🔞》9. go down in flames

2.8K 146 4
                                    

hallo? pembaca baru? jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku semangat menulis dan update ㅠㅠ

warning for this chapter: murder attempt

· · • • • 𓏸 • • • · ·

Jam 2 dini hari. Jari Elle menelusuri pisau kecil yang berkilat tajam. Salah satu pisau favoritnya karena kau tidak memerlukan waktu banyak untuk mengoyak sebuah kulit. Ketajaman yang selalu Elle jaga itu, cuma butuh 3 detik untuk menembus kulit dan 5 detik memuncratkan darah dari nadi lehermu. Pisau itu hadiah dari Sierra—ibunya—untuk menjaga diri. Sudah berapa nyawa yang hilang, Elle tidak ingat. Pembunuhan pertamanya di umur 19 tahun, setahun tepat setelah kematian Sierra. Dia membunuh orang suruhan Darren yang menguburkan ibunya—menghilangkan jejak pembunuhan Darren—dengan tidak layak di tanah yang entah dimana.

Malam ini bisa jadi korban pisau itu bertambah. Elle menghirup aroma yang ditinggalkan pria itu di single sofa di tengah ruangannya. Aroma woody, percampuran daun laurel ambregris dan anggur yang kuat dan maskulin. Dia mau mencuri parfum ini untuk kenang-kenangan. Tidak ada yang membuatnya basah cuma karena menghirup wangi yang ditinggalkan bahkan cuma di sofa. Dia mau sofanya juga. Dia mau semuanya yang mengingatkannya pada pria itu.

Elle bangkit. Sudah cukup menikmati aromanya atau dia bisa kelepasan membuka celana dan melupakan pembunuhan ini. Gadis itu berhenti di depan kamar yang pintunya terbuka lebar, melihat seorang pria yang terlelap di ranjangnya tanpa atasan. Dadanya naik turun bernafas dengan nyaman. Bersandar di dinding, Elle menangkap lebih banyak memori tentang wajahnya yang damai. Dia tidak bisa membiarkan pria itu hidup lebih lama karena jika malam ini gagal, Elle terlanjur jatuh sedalam-dalamnya, mendeklarasi kalau pria itu cuma miliknya saja. Elle pelit dalam berbagi sesuatu yang sudah jadi kepunyaannya.

Kakinya berderap tanpa suara mengikis jarak. Di tangannya sudah memegang tanpa ragu pisau lipat itu yang dalam sekali tebas saja, dinding bercat putih akan berubah merah.

"Selamat tidur—"

Tangannya melayang, dengan cepat berbelok menargetkan leher putih pria itu, lewat tipis di kulitnya sebelum tangannya ditampik kuat, tubuhnya dibalikkan di banting ke atas ranjang dalam waktu yang sangat singkat. Tangannya dicengkram serasa tulangnya dapat dipatahkan dalam sekali genggaman. Elle histeris, melepaskan pisau bersimbah darah itu dari tangannya. Ia dikunci dengan tubuh pria di atasnya tak bisa kemana-mana, lehernya dicekik.

"Apa yang mau kau lakukan dengan pisau itu, nona Maurielle?" tanya Yoongi serak, menyeringai sinis mengabaikan cairan panas yang turun dari lehernya, menatap ke dalam bulatan abu-abu kebiruan yang disukainya. "Sudah kubilang jangan masuk sembarangan lagi ke apartemenku, bukan?"

Elle menatapnya tajam. Tangan satunya memegang lengan Yoongi yang mencekiknya, merasakan udara sekitarnya menipis kalau Yoongi tak segera melepaskan tangannya darisana.

"Le—... pas...hh," desisnya, memukul beberapa kali.

Yoongi menjauhkan semua tangannya, tetapi kemudian menunduk melumat bibir gadis itu dengan emosi meluap-luap beberapa detik sebelum membantingnya lagi ke ranjang. Elle terbatuk-batuk mengais udara sebanyak-banyaknya. Pria itu melempar pisaunya ke sembarang arah, kemudian menyentuh luka di lehernya, mengumpat ketika rasa perih menyerang.

Yoongi turun, menelusup masuk memberikan kecupan panas di leher jenjang Elle. Nafasnya memburu marah. Mengangkat wajahnya dan bicara di depan wajah gadis itu yang jaraknya tidak ada sejengkal. "Biasanya kau bercinta dulu dengan mereka sebelum membunuhnya, kan? Ayo lakukan, akan kuhancurkan dirimu sebelum kau menghancurkanku."

Ellegirl [M] ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu