16. a penny for your thoughts

897 110 18
                                    

Sebelum lupa, ini bon-chaptnya karena doi update ㅠㅠ selamat membaca jangan lupa vote dan komennya ^^

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Yoongi berusaha menyingkirkan tangan yang sedari tadi melingkar di tubuhnya dengan sangat kencang. Dia tidak tahu apa yang sudah dilalui gadis itu sampai sebegini keras kepala menahannya agar tidak pergi kemana-mana. Sepanjang malam terus memastikan apakah tidak ada bagian tubuhnya yang terluka kemudian kembali memeluknya.

Keduanya berbaring di atas kasur dalam kamar apartemen Yoongi, terjaga di posisi itu selama mungkin.

"Siapa yang mengajakmu kesana?" tanya Elle, membuka bibirnya bersuara.

"Seorang teman baruku," jawab Yoongi. Kemudian balik bertanya, "bagaimana kau bisa ada disana?"

Gadis itu menggumam, "bisa saja." Elle ingin bertanya yang lagi, tetapi mengurungkan niatnya. Rasanya dia tidak bisa lama-lama membahas duel di gang Partkinson, ternyata masih ada luka yang belum sepenuhnya terobati.

"Kau tidak penasaran hari ini aku melakukan apa saja?" tanya Elle pada akhirnya, bertanya pertanyaan lainnya, kepalanya tidur di atas dada pria itu, memastikan ia terus mendengar detak jantungnya berdetak dengan normal.

Yoongi menggeleng. "Yang pasti aku sudah tahu vaginamu sudah baik-baik saja, ya, kan."

Elle mengeratkan pelukannya. "Kau tidak marah?"

"Kenapa kau terus berusaha memvalidasi perasaanku? Memangnya apa yang bakal kau lakukan kalau aku bercinta dengan orang lain—"

"Membunuhmu, membunuh wanita itu. Membunuh siapapun yang berani menyentuhmu."

Pria itu tertawa, kemudian tangannya mengambil gelas berisi wiski di atas meja nakas sebelah ranjangnya. Menyesapnya sedikit demi sedikit. Dia tidak ingin melanjutkan topik yang itu lebih jauh, belum siap dengan segala kemungkinan yang akan ia dengar. Jadi ruangan itu kembali sunyi, cuma ada deruan nafas dua manusia yang bimbang dengan perasaan mereka—dan detak jantung Yoongi yang cuma didengar Elle saja.

"Aku tidak tahu kau suka bertarung," ucap Elle, mengusap-usap perut sixpack pria itu dan terus mengucap dalam hati kalau dia benar-benar baik-baik saja.

"Hanya itu yang kulakukan untuk mendapat uang," ungkap Yoongi, kemudian menambahkan, "tapi beberapa minggu terakhir sebelum pergi ke San Jose aku tidak melakukannya lagi. Tidak ada alasan untuk mengumpulkan uang dan melanjutkan hidup. Aku hampir bunuh diri ketika temanku bilang dia punya sebuah informasi tentang pekerjaan ini."

"Kau harus melalui itu sebelum bertemu denganku," gumam Elle muram. Selanjutnya gadis itu berhenti mendengarkan detak jantung Yoongi, memilih mendongakkan kepala menatap wajah pria itu. "Kita pertama bertemu di mansion, kan. Apa yang kau pikirkan tentangku saat wajahku begitu kacau keluar dari ruangan Darren?"

Yoongi mengangkat tangannya, menyentuh ringan wajah gadis itu, menangkup pipinya yang pucat kemudian mengusapnya kecil. Bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan sekarang, permainan apa yang sedang mereka mainkan?

"Tidak memikirkan apa-apa. Aku tidak begitu ikut campur masalah orang lain."

Elle menggenggam tangan pria itu, menjadikannya tumpuan kepala. "Tapi kemudian kau melaporkanku pada Darren," desisnya.

Yoongi terkekeh, ia menarik satu tangannya yang lain yang sebelumnya berada di belakang kepala untuk menangkup lagi wajah Elle. "Itu topik yang berbeda. Kan, memang pekerjaanku. Waktu itu kita tidak saling kenal."

Elle memutar bola mata mengalah. "Lalu apa yang kau pikirkan saat melihatku bersama Benjamin di club itu?"

Pria itu menerawang ke dalam ingatan, mencari kaset dari berbagai kejadian lalu diputar. "Oh, gadis itu sedang memberontak, cuma ingin memancing ayahnya agar lebih memperhatikan dirinya. Begitu."

Ellegirl [M] ✔Where stories live. Discover now