66

55.6K 8.6K 122
                                    

Elleta terkejut ketika ia memasuki ruang kerjanya yang berada dibutik, sebab terdapat Declan yang tengah duduk menunggunya bersama dengan Kenneth. Bukan kedatangan kedua pria itu yang membuatnya terkejut bukan main, tetapi keadaan ruang kerjanya yang dipenuhi dengan bulu putih yang mengisi bantal pada sofanya.

"Kalian lagi-lagi bertengkar?" Tanya Elleta sinis menatap tajam bergantian keduanya, kedua pria didepannya itu hanya diam tidak berkata apapun dan hanya saling menyenggol satu sama lain, bermaksud menyuruh salah satu dari mereka menjelaskannya kepada Elleta.

"Diana" panggil Elleta

"Ya?" Tanya Diana berjalan mendekati Elleta

"Siapkan sapu, lap, air, dan sabun untuk mereka. Setelah itu awasi mereka agar bekerja dengan benar." Ucap Elleta kepada Diana lalu kembali menatap kedua pria didepannya ini dengan tajam

"Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan bukan?" Tanya Elleta lalu pergi menutup pintu dengan keras tanpa menunggu jawaban dari Kenneth dan Declan.

Diana pun segera melaksanakan perintah dari Elleta dan meletakkan peralatan itu tepat didepan mereka.

"Apa tidak ada pengepel disini?" Tanya Declan

"Ada, Tuan." Jawab Diana sopan dan singkat

"Lalu kenapa kau memberikan kain ini kepada kami alih-alih pengepel?" Tanya Declan kembali

"Dalam perintah Nona, Nona tidak meminta saya untuk menyiapkan pengepel tetapi menyiapkan kain lap ini untuk Yang Mulia dan juga Tuan." Jawab Diana sopan semakin menambah kekesalan Declan

"Hahahaha..." Kenneth tertawa melihat Declan yang kesal dengan jawaban Diana

BYUR!

Kini sekujur tubuh Kenneth basah dengan air yang disiram oleh Declan, "Sialan!" Ujar Kenneth sembari melempar sapu yang ia pegang lalu berjalan cepat mendekati Declan berniat untuk menghajarnya.

Declan pun ikut berjalan mendekat dan terjadilah pergulatan itu hingga membuat Elleta dan semua orang yang berada dilantai satu menatap lantai dua dengan bingung, karena terus berkeluaran suara benturan dan bantingan dari lantai dua.

Semua pegawai termasuk Leah langsung menoleh kearah Elleta yang masih menatap langit-langit lantai satu lalu menghela napas panjang, kemudian Elleta pun langsung berjalan menaiki tangga dengan tatapan tajam.

Tanpa mengetuk Elleta membuka pintu dan nampaklah Diana yang hanya diam melihat pergelutan yang terjadi didepannya. Kedua lelaki itu belum menyadari kedatangan Elleta dan masih bergelut dilantai.

"Kalian nampak seperti ayam, sepertinya sudah siap untuk dipotong." Ujar Elleta saat melihat kedua lelaki yang dipenuhi oleh bulu itu tidak menyadari kedatangannya.

Mendengar suara Elleta kedua lelaki itu langsung berhenti dan saling menatap, saling menyalahkan.

"Saat aku kembali, aku harap ini semua sudah beres" ujar Elleta lalu kembali ke bawah membantu Leah dan mereka pun segera membersihkan bulu yang menempel ditubuh mereka masing-masing, kemudian membersihkan ruangan dibantu oleh Diana.

Diana tidak membantu, lebih tepatnya hanya memeriksa jika masih terdapat bulu dan air yang tersisa dari perbuatan mereka tadi, lalu memerintah mereka untuk membersihkan bagian tersebut. Kesempatan langka untuk memberikan perintah kepada Pangeran Mahkota.

Setelah bersih, Diana pun turun ke bawah untuk melaporkannya kepada Elleta. Elleta pun kembali ke ruang kerja, kali ini Kenneth dan Declan duduk dengan patuh.

"Katakan" ucap Elleta singkat setelah duduk dihadapan kedua pria itu.

"Kami menemukan cara untuk menyiksanya, kami mengetahuinya setelah berhasil menyandra orang yang menciptakan buku itu." Balas Declan serius

"Bagaimana caranya?" Tanya Elleta sedikit memajukan tubuhnya secara tidak sadar.

"Awalnya kami bingung mengapa saat mengintrogasinya dia terus melirik kearah buku yang kami letakkan diatas meja, Kenneth menyadarinya dan mengancamnya dengan membakar selembar halaman dari buku itu. Dia semakin ketakutan dan gemetar saat kami akan membakar buku itu, akhirnya Kenneth membakarnya dan bersamaan dengan itu dia berteriak kesakitan sembari memegang lengannya. Tak lama kemudian saat kertas itu habis terbakar, sebuah luka bakar muncul pada lengannya." Cerita Declan

"Kami mencoba membakar buku lain yang bukan miliknya dan itu tidak berefek apapun kepadanya, sepertinya buku itu memiliki hubungan khusus dengan pemiliknya." Timpal Kenneth membuat Elleta tersadar akan sesuatu

"Kalian ingat lambang ketiga yang berada dibuku itu?!" Tanya Elleta diangguki serentak oleh Kenneth dan Declan

"Dibuku milik Saintess, pada lambang ketiga terdapat tetesan darah yang paling banyak dan segala bercak darah yang berada dihalaman sebelumnya adalah darah yang menembus dari halaman yang terdapat lambang ketiga itu. Aku rasa mereka mengikat kontrak dengan buku itu." Jelas Elleta membuat Kenneth dan Declan melebarkan matanya.

"Sepertinya itu benar, buku milik Saintess dan penulisnya memiliki darah dihalaman yang sama." Ujar Declan

"Sepertinya itu adalah darah milik mereka sendiri." Timpal Kenneth

"Lalu informasi apa saja yang kalian dapatkan darinya?" Tanya Elleta

"Dia sendiri sudah memastikan bahwa dibenua ini hanya ia dan Viviene yang membuat kontrak dengan buku itu. Dia sudah lama mengetahui bahwa Viviene bukanlah sang Saintess karena kekasihnya sendiri adalah sang Saintess yang asli." Jelas Kenneth

"B-bagaimana bisa ada dua Saintess dalam satu waktu?"

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang