56

62.8K 9.8K 184
                                    

"Bukan itu yang Bibi maksud, nak" ucap Viviene panik dengan kedatangan Duke dan Kenneth dan langsung bangkit dari duduknya lalu memeluk Elleta yang menangis.

"L-lalu kenapa Bibi memaksaku untuk berdamai dengannya? Hiks" tanya Elleta masih dengan tangisnya dan pelukan Viviene yang sudah ia lepas, berganti memegang kedua bahunya.

"Bibi tidak memaksamu berdamai nak, Bibi hanya mengusulkan cara untuk berbicara dengannya. Siapa tahu dia tidak sengaja, apa lagi dia akan menjadi kakak iparmu sebentar lagi. Benarkan Leo?" Tanya Viviene lalu menoleh kepada Duke meminta dukungan.

"Untuk apa lagi dibicarakan jika saksi pun sudah mengakui bahwa Alexia memang bersalah. Lagipula dia baru saja menjadi tunangan Nigel, bukan berarti dia sudah menjadi bagian dari Hevadal." Balas Duke membuat Viviene beku dan mencoba mengatur ekspresinya

"Kau baik-baik saja? Ada yang sakit?" Tanya Kenneth langsung membawa Elleta kedalam pelukannya dan menyingkirkan kedua tangan Viviene dari bahu Elleta.

Elleta menggeleng dalam pelukan Kenneth, "Aku lelah" ucap Elleta membuat Duke dan Kenneth secara bersamaan melihat Viviene seolah menyuruhnya pergi.

"Maafkan Bibi, nak. Kau istirahatlah besok Bibi akan datang untuk menjenguk sekaligus menyembuhkanmu" ucap Viviene lalu membungkuk memberi salam kepada Kenneth dan Duke, kemudian pergi meninggalkan ruangan diikuti oleh Duke.

"Dasar iblis" gumam Elleta menatap tajam ke arah pintu, raut wajahnya yang tadi sedih kini berubah total.

Kenneth yang sedang menempelkan punggung tangannya ke kening Elleta hanya tertawa kecil melihat umpatan dan perubahan wajah Elleta. Setelah selesai mengecek suhu tubuh Elleta, Kenneth pun duduk dikursi samping ranjang rumah sakit.

"Kenapa anda masih berada disini?" Tanya Elleta dengan polos menatap Kenneth yang kini melebarkan matanya terkejut dengan pertanyaan Elleta.

"Sampai kapan kau akan menggunakan bahasa formal kepadaku? Meskipun kita berdua sekarang, tidak menutup kemungkinan akan ada mata-mata disekitar sini" ucap Kenneth tidak mengindahkan pertanyaan Elleta.

"Ah maafkan saya. Eh? A-aku" balas Elleta menunduk membuat Kenneth tersenyum melihat wajah Elleta yang menurutnya sangat menggemaskan saat ini, ingin rasanya ia mencubit kedua pipi Elleta tapi ia tahan.

"Ekhem," Kenneth berdehem menutupi rasa gemasnya pada Elleta "Saintess menyuruhmu untuk berdamai dengan Lady Alexia?" Tanya Kenneth kembali ke raut wajah seriusnya.

Elleta mengangguk "Mana mungkin aku berdamai dengan putrinya, cih." Jawab Elleta membaringkan tubuhnya kembali ke ranjang, Kenneth melihat itu pun dengan sigap membantunya.

"Terima kasih Yang Mulia" ucap Elleta dibalas anggukan singkat Kenneth yang kembali duduk ditempatnya.

"Kemungkinan ia akan datang kembali dipagi hari, aku akan datang besok pagi untuk menjagamu. Satu lagi, persidanganmu sudah dijadwalkan minggu depan jadi bersiaplah dengan segala kemungkinan yang terjadi." Jelas Kenneth panjang lebar sembari mengisi air digelas untuk Elleta.

Tapi saat ia selesai mengisi gelas, ia melihat kembali ke arah Elleta, gadis itu sudah tertidur lelap dengan wajah yang damai.

"Aku bisa gila" gumam Kenneth kepada dirinya sendiri sembari menyisir rambut kebelakang dengan tangannya dan menahan senyumnya dengan melipat bibirnya kedalam.

Ia pun kembali duduk dan meminum air putih yang telah ia isi tadi. Minum lalu menatap wajah damai Elleta, terus berulang sampai air digelas itu habis dan mulai terasa kembung diperutnya.

"Aku benar-benar bisa gila" gumam Kenneth tersenyum remeh ke gelas yang ia genggam sekarang

"Gila karena apa?" Tanya Belle yang tiba-tiba berada disamping Kenneth seperti hantu, dengan wajahnya yang berada tepat didepan wajah Kenneth saat ia menoleh ke sumber suara.

Kenneth tidak menjawab, ia hanya berdehem kemudian bangkit dari duduknya "Tolong jaga Elleta" ucap Kenneth lalu berjalan menuju pintu

"Lain kali jika hanya ingin menatap wajahnya setidaknya biarkan pelayan pribadinya masuk, ck." Ucap Belle duduk ditempat yang Kenneth tempati tadi dan mengeluarkan buku untuk ia baca. Kenneth yang mendengar itu hanya mengangkat bahunya acuh dan melanjutkan jalannya menuju pintu.

Pintu terbuka dan terlihat Diana yang berdiri tegap disebrang pintu menatap Kenneth tajam tanpa senyum diwajahnya, Kenneth yang terkejut pun diam sejenak kemudian Diana pun tersenyum kepadanya dengan mata yang tidak ikut tersenyum ramah seperti mulutnya yang melengkung. Wajah Diana sangat menyeramkan saat ini, Kenneth pun langsung pergi meninggalkan Diana.

Selama berjalan dilorong rumah sakit Kenneth merasa merinding karena setiap langkahnya terus dilihat oleh Diana dengan wajahnya yang tersenyum menyeramkan. Sampai lorong berbelok dan Diana tidak lagi dapat melihatnya, barulah tidak lagi ia rasakan bulu kuduknya yang berdiri.

"Kau habis dari mana?" Tanya Belle kepada Diana saat Diana memasuki ruangan

"Mengusir cicak Lady" jawab Diana santai

Belle mengangguk mengerti "Ell takut cicak?" Tanyanya

"Tidak Lady"

"Lalu?" Tanya Belle mengerutkan alisnya bingung

"Bukankah Lady takut cicak?"

Mendengar itu Belle membuka mulutnya seolah berkata "Ahh" mengerti, lalu melanjutkan buku yang ia baca.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang