18. spill the beans

1.2K 111 4
                                    

warning for this chapter: mentioning death, toxic family

· · 𓏸 · ·

Yoongi sedang menikmati makan malamnya di salah satu restoran Korea di San Jose bersama teman baru yang sebelumnya ia sebutkan pada Maurielle. Teman barunya itu setahun lebih muda darinya, sama-sama di tim penguntit, namun dia sudah lebih lama bekerja untuk Darren—katanya sejak umur 21 tahun. Dia juga dari Korea, tetapi sudah sejak itu tidak pernah kembali kesana. Jadi Yoongi diajak pergi ke restoran itu untuk menemaninya makan-makanan yang dirindukannya.

"Tanganmu sudah baik-baik saja?" tanya Yoongi, mengambil sebuah telur gulung dengan sumpitnya kemudian menaruhnya di atas mangkuk nasi pria itu, bagaimanapun dia masih lebih tua darinya.

"Sudah, beberapa hari lagi gipsnya bakal dilepas. Aku sudah bisa bekerja di misi selanjutnya setelah liburan ini," katanya, menggigit telur gulung itu dan menyuap nasinya kemudian. "Aku mau masuk tim mu, hyung."

"Hentikan memanggilku hyung. Tidak ada panggilan seperti itu di Amerika, kan. Kau mau kupanggil sunbaenim, Hoseok Sunbaenim?"

Hoseok—nama teman baru Yoongi— tertawa terbahak-bahak. "Jangan sunbaenim. Aku juga memanggil hyung ke orang-orang yang dari Korea dan lebih tua dariku, kok. Tenang saja, jangan terbebani. Kalau hyung mau kuajari sesuatu katakan saja."

"Ada yang lain yang orang Korea di tim mu sebelumnya?" tanya Yoongi, menghentikan perdebatan tentang sebutan panggilan dan mengalah saja membiarkan Hoseok memanggilnya dengan apapun.

"Ada banyak daripada orang-orang di tim mu. Nanti kukenalkan. Ada Namjoon, dia sudah 2 tahun; kemudian Seokjin hyung—dia bisa di bilang tangan kanan Simon juga ketua tim dua."

"Simon itu sudah bekerja lama dengan Darren, ya?"

"Simon sudah 13 tahun begitu, kira-kira," jawab Hoseok mengangguk. "Dia dan Darren tidak bisa dipisahkan."

"Aku penasaran kalau begitu apa sebenarnya Darren pernah punya musuh yang menargetkan dirinya, bukan seperti kita saat ini memata-matai mereka?" tanya Yoongi lagi, sebenarnya banyak yang membuatnya penasaran, atau informasi, dia tidak ingin ada kesalahan seperti hari pertamanya bertugas.

"Sempat beberapa kali. Mereka yang menargetkan Darren tidak terlalu gila, trik biasa seperti beberapa mengawasi dengan masuk menjadi tim, kemudian saat lengah mengambil kesempatan menyerang kita. Paling parah itu kasus maid yang disekap, itu kepala maid, jadi jelas saja orang-orang itu cuma memberi peringatan. Tapi akhirnya Darren memberikan yang diinginkan mereka setelah berdiskusi."

Yoongi mengangguk-angguk mengerti, tetapi sepertinya masih banyak sekali yang ingin ia ketahui. Yang tidak ditulis dalam kontrak kerjanya. Tentang keluarga Pierson. Kupikir Darren sendirian? Dia tidak punya keluarga besar? Pierson?

Senangnya Hoseok juga tahu banyak hal tentang itu, jadi dia selalu bisa menjawab pertanyaan Yoongi dengan baik.

"Benar. Pierson itu keluarga besar. Darren itu lima bersaudara, dia anak pertama, makanya mewarisi seluruh Pierson Group. Sisanya tiga orang: ada yang di Dubai; Rusia; dan Jepang. Semuanya pengusaha besar, hyung. Mereka punya pulau, gunungan emas—aset tujuh turunan.

Yoongi berdeham, kepalanya pusing mendengar semua kekayaan itu. Mengukur sekarang dia ada di mana. Darren tidak butuh penerus? Anak laki-laki?

Oh, entah, kalau itu. Tidak pernah dengar, tetapi yang pasti bukan orang yang bukan Pierson. Dia obsesi pada darah, pada keturunan Pierson.

Eh, kau bilang lima? Tetapi tadi baru tiga.

Hoseok mengernyit. Ah, iya. Marcellius Pierson, katanya, teringat. Kudengar dia mati tertembak beberapa tahun yang lalu. Sudah begitu lama. Dia yang satu-satunya tinggal di San Jose bersama Darren, mereka membangun Pierson Group bersama setelah hampir jatuh.

Ellegirl [M] ✔Where stories live. Discover now