🔞》36. when it rains it pours

2.6K 82 54
                                    

Oke karena aku sendiri yang nawarin kapan mau update lagi terus pada minta double update malam ini, sekaligus aku beneran nangis chapter sebelumnya bertabur komen ㅠㅠ

Jadii karena mood-ku lagi senankk—bangeett—yah selamat membacaa (*‿*✿)

ps. yang kangen yoonelle sama yang nungguin nasib elle gimana sabar yaa (•̀ᴗ•́)و sabar juga buat liat kelakuan Yoongi chapter ini

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Yoongi sedikit ragu untuk melakukannya, dia juga berpikir untuk tidak melanjutkan sesuatu yang tampak hampir dimulai itu. "Kau yakin dengan ini?" tanyanya menggumam pelan, mencari jawaban yang dia inginkan agar bisa segera berhenti. Namun, jawaban yang didapatkannya berbeda dari yang diharapkan. Gadis di depannya tersenyum, mengangguk yakin sekali, kemudian pria itu merasakan lehernya dilingkari sebuah tangan.

"Aku ingin yang pertama bersamamu," lirih gadis itu. menelan air liurnya gugup. Kemudian matanya memejam sebelum kepalanya mendongak, kakinya berjinjit, dan dengan sisa kewarasannya menempelkan bibirnya pada bibir pria di hadapannya.

Yoongi masih diam ketika bibirnya dicium. Tangannya berada di pinggang gadis itu, sedikit menahannya agar tidak semakin mendekat. Sesekali ikut melumat, tapi kemudian berhenti, menarik dirinya ketika bayangan Maurielle lewat. Manik matanya berbeda. Hazel terkejut lalu menatapnya bertanya-tanya. Beberapa hari ini pria itu tampak kaku dan canggung. Permintaannya malam ini juga bukan sesuatu yang aneh, kan?

"Kau baik-baik saja?" Hazel mencicit.

"Iya," ucap Yoongi, tersenyum kecil, matanya melayang ke ruangan tempat mereka lagi berdiri, kemudian menatap Hazel lagi. "Takut ibumu mendengar," katanya mendusta.

Hazel terkekeh mengetahui pria di depannya mengkhawatirkan sesuatu seperti itu. Tentu saja. Keduanya saat ini di apartemen Hazel setelah Yoongi setuju untuk berkunjung.

"Sudah kubilang ibuku sudah tidur, tidak akan mendengar apapun," bisik gadis itu, tertawa malu. "Sungguh, tidak apa-apa."

Yoongi tersenyum simpul, mengangguk sembari menyugar rambutnya ke belakang. Tidak bisa kemana-mana lagi, rasanya ini tidak benar, rasanya tidak menginginkan hal ini terjadi karena alasan-alasan yang mengganggu terus pikirannya. Alasan Maurielle.

"Kalau begitu aku mau ke kamar mandi dulu," katanya, tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Hazel. Pergi dari hadapan gadis itu dengan langkah buru-buru. Masuk ke kamar mandi, mengunci pintunya, kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

Ia kelewat frustasi merindukan Maurielle. Persetan dengan semuanya yang terjadi, dia terus berpikir harusnya malam ini menjadi sangat sempurna karena ada gadis itu di sampingnya, bukan seperti ini malam Natal yang diinginkannya.

Katakan dirinya memang tidak punya malu padahal beberapa hari yang lalu baru saja menyakiti gadis itu. Ia mengirim pesan kepada Elle, bertanya dimana keberadaannya. Yoongi akan tetap datang jika gadis itu tak ingin ditemui, karena setidaknya memandang Elle dari jauh, memastikan dia baik-baik saja sudah cukup.

Tetapi tidak ada balasan.

Ponselnya pun mati saat Yoongi mencoba menghubunginya. Pria itu mengumpat pelan, tidak tahu harus kemana di tengah badai ini. Maurielle tidak ada dimana-mana baik di mansion atau di The Devil Eden setelah ia bertanya kepada teman-temannya yang lain.

Yoongi menyerah begitu cepat. Ia menyimpan lagi ponselnya dalam saku lalu melangkah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya membeku tatkala melihat pemandangan seorang gadis yang berdiri di hadapannya saat ini, malu-malu, terlihat sangat cantik dan menggoda dengan lingerie berwarna merah. Darahnya berdesir. Baru ini dia mendapati Hazel dengan pakaian yang cukup—sangat—terbuka daripada outfit rumah sakitnya. Pikirannya kacau.

Ellegirl [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang