63. calm before the storm

490 83 29
                                    

Eaaarlyyyyy publishh karena Min Yoongi tampan sekali :")

warning for this chapter: trauma, mental illnes

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Keadaannya jadi tambah parah. Bayangan bayangan itu kini muncul lebih sering apalagi ketika dirinya sendirian. Di kamar mandi, melepas pakaiannya, mengenakan pakaiannya di closet, melihat sinar matahari yang masuk ke celah gorden yang terbuka, bahkan Maurielle tidak bisa menelan sarapannya dua pagi ini. Setiap selesai makan—bersama Yoongi, dia akan pergi ke kamar mandi, membuka toilet, lalu menusuk pangkal tenggorokannya dengan telunjuk yang ia masukkan ke dalam mulut untuk memuntahkan isi perutnya. Bayangan pagi itu dan Jackson menghantuinya.

Gadis itu melangkah ke dalam kamarnya setelah pergi tadi untuk meminta sesuatu pada maid, senyumnya mengembang melihat seorang pria yang tengah menyambutnya dengan entah apa, pesta kecil, di atas ranjang.

"Kau bilang kehidupanmu di mansion tidak mewah; sebuah kebohongan. Aku minta apapun itu dan mereka menyiapkan semuanya," ucap Yoongi, melahap satu bulatan anggur ungu yang tampak sangat manis. Ada buah-buahan, keripik, dan minuman, dan televisinya sekarang lagi menyetel sebuah film action original Netflix. "Mereka bahkan rutin mengganti perbanku dan mengobati lukaku."

Elle bergabung naik ke ranjang di sisinya, mengecup bibir pria itu lalu tersenyum lebar. "Kau minta mereka melayanimu, pun, mereka akan bersedia," bisik Elle, lalu tertawa kecil, tubuhnya ia bawa naik duduk di pangkuan Yoongi lalu kembali mencium bibirnya.

"Tidak perlu, aku punya kau," balas Yoongi, balas bergerak melumat bibir sang puan setelah memasukkan satu anggur ke dalam mulutnya, memainkan bulatan kecil itu bersama Maurielle, benar-benar membuat ciuman mereka terasa manis.

Tangan Yoongi bergerak mengusap dari punggung gadis itu ke bawah, lalu meremas pantatnya. Namun, seperti keadaan yang sudah ia duga, Elle tersentak kaget. Tautan bibir keduanya terlepas lagi. Nafas gadis itu tercekat, beberapa detik mencoba menahan dirinya sendiri agar tidak menjadi kacau. Telinganya berdenging.

"...Elle? Elle, kau baik-baik saja? Elle?!"

Gadis itu terkesiap sadar. Kembali lagi ke dunianya. Dia menjauhkan kedua tangannya dari wajah Yoongi. "Y-ya. Aku baik-baik saja, cuma ingat—"

"Tidak, ini sudah beberapa kali kau seperti... tidak ada disini, untuk beberapa detik. Cuma teringat apalagi? Kopermu yang ketinggalan di LA, lupa mengunjungi pemakaman Sierra, satu-satunya pakaian dalam kesukaanmu ada di apartemenku? Kau yakin benar baik-baik saja?" tanya pria itu, mengusap wajah sang puan cemas, membawa seutas rambutnya ke belakang telinga lalu mengusap kerutan di kening gadisnya. "Katakan padaku."

"Tidak, Yoon, sungguh. Aku baik-baik saja dan ya... mungkin kau bosan, tapi memang beberapa hari ini aku lagi tidak fokus. Jemisha pernah mengingatkanku," balasnya, tersenyum canggung, tangannya bergerak bimbang tetapi kemudian menangkup wajah pria di bawahnya lagi dan memberi kecupan kecil sebelum turun dari pangkuannya. "Aku sebaiknya mandi."

Yoongi melepaskan tangan gadis itu pergi ke kamar mandinya. Pria itu khawatir, tetapi tak tahu harus melakukan apa karena Maurielle pun tidak ingin cerita.

Elle melepaskan pakaiannya dengan cepat lalu segera memakai jubah mandi. Dia berjalan ke cermin yang menampakkan setengah badannya, mengusap kulit lehernya yang masih berwarna keunguan, kemudian menurunkan sedikit bathrobe-nya di bagian bahu, meringis jijik melihat tubuhnya sendiri, lalu memutuskan untuk menarik tali jubah mandinya, perlahan, membuka lalu melihat tubuh bagian depannya sendiri. Bekas telapak tangan yang belum mau hilang, luka-luka dari sabetan ikat pinggang memenuhi dadanya, perut, paha dalam, selangkangan—

Ellegirl [M] ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora