58

66K 10.5K 238
                                    

Elleta menoleh ke arah Viviene, begitu juga dengan Viviene yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Entah apa yang berada dipikiran Viviene sekarang.

"Bibi dengar itu? Dia memang pantas dihukum karena hampir membuat nyawaku melayang" ujar Elleta dengan menunjukkan ekspresi kecewa.

"Y-ya, kau benar." Balas Viviene masih berakting dengan tersenyum

Setelah mendengarkan semua penjelasan cerita dari masing-masing sisi-sisi, Marquess Howlan pun pergi begitu pula dengan Duke. Duke sebenarnya ingin menemani Elleta dirumah sakit, tapi ia tahu dan sadar bahwa Elleta, putrinya tidak mengharapkan dirinya untuk berada disana.

Setelah kepulangan Duke dan Howlan, tak lama kemudian Viviene pun pamit untuk kembali ke kuil suci karena memiliki pekerjaan yang banyak sebagai alasannya.

"Dia lupa tujuannya kemari karena terlalu panik." ujar Kenneth tersenyum remeh

"Oh tidak! Putri haramku!!" Ucap Belle mengejek dengan menirukan bagaimana nantinya ekspresi Viviene, membuat Elleta tertawa melihatnya.

"Baiklah, karena sudah selesai maka aku akan pergi dan kembali besok untuk menjemputmu." Ujar Kenneth  dengan mengelus kepala Elleta sekilas sebelum pergi begitu saja tanpa menunggu balasan dari Elleta maupun Belle.

Belle mengatupkan bibirnya kedalam sembari tersenyum melihat Elleta mengejek, "Ada apa denganmu?" Tanya Elleta saat melihat Belle yang tersenyum seperti orang gila.

Mendengar pertanyaan Elleta, Belle langsung merubah ekspresinya menjadi merengut, "Ck, apa kau masih belum sadar jika Kenneth itu benar-benar mencintaimu?" Balas Belle

"Sadar." Jawab Elleta singkat menatap lurus ke depan

"Lalu kenapa sikapmu biasa saja kepadanya? Dia adalah suami idaman nomor satu dikerajaan ini, jangan sia-siakan dirinya." Ucap Belle sembari memberikan segelas air putih dan sebuah pil kepada Elleta yang sedang menunduk melihat jemarinya.

"Aku mengenalnya sejak kecil, dia tidak pernah mencintai seorang perempuan pun. Kau lah orang pertama yang membuatnya menjadi gila seperti ini." Lanjut Belle menduduki dirinya kembali

Elleta pun meminum obat yang Belle berikan kepadanya tanpa berniat menjelaskan kepada Belle mengapa ia bersikap seperti itu kepada Kenneth.

"Apa yang kau khawatirkan?" Tanya Belle

Elleta pun sebenarnya memiliki perasaan kepada Kenneth, tetapi ia terus menahan rasa itu dengan menepisnya setiap kali menyeruak dihatinya.

Ia harus fokus untuk membalaskan dendamnya kepada Viviene yang telah membuat ibunya meninggal. Tidak, itu hanyalah sebuah alasan yang ia buat. Ia bisa jika ia ingin.

Entahlah, hatinya menyuruhnya untuk berkata tidak dan menolak semua perasaan ini. Ia trauma?

Ia tidak ingin lagi memiliki sebuah gelar bangsawan, karena gelar Duke yang dimiliki oleh ayahnya itu membuat Viviene sangat bangga saat dikatakan ia adalah perempuan yang ditaksir oleh Duke. Karena gelar yang tinggi itu, membuatnya sangat malu saat publik tahu jika bukan dirinya yang menjadi perempuan yang akan dinikahi oleh Duke, melainkan kakaknya sendiri.

Orang-orang berpikir buruk tentangnya dan akhirnya ia memilih jalan yang salah. Jika seorang bergelar Duke saja sudah memiliki banyak musuh, bagaimana dirinya yang nanti akan menjadi seorang Ratu? Ia takut jika keluarganya kelak akan menjadi keluarganya yang sekarang. Terlebih lagi Belle mengatakan jika Kenneth adalah seorang suami idaman nomor satu dikerajaan ini, lebih banyak kemungkinan perempuan gila diluar sana yang akan berbuat gila seperti Viviene kedepannya.

"Ah sudahlah aku lelah bertanya padamu" ucap Belle kesal lalu meninggalkan Elleta yang tidak memiliki niat menjelaskan keresahannya, ia duduk disofa yang masih berada didalam satu ruangan yang sama dan membaca buku.

***

Ruangan rahasia bawah tanah kediaman Count Ryder...

Count Ryder memeluk Viviene erat setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengan wanita yang ia cintai. Akhirnya Viviene memintanya untuk bertemu, meskipun ia tahu Viviene meminta mereka bertemu untuk membahas nasib putri mereka, Alexia kedepannya.

Tanpa membalas pelukan Count Ryder, Viviene mendorong dengan pelan tubuh Count dengan alasan ia tidak bisa bernapas karena pelukan yang sangat erat dari Count Ryder. Mendengar itu Count pun mau tak mau melepaskan pelukannya.

Viviene berjalan menjauh dan duduk disebrang Count Ryder tanpa berekspresi apapun. "Mari kita sembunyikan Alexia." Ucap Viviene menatap Count yakin.

Count hanya bisa menghela napasnya resah tanpa dapat berkata apapun saat mendengar ide dari Viviene, "Hukumannya yang paling ringan adalah penjara seumur hidup, tidak ada pilihan lain selain menyembunyikan dan membuat mereka tidak bisa menemukannya." Lanjut Viviene

"Aku kenal dengan wakil ketua kantor pengadilan, dia pasti bisa membantu putri kita untuk bebas." Balas Count Ryder lalu mengangguk cepat berusaha meyakinkan wanita didepannya itu.

Viviene tertawa mendengar ucapan Count, sedangkan Count hanya menatapnya bingung "Ada apa?" Tanya Count

"Hahahahaha apa kau tidak tahu jika kasus ini akan dipimpin oleh siapa?" Tanya Viviene dibalas gelengan oleh Count

Melihat gelengan Count raut wajah Viviene kembali serius dengan cepat, "Marquess Howlan Wulfric, ketua kantor pengadilan yang sangat adil"

~

SUPRISE!!!🎉

Hari ini juga up loh!!!💛

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang