75

53.1K 7.6K 86
                                    

Elleta menutup pintu kamar dan saat menoleh kedepan terdapat Duke yang menatapnya dengan tatapan sedih bercampur senang?

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Elleta bertanya-tanya apa maksud dari tatapan Duke kepadanya kini, sedangkan Duke merasa senang karena ia melihat Elleta yang baru saja menjenguk kakaknya. Bukankah itu adalah bentuk perhatiannya dan cemas karena kakaknya yang sedang sakit itu?

"Kau sudah sarapan?" Tanya Duke akhirnya membuka suara

Elleta menggeleng, "Pergilah keruang makan para pelayan sudah menyiapkan sarapan, tak perlu khawatir Nigel akan baik-baik saja." Ucap Duke lalu memasuki kamar Nigel.

Elleta mengangguk sekilas dan berjalan menuju ruang makan diikuti Diana dibelakangnya. Setibanya diruang makan terdapat Henry yang sudah duduk dimeja makan menunggu kedatangan Duke.

"Kau juga datang?" Tanya Henry menatap Elleta aneh

Tanpa menjawab Elleta berlalu dan duduk berhadapan dengannya, "Tidak mungkin ayah yang mengundangmu" lanjut Henry saat pertanyaannya tidak dijawab oleh Elleta.

"Aku dengar Sebastian bekerja dibutikmu?" Mendengar pertanyaan itu Elleta hanya membalasnya dengan tatapan yang mengartikan 'iya'

Setelah mendapatkan jawabannya Henry tertawa singkat, "Hanya kau yang ingin menerimanya" gumam Henry menatap Elleta remeh.

"Ya, setidaknya ia lebih pintar darimu." Balas Elleta santai

Saat akan membalas perkataan Elleta, pintu ruangan terbuka dan menampakkan Duke.

"Antarkan sarapan milik Alexia ke kamarnya." Perintah Duke kepada salah satu pelayan yang langsung dikerjakan oleh pelayan tersebut.

Kini Duke duduk dikursinya dan memulai sarapan pagi ini, setelah sarapan selesai semuanya keluar dari ruang makan dan kembali ke kesibukan masing-masing. Tapi tidak dengan Elleta yang kini berjalan dibelakang Duke, mengikutinya kemana pun ia pergi.

Duke berhenti berjalan dan berbalik menatap Elleta, "Ada yang ingin kau tanyakan kepadaku?" Tanya Duke

"Apa pelakunya telah ditemukan?" Tanya Elleta penasaran, Duke pun mengangguk singkat membuat mata Elleta melebar.

"Siapa?" Tanya Elleta mengerutkan keningnya berpura-pura khawatir.

"Ikutlah denganku." Ucap Duke membawa Elleta masuk kedalam ruang kerjanya karena takut orang lain mendengar jawabannya.

Kini mereka pun duduk berhadapan disofa yang terletak ditengah ruang kerja, "Jadi siapa pelakunya?" Tanya Elleta kembali.

"Alexia." Jawab Duke, terlihat kilatan amarah yang ia tahan pada matanya.

Elleta menunjukkan wajah terkejutnya, "Lalu apa yang akan anda lakukan padanya?"

"Memenjarakannya, tentu saja. Semua bukti telah terkumpul begitu pula dengan saksi, ia tidak bisa mengelak dan bebas kali ini." Jawab Duke, rupanya ia masih menyimpan dendam kepada Alexia.

"Kapan Nigel akan sembuh?" Tanya Elleta

"Oliver memperkirakan Nigel akan sadar dalam waktu satu minggu lagi, dan akan mengalami kebutaan pada salah satu matanya." Jelas Duke dengan ekspresi sedih yang jelas kali ini.

"Syukurlah, setidaknya hanya salah satu matanya yang terkena efek dari racun itu." Balas Elleta lalu pamit pergi meninggalkan ruang kerja Duke.

***

"Mengapa anda tidak memberinya racun yang mematikan Nona?" Tanya Diana saat mereka sedang berada didalam kereta kuda menuju ke butik.

"Aku hanya ingin membuatnya trauma dengan racun, setidaknya dalam debutante ku nanti tidak ada pikirannya untuk meracuniku." Jawab Elleta tersenyum tipis kepada Diana yang mengangguk mengerti.

Flashback - kehidupan sebelumnya...

"Apa kau yakin akan melakukan ini kak?" Tanya Henry kesekian kalinya pada Nigel.

"Berapa kali harus kujawab pertanyaanmu itu hah? Apa kau mencemaskannya? Orang yang telah membuat ibu pergi meninggalkan kita?" Balas Nigel membuat Henry menghela napas frustasi tetapi tetap mengikuti keputusan Nigel.

Rencananya adalah meracuni adik perempuan mereka pada hari debutantenya, mereka sudah muak dan tidak tahan lagi untuk melihat orang yang membunuh ibu mereka masih hidup.

"Kita yang harus membunuhnya karena jika menunggu ayah sepertinya itu tidak mungkin, ayah terlihat tidak tega dengannya." Ujar Nigel seraya memegang bahu kiri Henry.

"Benar, ayah sudah termakan oleh tangisannya." Balas Henry mengangguk singkat setuju.

Tibalah hari debutante Elleta, segala persiapan mereka telah siap. Mereka membayar seorang pelayan diam-diam untuk memberikan minuman yang telah tercampur dengan racun mematikan kepada Elleta.

Tetapi pada saat pelayan tersebut membawa minuman yang telah dicampur racun bersama minuman yang aman, Alexia sedang berbincang bersama Elleta.

Melihat pelayan yang membawa minuman Elleta yang merasa haus pun memanggil pelayan itu, pelayan itu pun memberikan minuman beracun pada tangan kiri Elleta dan minuman yang aman ditangan kanannya.

Pelayan itu pun berlalu pergi, ia merasa aman karena menurutnya Elleta pasti memberikan minuman kepada Alexia menggunakan tangan kanan. Namun perkiraannya salah, saat Elleta baru saja ingin memberikan minuman kepada Alexia, Alexia lebih dulu mengambil minuman tersebut dari tangan Elleta. Minuman beracun yang berada ditangan kiri Elleta.

Ting!

Alexia langsung mengajak Elleta untuk bersulang, namun setelah beberapa saat kemudian Alexia pun terjatuh kelantai tak sadarkan diri dengan mulut yang mulai mengeluarkan darah.

Pada saat itulah pelayan tersebut panik karena tidak ingin disalahkan dan dipenjara oleh Nigel karena ia yang tidak becus. Pelayan tersebut pun langsung berkata dengan lantang jika ia melihat Elleta menuangkan racun pada minuman Alexia.

Setelah hal itu terjadi Elleta pun terus berusaha meyakinkan orang-orang terutama Duke jika bukan dirinya yang meracuni Alexia dan terjadilah aksi bunuh diri Elleta didepan seluruh tamu dan keluarganya.

Keesokan harinya saat semua orang telah pergi dari pemakaman Alexia, Nigel masih setia berlutut disamping makam perempuan yang meninggal karena ulahnya sendiri.

"Pelayan itu telah aku bunuh dengan tanganku sendiri hiks, maafkan aku hiks jika saja aku tidak menyuruh pelayan itu kau pasti masih hidup saat ini. Tidak, jika saja aku tidak berencana untuk meracuni Elleta kau pasti masih hidup sampai saat ini hiks...maaf maaf..." Ucap Nigel terus mengucapkan kata maaf sembari menangis.

Nigel tidak menyadari jika Declan yang saat itu sedang datang mengunjungi makam kedua orang tuanya, duduk bersandar dibelakang pohon yang dekat dengan makam Alexia. Ia mendengar semuanya.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang