LIII. Honest

24 3 0
                                    

💙💜💙💜

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

💙💜💙💜

Di saat langit sudah menjelang jingga dan matahari hampir turun, pekerjaan mereka selesai. Para lelaki selesai membangun tenda dan para gadis sudah selesai menyiapkan alat untuk makan malam. Hanya tinggal menghidupkan api unggun di malam hari untuk menghangatkan dinginnya angin pantai.

Ketika di rasa matahari tenggelam hampir tiba, sembilan anak SMA itu buru-buru mengambil posisi nyaman di atas pasir untuk menikmati senja di langit jingga yang hampir menggelap. Anak-anak itu duduk berjejer tanpa seorang pun mengabadikan momen matahari tenggelam dengan ponsel sebab mereka sendiri sudah menyeting kamera tersendiri.

"Gak kerasa, ya, bentar lagi kita bakal lulus. Mulai mikirin masa depan, fokus sama diri sendiri," ungkap Zyandru membuka obrolan di tengah sepinya deru ombak yang menabrak bibir pantai.

"Ternyata tiga tahun itu pendek," sambung Mei.

"Boleh gak sih SMA itu waktunya enam tahun? Gue gak rela pisah sama kalian..." Ucap Gastya dramatis.

"Apapun yang berlebihan itu gak baik." Gyan bicara sambil menutup mata.

"Kalian jangan lupa, Saras bahkan gak bisa menghabiskan sebagian waktunya di sekolah." Ge menambahkan. Saras tersenyum menatap lelaki itu.

"Itu makanya gue pengen masa SMA itu lebih dari tiga tahun."

"Awalnya gue skeptis kalo orang bilang masa SMA itu masa-masa paling indah dan gak boleh dilewatkan, tapi setelah ngalamin sendiri, masa SMA kayanya emang bakal susah dilupain," ungkap Mei.

"Karena ada beberapa momen yang hanya bisa kita rasakan saat SMA dan gak akan bisa diulangi," sambung Kaishi.

Dalam hatinya, masih banyak hal yang tidak bisa ia ucapkan lewat kata-kata. Menurut Mei, masa SMA-nya penuh suka dan duka. Masa dimana remaja sepertinya butuh validasi terhadap pemikiran yang impulsif dan jiwa yang labil. Mei mulai mengerti arti kedewasaan dalam menyikapi sesuatu ketika ia menghadapi suatu masalah seperti yang terjadi baru-baru ini.

"Kalo gak ketemu sama kalian, kayanya gue gak akan ngerti arti kerjasama dan cara menyikapi keadaan. Terima kasih udah mau jadi temen gue dan tahan sama emosi gue," ungkap Ge jujur. Ia belum pernah bicara sejujur ini bahkan pada dirinya sendiri, tapi kini ia berani berkata jujur kepada teman-temannya.

Ge kehilangan cinta dan rasa nyaman sejak ibunya pergi, tapi bersama HoF, ia merasa menemukan kembali rumahnya. Bertemu Mei, ia menemukan sebuah rasa antusias terhadap sesuatu lagi. Rasa antusias untuk mencari sesuatu dan mencapai sesuatu. Hubungannya dengan HoF dan Mei memang tidak begitu mulus, tapi di sana ia bisa memperbaiki dirinya.

"Nanti kita bisa kumpul-kumpul kaya gini lagi gak, ya?" Gumam Nirmala.

"Kayanya bakal susah," balas Zyandru. Nirmala sontak mengalihkan perhatian kepada laki-laki itu.

G in Luv (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora