putus?" Tanyanya kemudian hingga membuat Mei menoleh cepat.

"Maksud lo?"

"Ya daripada lo pusing sendiri sama status kita, kita udahan aja. Gue gak mau lo merasa terbebani dengan itu."

"Terus menurut lo kita bakal baik-baik aja dengan jadi saudara?"

"Setidaknya ada kejelasan, Mei."

"Ya tetep aja..." Entah apa yang membuat Mei menghentikan kalimatnya. Ada rasa tak rela di hatinya. Matanya mencari apakah Ge memang benar ingin mengakhiri hubungan hanya demi dirinya atau karena sudah tidak tertarik lagi dengannya.

"Apa?" Tanya Ge bingung. Mei menatapnya begitu lekat.

"Gue bingung ... lagi."

"Tuh kan... Daripada lo harus bingung seumur hidup, mending pilih salah satu aja, jadi pasangan atau saudara?"

Mei tidak melihat bahwa Ge tak suka lagi padanya, yang ia lihat adalah kepasrahan.

"Kalo jadi saudara, kita bersama selamanya, terus ada jaminan gak kalo jadi pasangan kita bakal selamanya?" Tanya Mei gamang.

"Kalo lo mau."

Selain kepasrahan, Mei juga merasa Ge menjawab pertanyaannya dengan sangat santai, seolah dia tidak merasakan tekanan apapun. Padahal Mei sendiri sudah pusing tujuh keliling memikirkan ini.

"Ge, serius dong, kalo lo manut-manut aja, gue jadi makin bingung," bujuknya.

Ge tersenyum tipis dan mulai memainkan pasir di kakinya. "Mei, gue bukannya gak serius, tapi gue gak mau ngatur lo. Apapun tentang hidup lo, ya cuma lo yang berhak ngatur."

"Kita gak bisa jadi saudara, Ge."

"Oke, alasannya?"

"Alasan? Ya menurut lo aja. Kita udah sedeket ini, bahkan pacaran, terus ujung-ujungnya kita cuma berakhir sebagai saudara? Perasaan gue berarti sia-sia dong?"

"Ya udah, bukan cuma lo, gue juga, tapi kita bisa apa? Kalo boleh maksa, gue juga gak mau jadi saudara lo."

Kedua kepala itu menyiratkan pemikiran yang sama. Tidak ada yang tahu bagaimana Tuhan membawa jalan hidup ke depannya. Selalu ada twist pada setiap cerita, termasuk cerita hidup.

"Emang kalo gak jadi saudara, ayah lo izinin?" Tanya Mei.

Ge bergumam dan mengangkat bahu. "Gue belum bicara soal itu. Kalo lo mau, gue bakal diskusi lagi sama ayah."

Selangkah lagi, keraguan dalam lubuk hati Mei terangkat. Gadis itu tersenyum kecil. "Makasih," ujarnya.

"Makasih apa?"

Mei mengalihkan pandangannya ke arah laut walaupun masih dibalut senyuman. "Buat semuanya."

"Makasih karena lo udah dengerin keresahan gue, udah nemenin gue, dan udah dateng ke hidup gue. Makasih," sambungnya.

G in Luv (END)Where stories live. Discover now