5. (s)he's a chip off the old block

1.4K 113 9
                                    

warning for this chapter: murder

· · • • • 𓏸 • • • · ·

"Lehermu baik-baik saja?" tanya Andrew, mengamati plester coklat yang menempel di leher pria itu.

Yoongi mengangguk. "Terluka saat bercukur pagi tadi." Lukanya membentuk cupangan ungu. "Kudengar Benjamin sudah mati."

"Sudah. Saat kubilang dia tidak bakalan mati karena tidak mengganggu Darren, Darren mendapat informasi kalau Maurielle bercinta di club dengan pria itu. Dia murka dan memutuskan untuk tak membiarkan Benjamin bernafas lagi."

"Dia membunuh Benjamin cuma karena dia berhubungan intim dengan Elle?" tanya Yoongi lagi.

"Ya. Sudah ada 3 orang yang mati karena keputusan semalam Darren itu."

Dia menarik ke atas satu sudut bibirnya, menemukan fakta kalau yang semalam adalah aksi balas dendam. Dia ingin Yoongi dilaporkan juga, kemudian Darren bisa membunuhnya. "Sial."

"Apa?"

Yoongi mengumpat terlalu kencang. Dia cuma menggeleng menjawab pertanyaan Andrew. "Ada yang tahu siapa yang melaporkan kepada Darren?"

"Entahlah. Kau sendiri?" Andrew langsung menembaknya.

"Tidak. Aku baru mendengarnya hari ini kalau itu dilaporkan. Kenapa kasusnya cuma 3? Jarang ada yang melaporkan Maurielle kalau begitu," ucap Yoongi terus berpura-pura tidak tahu untuk mengais lebih banyak informasi tentang gadis itu.

Dalam hati, pun, Andrew tertawa melihat kebohongannya. Tetapi dia juga menunggu kapan Maurielle bakal bertindak.

"Mereka yang mengetahui informasi tentang Maurielle lebih suka menyimpannya sendiri. Bukan cuma dua kali, banyak sebelum ini yang mengganggu anak perempuan Darren itu berakhir mati di kamar apartemennya," sahut Andrew, melayang mengingat kejadian di awal rekrutannya sendiri, satu temannya mati. Tidak ada yang tahu kenapa sampai mereka mendengar fakta-fakta tentang pembunuhan yang dilakukan Maurielle.

"Ba-bagaimana mereka mati?" tanya Yoongi, kepercayaandirinya mulai menurun. Ternyata dia salah sangka. Dia pikir semalam itu pembalasan dendam yang membuat nyawanya berada di tangan Darren. Pembunuh sejatinya tepat di depan matanya.

Andrew melihat gelagat tak biasa dari Yoongi. Dia ingin tahu apa yang sedang terjadi. Kemudian dia menjawab pertanyaan Yoongi sebelumnya. "Ada jarum beracun yang menancap di alat kelamin yang masih ereksi; atau paling mengerikan—aku dengar—dia membuat kissmark di leher korbannya kemudian saat lengah dengan pisau kecil menyayat nadi mereka."

Bulu kuduknya meremang. Untuk pertama kalinya Yoongi takut dengan gadis itu. Tangannya meraba cupangan di leher yang ditutupi plester, kemudian miliknya yang berada di antara kakinya. Semalam. Semalam harusnya adalah tanggal kematiannya. Dia nyaris mati dua kali.

"Kau jangan sampai berurusan dengan Maurielle. Dia tidak kalah gilanya dengan Darren"

Yoongi memikirkan kapan gadis itu bakal kembali dan membunuhnya.

~❉~

Maurielle duduk di single sofa berwarna pastel empuk di kamarnya. Mengambil jarum yang terselip di jepit rambut kemudian mengamati benda yang ujungnya sangat tajam itu. Mengingat alasan sepele yang membuatnya memutuskan untuk tidak menggunakan jarum tersebut semalam.

"—setidaknya semua manusia punya sisi itu, ya, kan?"

Mungkin karena dia ingin orang tahu kalau dia tidak mirip dengan Darren. Dia tidak sama jahatnya dengan iblis itu. Namun kemudian, kalau dipikir-pikir, dia juga yang memutuskan untuk menjadi seperti Darren. Dia tidak melepaskan orang yang dibencinya sampai mereka mati. Fakta Yoongi berbicara benar semalam, membuatnya semakin membenci pria itu.

Semakin banyak korban, semakin mirip dirinya dengan Darren.

Elle menaruh jarum itu jepit rambutnya lagi sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Dia mau mengunjungi markas anak buah Darren. Jaraknya cuma 10 menit dari mansion menggunakan aston martinnya. Elle pergi mencari Simon.

"Aku mau tahu siapa pengganti Benjamin, Simon," katanya. Bukan sebagai permintaan melainkan perintah. Gadis itu memutuskan tidak berhenti cuma karena ucapan Yoongi semalam. Dia tidak perlu membuktikan kepada siapapun kalau dirinya orang baik.

Simon juga patuh-patuh saja mengeluarkan dua map berisi berkas orang-orang yang sedang Darren minta selidiki.

"Ada dua orang. Suami istri. Salah satunya seorang jurnalis yang beberapa hari lalu merilis berita gagalnya uji klinis tahap 3 Antrexfom (nama obat yang sedang dikembangkan salah satu anak perusahaan Pierson Group)."

Elle mengangguk-angguk. Melihat informasi pria yang menjadi target Darren selanjutnya. Dia cuma lihat-lihat saja, belum memutuskan apa-apa. Mereka pasangan muda. Belum masuk kepala 4, tetapi sudah membuat masalah dengan Darren. Well, Elle jelas mengakui itu salah Darren, tetapi sebagian besar musuh-musuh Darren itu tidak sama baiknya dengan dia. Mereka juga punya tujuan yang sama salahnya.

"Berapa waktu yang diberikan Darren?" tanya gadis itu lagi.

"Sudah diikuti sejak sebulan yang lalu. Kemudian karena mr. Darren yakin mereka sudah mempunyai semua datanya, cuma tiga hari."

Elle terkekeh. Membayangkan dirinya bersama orang sekarat membuat kerongkongannya kering. Maurielle sudah mengambil keputusan untuk tidak menjadi orang baik.

"Boleh aku tahu besok dia ada dimana?"

To be continued...

Ellegirl [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang