XXXIII. How I Ended Up

15 3 0
                                    

💙💜💙💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💙💜💙💜

"Kak, lo sibuk gak abis ini?" tanya Mei kepada Orion yang duduk di sebelahnya.

Orion baru saja selesai mengelap mulutnya setelah makan malamnya tandas. Dia mengangkat alisnya kepada Mei, "Nggak, kenapa Mei?" Tanyanya.

"Lo bilang mau main sama gue. Kita main abis ini aja gimana?" Ajak Mei.

"Hah? Kak Orion... Ternyata lo... Ckckck dia masih seumuran gue, kak!"

Bagas seketika menoyor kepala Levin yang selalu bicara seenaknya tanpa memperhatikan sekitar. Bagaimana bisa bocah ini berpikiran jauh lebih dewasa ketimbang kakak-kakaknya yang lain. "Lo nonton lagi kan?" Bagas bukannya bertanya, tapi lebih ke arah menuduh.

"Kak Bagas, gak boleh gitu. Itu namanya fitnah."

"Mau fitnah atau nggak, lo juga yang dosa kalo bohong," ejek Bagas.

"Vin, justru gue ngerasa, Mei jauh lebih aman temanan sama Orion atau Bagas ketimbang sama lo," timpal Zayn.

Mei memandang mereka dengan ekspresi geli. Ternyata candaan laki-laki bisa se-frontal ini. Untung saja dia tidak pernah mendengarnya ketika bersama Ge dan teman-temannya.

"Jangan bikin image gue jelek, dong. Lo ngomong gitu seolah gue tuh gak pantes punya temen," protes Levin.

"Kalo otak lo masih gituan mulu isinya, ya emang gak pantes," sahut Kaze.

Di sisi lain, Shihan daritadi hanya berdiam diri menyimak pembicaraan karena memiliki keterbatasan bahasa untuk berkomunikasi. Dia tak begitu mengerti bahasa Indonesia jadi Bagas membantunya menerjemahkan ke bahasa Inggris. Semoga saja Bagas menerjemahkan dengan baik.

"Kaya kalian gak pernah nonton aja," ejek Levin.

"Siapa yang gak pernah? Pernah, tapi kan masih dalam batas wajar." Orion melawan ejekan Levin dengan santai.

Zayn mendukungnya. "Vin, saran gue, lo kurang-kurangin deh nonton gituan. Bikin otak tercemar. Sagapung melulu."

"Sagapung apaan?" Tanya Mei.

"Weiss udah dulu ya pembahasan malam ini. Jangan diterusin." Bagas memutus percakapan atau percakapan itu akan semakin mencemari otak mereka semua termasuk Mei yang mana satu-satunya gadis di sana, masih SMA pula. Dia menatap personilnya satu persatu memberi peringatan tersirat.

"Mei, emangnya tadi lo bilang mau main apa sama Orion?" Tanya Bagas mengklarifikasi maksud perkataan Mei.

"Main game, kak. Kak Orion pernah ngajakin duluan."

"Tuh! Makanya punya otak itu minimal dibersihin dua kali seminggu!" Seru Zayn, seraya menertawakan wajah masam Levin.

"Ya udah. Tapi inget jangan sampe lewat jam sepuluh malam. Waktunya tidur." Bagas mengingatkan.

G in Luv (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang