52. count your blessings

560 75 18
                                    

Min Yoongi mengerjapkan matanya beberapa kali, dia terbangun, melirik ke tirai dan mendapati dari celah-celah itu matahari sudah bersinar begitu terik. Dia tidak perlu lelah-lelah meraba ranjang sampingnya karena begitu saja sudah merasakan tubuhnya berat dilingkari sebuah tangan, lengannya juga menjadi bantalan leher seorang gadis yang masih tidur terlelap damai di sebelahnya.

Yoongi suka karena dia tidak perlu beranjak untuk mandi lalu bekerja. Jadi dia bisa gunakan waktunya selama mungkin untuk menatap Maurielle, berharap gadis itu tidak buru-buru membuka mata jadi bisa memberikan waktu Yoongi mengagumi sosok indah yang berada tepat di samping kanannya ini. Dadanya naik turun teratur seiring tarikan dan hembusan nafasnya. Yoongi bergerak menarik selimutnya dengan begitu perlahan supaya tak merusak mimpi gadis itu.

Maurielle cantik. Cantik sekali seperti pahatan yang sempurna sampai Yoongi ingin memilikinya sendiri. Syukurnya gadis itu juga inginnya cuma dimiliki Yoongi seorang. Yoongi sayang, teramat, yang ia takutkan hanya jika suatu hari tak bisa menemukannya berbaring di sampingnya lagi setiap pagi. Pengalaman terakhir tak menemukan Maurielle dalam dekapannya sangat tak menyenangkan. Mereka berakhir kacau.

Tak sadar pria itu membawa tangannya menyentuh ringan wajah Maurielle, kemudian tersenyum tipis menemukan gadis itu mencecap satu kali dalam tidurnya. Dia membatin dalam hati, memohon kepada entah siapa untuk membiarkannya terus berada di samping Maurielle, untuk tidak membangunkannya dari mimpi indah ini dan kembali pada kehidupan masa lalunya yang muram.

Yoongi tak bisa membayangkan apalagi yang bakal terjadi pada mereka di masa depan atau bahkan dalam waktu yang dekat. Perasaan cemas yang tiba-tiba—sebenarnya akhir-akhir ini ia rasakan—melingkupi hatinya itu membuatnya beringsut mendekati Maurielle lalu merengkuh tubuhnya memeluk erat.

"Nghh..." Gadis itu mengerang kecil, mungkin terganggu, lalu terkesiap bangun ketika sebuah tangan menekan mengusap punggungnya. "Yoon," sapanya, matanya sedikit mengintip terbuka, tapi lalu terpejam lagi setelah mengulet memeluk Yoongi.

"Jangan tinggalkan aku, Elle..." lirihnya, mengecup hangat puncak kepala. "Kumohon...."

Sementara yang diajak bicara sudah terlelap lagi. Cuma mengigau sebuah gumaman menjawab ucapan Yoongi, "hn? Hn." lalu sudah kembali masuk ke alam mimpinya.

Yoongi juga memutuskan untuk tidur lagi sembari mendekap tubuh Maurielle.

~❉~

Min Yoongi terbangun lagi kira-kira setelah 3 jam terlelap barusan. Terkesiap kaget tak merasakan beban apa-apa di lengan maupun tubuhnya yang terakhir kali dipeluk Maurielle. Jangan lagi, batinnya beranjak membuka mata, bangkit bertumpu dengan kedua sikunya di belakang tubuh lalu menoleh ke kanan, lalu ke kiri dan menemukan gadis itu yang juga lagi menatapnya.

"Hai?" sapa Elle. Gadis itu duduk di meja rias sudah terlihat begitu sadar daripada dirinya.

Sementara Yoongi menggeram gusar. "Apa yang kau lakukan disana?"

Elle mengernyitkan kepala. "Disana? Disini? Pakai pelembab wajah," balasnya tertawa bingung. "Kenapa?"

"Kemari, cepat," ucap pria itu yang kini sudah duduk di ranjang, menatap sebal.

Maurielle menurut saja, menaruh sisir yang lagi dipegangnya kemudian berjalan mendekati Yoongi sebelum tangannya ditarik lalu tubuhnya dibalikkan jatuh di atas ranjang. Tertawa geli ketika Yoongi langsung memberi hujaman kecupan di seluruh wajahnya. Lazy morning cuddle.

"Jangan, aku baru saja menaruh pelembab," kata gadis itu berusaha mendorong Yoongi dari atas tubuhnya ketika lehernya dikecup basah. Berakhir pria itu ikut berbaring di samping memeluknya erat tak membiarkan celah untuk Elle pergi kemana-mana. "Okey, what's next?"

"Jangan kemana-mana, Maurielle, sayangku," gumamnya lirih.

"Tidak boleh keluar kamar juga?" Yoongi menggeleng. "Ke dapur?"

"Tidak."

"Ke kamar mandi?"

"Tidak boleh."

"Di meja rias?"

"Tidak."

"Duduk saja di kasur ini?"

"Tidak boleh, cuma harus berbaring di sampingku," balas pria itu mengangkat kepala lalu mengecup satu kali bibirnya. "Kalau tak menemukanmu lagi aku bisa gila."

Elle terkekeh kemudian menangkup wajahnya, ikut mengamati bare face pria yang tepat di depan matanya, mengusap kecil pori-pori yang nampak di kulit tulang pipinya, lalu bicara, "kau harus perawatan bersamaku."

Yoongi menyerangnya lagi dengan ciuman-ciuman itu sementara Elle tertawa terbahak-bahak. Mereka bergelut di atas ranjang untuk beberapa saat, Elle berusaha melepaskan dirinya tetapi Yoongi selalu menangkap tubuhnya. Dijatuhkan lagi di bawahnya, namun gadis itu juga tak mau kalah mengaitkan kakinya di belakang punggung lalu membalikkan posisi mereka. Yoongi tertawa saat dia kehabisan tenaga tak bisa membalasnya. Elle menunduk, lalu mengecup kecil hidung pria itu, turun lalu mencium bibirnya.

"Lapar, Yoon," sahut Elle, menaruh dua tangannya di bahu telanjang pria itu, melayang di atasnya, memberikan sepuas-puasnya Yoongi untuk memandang manik mata kesukaannya.

Yoongi tersenyum lebar, menangkupkan tangannya pada wajah gadis itu. "Lapar?" Elle mengangguk-angguk. "Do you want banana milkshake inside you?"

Keduanya tertawa lagi. Elle beranjak turun dari atas tubuh pria itu, membenarkan pakaiannya berniat benar-benar pergi, tetapi kemudian ditarik lagi oleh Yoongi. Berbaring di sampingnya, berhadap-hadapan, menyatukan kening dan hidung mereka. Bibirnya maju, berpangutan beberapa saat, lalu ketika Yoongi sudah mulai menuntut lumatannya segera dihentikan oleh Elle.

"Aku baru saja mandi," gumam gadis itu terkekeh, menolak morning sex Yoongi.

Tetapi diabaikan, ciumannya turun ke leher. Elle mendesah kecil ketika payudaranya diremas, begitu saja tangannya berusaha menyingkirkan jari pria itu darisana. Lehernya masih diserang, mau tidak mau Elle mengadahkan kepalanya.

"Jangan di depan, aku tidak mau pakai baju tertutup di musim panas," peringat gadis itu ketika Yoongi ingin meninggalkan tanda di atas nadinya.

Yoongi menurut, pergi ke belakang lehernya lalu mengecup ringan sebelum ia menghisap kuat lagi kulitnya. Elle melenguh. Tangannya bergerak menarik kepala Yoongi, lalu mereka berciuman panas. Beberapa saat sampai Elle kehabisan nafas dan akhirnya tautan bibir keduanya dilepas. Yoongi terkekeh mendapati bibir gadis di bawahnya itu bengkak memerah, ia segera mengecup kening sang puan dengan hangat.

"Aku mencintaimu," lirihnya. Elle tersenyum lebar. "Bisakah kita berusaha tidak berjauhan satu sama lain?"

"Tentu saja," balas gadis itu, mengalungkan tangannya di leher Yoongi. "Kau begitu menyayangiku?"

Kepalanya mengangguk-angguk. "Aku tahu kita tidak tahu apa yang bisa terjadi di masa depan, mungkin kau meninggalkanku atau sebaliknya, jadi kumohon bertahan setiap harinya. Setiap detik menit yang berharga."

Elle mengusap wajahnya. "Tentu."

Yoongi menunduk, menaruh kepalanya di bahu gadis itu, nafasnya naik turun. "Tidak ada yang kuinginkan lagi selain kau, Maurielle. Kau satu-satunya yang kumiliki, satu-satunya alasanku bertahan, tidak ada lagi yang akan begitu. Sungguh. Kau bakal jadi orang terakhir yang kupersilahkan dengan senang hati masuk ke kehidupanku, tidak akan berubah meskipun kau bertemu orang baru."

Elle tersenyum, menatap ke dalam mata pria itu yang bergetar, mengusap wajahnya menenangkan entah apa yang sedaritadi membuat pria itu khawatir. Lalu membalas pasti, "Won't meet someone new. Weirdo come and go, but trust me: your prettiest demon; this hot girl right beside you never gonna let go."

To be continued...

     Pendek ya? Iya, cape nulis bucin-bucin... apakah sudah ready gelut-gelut lagii? ^^ bangun-bangun, life is hard kalo easy artinya sudah ending〈( ^.^)ノ

Ellegirl [M] ✔Where stories live. Discover now