13. it is always darkest before the dawn

1.1K 116 3
                                    

Oke double update langsung karena doi beneran update ㅠㅠ

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Yoongi menenggak alkoholnya, mengabaikan rengekan yang berasal dari kamar tidurnya dengan menyetel televisi dengan volume keras-keras. Sudah satu botol yang habis tapi dia belum saja mabuk. Kadang pria itu bangga dengan toleransi tinggi alkoholnya, kadang juga kesal karena harus membeli lebih banyak gelas dari orang-orang toleransi normal biasa.

"Yoon, kesini sebentar..."

Pria itu pergi ke lemari alkohol. Mengambil botol wiski yang lain yang sisa sedikit juga, kemudian berjalan ke balkon. Menutup pintunya agar tidak ada suara yang menembus, mengganggu ketenangannya.

Angin menerpa tubuhnya yang cuma mengenakan kaus hitam dan celana tidur yang senada. Mengamati San Jose yang temaram. Ia menenggak sedikit demi sedikit. Tidak ada memori pedih yang menemani ketika ia minum. Yoongi tidak ingin mengingat bagaimana kedua orang tuanya meninggalkan dirinya, dia tidak begitu peduli pada orang-orang yang sudah mengkhianatinya pula, apalagi lelah-lelah memikirkan cinta masa lalunya. Biasanya pria itu cuma memikirkan masalah hari ini ketika menenggak alkohol, ketika sudah bangun dari hangover atau blackout, esoknya masalah itu akan sudah dilupakannya.

Saat ini Yoongi tidak punya masalah. Dia punya tempat tinggal, minuman, uang di bank, dan pekerjaan.

dan seorang gadis yang sangat merepotkan.

"Aaaaakkkkkhh!"

Pria itu menahan emosinya mendengar teriakan nyaring dari dalam apartemennya. Ia menjungkirbalikkan botol yang sudah kosong habis diminum, tipsy, hidung dan telinganya berubah merah, penglihatannya agak membaur tapi masih lumayan sedikit banyak jelas. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar, menemukan seorang gadis yang tidur disana cuma dibalut bra dan celana dalamnya.

Untung Yoongi bukan tipe yang mesum saat mabuk, jadi dia biasa saja melihat kelakuan Maurielle si gadis gila.

"Kenapa?"

"Aku ingin bertanya bagaimana besok aku bisa pipis kalau rasanya masih sesakit ini?"

Yoongi mendengus kesal, menggaruk kepalanya, pergi lagi dari kamar. Menutup pintunya kali ini tetapi masih bisa mendengar gadis itu meneriakkan namanya nyaring. Ia berjalan ke lemari alkoholnya lagi, mengambil vodka dan menuangkannya ke dalam gelas, menambah dua kotak es batu. Pergi lagi ke kamarnya untuk tidur.

"Berhenti pergi lagi!" seru Elle ketika pria itu masuk ke dalam kamarnya. Yoongi membalasnya dengan memutar bola mata. "Jangan kemana-mana—"

"Ini hari liburku. Aku cuma ingin bersantai, bukannya mengurus seorang gadis yang vaginanya sakit karena kesalahannya sendiri!" sahut Yoongi, menenggak habis vodka di gelas yang rencananya ingin ia sesap sedikit demi sedikit karena kepalanya pening. Kemudian menaruh gelasnya di atas nakas dengan kencang.

Elle tersentak kaget. Dia masih belum terbiasa dengan teriakan pria itu. Mulutnya terkunci diam, takut kalau dia bicara lagi Yoongi akan kembali mengamuk padanya.

Sementara pria itu duduk di pinggir kasurnya. Menunduk menjambak rambutnya frustasi. Diam, memunggungi Elle. Kemudian satu menit selanjutnya Maurielle melihat tangan disodorkan di depannya. Kepalanya mendongak, terkejut mendapati Yoongi sudah menggenggam tangannya.

Pria itu bergerak mengusap lembut, mengadahkan kepala lalu menatap manik abu yang berkaca-kaca. "Kau sudah cukup membahayakan hidupmu beberapa tahun terakhir, hentikan sekarang juga," ucap Yoongi, menarik nafas panjang, kemudian tangannya bergerak mengusap rambut Elle.

Elle menundukkan kepala. "Hidungku sudah patah 6 kali, tulang rusukku patah 2 kali, Darren membunuh ibuku tepat di depan mataku, tapi rasanya harga diriku tidak pernah dijatuhkan sebegini jatuhnya. Jadi aku tidak tahu bagaimana harus mengatasi perasaanku saat ini," gumam gadis itu, mengingat ucapan dari orang-orang di klub tadi dan bagaimana ia hampir diperkosa tapi tak punya kekuatan untuk melawan lagi.

Yoongi membawa gadis itu ke dalam pelukannya, mendekapnya hangat, menghirup manis minyak rambutnya, dan ia bisa merasakan kausnya basah.

"Masih banyak ingatan yang lebih menyenangkan daripada ucapan-ucapan tolol orang-orang teler itu. Mereka bahkan tidak ingat lagi siapa gadis yang ditemuinya di club tadi dan apa yang mereka ucapkan. Kau cuma tidak beruntung hari ini, bukan berarti hidupmu sia-sia seluruhnya," gumam Yoongi, mengusap rambutnya menenangkan gadis itu. Maurielle merasa dilecehkan dan seumur hidupnya baru kali ini ia menghadapi hal itu. Yoongi tak sepenuhnya paham pada apa yang dirasakannya, tetapi kalau kata-katanya bisa membantu meringankan sakit kepala, tidak ada salahnya.

"Tadi aku dengar orang menyebutku pelacur. Apa kau juga berpikir begitu tentangku?"

Yoongi diam, dia sempat bicara sesuatu yang sama, sih. Tetapi ya mampus saja kalau dia menjawab jujur. "Tidak—"

"Pasti iya. Kau lama sekali berpikirnya," cerca Elle memukul dada pria itu. "Usap bagian belakang tubuh bawahku. Meskipun aku sudah mandi dan kubersihkan sebersih mungkin, rasanya masih ada jejak tangan dan penis orang itu."

Yoongi menghela nafasnya. Maurielle tetaplah Maurielle. Tangannya turun, mengusap lembut bagian yang sebelumnya disebutkan itu dari luar celana dalamnya. Tidak ada sentuhan sensual yang menggoda. Elle tersenyum. Nyaman. Hangat. Berada di pelukan pria itu sangat hangat. Seperti menemukan rumah.

To be continued...

Ellegirl [M] ✔Where stories live. Discover now