38

92.1K 12.4K 229
                                    

"Benarkah? Baiklah akan ayah pikirkan. Kau kembalilah, ayah ingin menemui ibumu." Jawab Count Ryder lalu mengelus rambut Alexia.

"Terima kasih ayah" balas Alexia lalu pergi meninggalkan kediaman utama dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya.

Ia yakin kalau ayahnya itu akan setuju dan dengan segera memindahkan wanita itu ke kediaman bintang.

Sedangkan Count Ryder menunggu kepergian Alexia dan tidak menemui Anantha sang ibu palsu seperti yang ia katakan kepada Alexia.

"Berbohong hm?" Gumam Count Ryder dengan ekspresi yang berubah jauh, berbeda saat berada didepan Alexia.

Count mengetahui kalau Anantha tidak mungkin melakukan hal seperti itu, karena sedikit saja melakukan kesalahan maka keluarganya akan lenyap. Mau bagaimana pun ia tidak akan memindahkan Anantha tanpa perintah dan persetujuan wanita yang ia cintai.

***

"Nona, dokumen dari Tuan Declan telah sampai dimeja kerja Nona" ucap Diana saat Elleta baru saja memasuki kediamannya.

"Terima kasih, Diana. Kau bisa datang saat aku panggil nanti." Balas Elleta saat menaiki tangga, lalu Diana pun menuju ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

Baiklah, ini adalah saat-saat dirinya akan mengetahui segala fakta sebelum maupun setelah ibunya meninggal dunia, yang tidak pernah diceritakan oleh siapapun kepadanya.

Elleta memasuki kamarnya lalu menduduki kursi kerjanya, dibukanya ikatan dokumen itu dan mulai membacanya dalam diam. Setelah membaca beberapa lembar, tidak terasa tetes demi tetes air mata mulai menetes membasahi kertas.

Perasaan sedih, kecewa dan marah menumpuk dihatinya saat mengetahui penyebab kematian ibunya adalah Viviene, adik kandung yang sangat disayangi oleh Elizabeth sendiri.

Sejak kecil Elizabeth selalu kesepian, sampai saat ia berumur 5 tahun lahirlah seorang adik perempuan yang diberi nama Viviene. Saat beranjak dewasa Viviene selalu menemani dan mengikuti Elizabeth kemana pun ia pergi.

Elizabeth bahagia karena dirinya tidak lagi harus bermain sendirian dan memiliki teman bicara yang menerima dirinya apa adanya. Elizabeth tidak memiliki teman karena dirinya yang berbeda dari para putri bangsawan lainnya, yang selalu mengenakan gaun yang berat dan ketat itu.

Ia juga memiliki hobi berkuda dan berpedang, membuat tangannya penuh dengan bekas luka dan itu dianggap sangat tidak mencerminkan seorang Lady bagi mereka. Viviene yang polos sangat menyayangi Elizabeth sampai ia debut dipergaulan kelas atas.

Viviene diperlakukan dengan tidak baik oleh para Lady, karena memiliki kakak seorang Elizabeth yang sudah debut selama 5 tahun namun belum juga memiliki seorang suami.

Awalnya Viviene tidak terima jika kakak yang ia sayangi direndahkan sebegitunya oleh para Lady, sampai suatu hari Viviene yang sudah tidak tahan dengan perkataan pedas para Lady pun membalas perkataan mereka.

Sampai seorang Lady merasa sangat tersinggung dan mulai menamparnya, melemparinya dengan cangkir teh, dan kue-kue yang ada dipesta teh itu. Karena merasakan kesenangan dari hal itu, yang awalnya hanya seorang saja pun menjadi banyak para Lady yang melemparinya dan menamparnya, bahkan menendang dan memukulnya.

Viviene tidak menceritakan hal itu kepada siapapun, dari kejadian itu mulai tumbuh rasa benci kepada Elizabeth. Ia mulai berusaha untuk membujuk Elizabeth sedikit demi sedikit untuk berubah dan meninggalkan hobinya itu.

Elizabeth yang menyadari niat Viviene pun menanyakannya alasannya langsung pada Viviene.

"Apa kakak tidak lelah? Terus menjadi bahan obrolan orang-orang, apa kakak juga tidak memikirkan reputasi ayah dan ibu dikalangan para bangsawan?" Tanya Viviene balik

"Ayah dan ibu bukanlah orang yang mempedulikan hal-hal seperti itu Vivi. Ayah dan ibu bahkan menyuruh kakak untuk tidak mempedulikan gunjingan mereka. Kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri tanpa perlu berpura-pura seperti mereka Vivi." Jelas Elizabeth berusaha meyakinkan adiknya itu

Elizabeth mengerti kalau Viviene baru debut dan tidak mengetahui seberapa lelahnya berpura-pura menjadi orang lain, demi memenuhi keinginan publik.

Kehidupan kalangan atas tidak sepolos yang ia bayangkan, penuh dengan kebohongan demi menjatuhkan dan meninggikan dirinya masing-masing.

"Lalu kenapa kakak belum menikah?" Tanya Viviene

"Kakak ingin menikah karena cinta Vivi, kakak mendambakan kehidupan pernikahan seperti ayah dan ibu." Jawab Elizabeth

"Tapi apa kakaknya itu pernah merasakan dilempari oleh mereka? Kakak tidak pernah merasakannya. Maaf, sepertinya aku bukanlah orang yang kuat seperti kakak."  Batin Viviene

Viviene pun mulai berpura-pura menjadi Viviene yang dulu saat berada didepan Elizabeth, lalu kembali menjadi orang lain saat berada dipergaulan atas dan selalu menghadiri pesta-pesta.

Sampai disuatu pesta yang dilaksanakan oleh kerajaan, Duke Leonardo yang tidak pernah menghadiri pesta apapun datang dengan terpaksa hari itu.

Duke yang tampan dan dingin menjadi pusat perhatian hari itu, banyak para Lady yang mendekatinya namun tidak satu pun ia tanggapi. Semua orang tau kalau Duke tidak tertarik dengan cinta dan pernikahan.

Namun hari itu Duke berjalan mendekati Viviene dan mengajaknya berbincang terlebih dahulu.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang