59

65.2K 9.7K 242
                                    

Melihat gelengan Count raut wajah Viviene kembali serius dengan cepat, "Marquess Howlan Wulfric, ketua kantor pengadilan yang sangat adil. Apa menurutmu wakil ketua mu itu berguna?"

Count tidak menjawab pertanyaan Viviene dan hanya menunjukkan wajahnya yang berkerut, berusaha memikirkan jalan keluar lainnya.

"Tidak ada lagi jalan keluar untuknya, hanya bersembunyi satu-satunya jalan untuk menyelamatkan hidupnya." Ucap Viviene menatap Count malas, sebenarnya ia lelah berbicara dengan lelaki bodoh didepannya ini.

"L-lalu bagaimana dengan reputasi keluarga ku? Jika reputasiku hancur maka akan sulit untuk membiayai hidup Alexia." Balas Count mengepal kedua tangannya dibawah meja

"Biaya hidupnya biar aku yang tanggung sekarang. Reputasimu akan membaik seiring berjalannya waktu, buat mereka percaya jika kau tidak mengetahui rencana kabur Alexia." Jujur saja Viviene tidak peduli dengan reputasi milik Count akan hancur atau tidak.

"Aku yang akan mengurus tempatnya, kau yang urus kepergiannya." Lanjut Viviene berdiri dari duduknya

"Bagaimana dengan para penjaga?" Tanya Count ikut berdiri

"Percayakan saja padaku, itu mudah."
Jawab Viviene lalu pergi meninggalkan Count yang kembali duduk memikirkan rencana yang akan dilaksanakan dua hari lagi.

***

"Dasar lelaki bodoh!" Gumam Viviene setelah keluar dari kediaman Count lalu menaiki kereta kuda yang ia sewa, terparkir jauh dari kediaman Count.

Dipertengahan jalan kereta kuda berhenti, Viviene pun membuka jendela kayu pada kereta kuda yang ia naiki. Tampaklah seorang pria bertudung dan berjubah hitam berdiri didepan jendela.

"Dua hari lagi, buatlah perhatiannya teralihkan dari kasus putrinya." Ucap Viviene tanpa menolehkan kepalanya, masih melihat lurus kedepan.

Tanpa menunggu jawaban pria itu, Viviene kembali menutup jendela dan kereta kuda pun melanjutkan perjalanannya.

***

Tok tok tok...

"Masuk" jawab Duke dari dalam ruang kerjanya

"Akademi Tuan muda mengirim surat pemanggilan orang tua." Ucap Jack sembari memberi sebuah surat berlambang akademi kepada Duke

Duke membuka surat itu lalu membacanya dengan saksama, Henry Hevadal telah melakukan kekerasan kepada seorang murid yang sekelas dengannya. Hal itu membuat orang tua kedua belah pihak dipanggil ke akademi untuk membicarakannya.

"Segera siapkan kereta, aku akan pergi hari ini juga." Perintah Duke kepada Jack.

"Maaf aku tidak bermaksud menguping ayah, tapi ayah akan pergi kemana sehingga terburu-buru seperti itu?" Tanya Nigel yang datang untuk memberikan sebuah dokumen.

"Adikmu membuat masalah di akademi, aku harus pergi mengurusnya." Jawab Duke lalu pergi meninggalkan Nigel diruangannya,  sendirian.

Perjalanan ke akademi memang membutuhkan waktu berhari-hari untuk sampai, Duke harus kembali sebelum persidangan Alexia Ryder dilaksanakan.

Nigel pergi meninggalkan ruang kerja Duke dengan senyum puas.

***

"Declan?" Gumam Elleta saat melihat Declan memasuki ruang rawatnya. Belle yang mendengar nama Declan pun langsung menoleh ke arah pintu.

"Sepertinya dugaanmu benar El" ucap Declan tanpa basa-basi

Elleta tersenyum mendengar ucapan Declan "Bukankah semakin mudah?" Balas Elleta

"Kau menyeramkan saat tersenyum seperti itu Ell" timpal Belle berakting menatap Elleta seram.

"Belle ingin mengatakan sesuatu padamu" ucap Elleta kepada Declan membuat Belle panik bukan main.

Belle menatap Elleta seolah berkata "Kau gila?!"

"Ayo" balas Declan lalu keluar dari ruang rawat diikuti Belle yang menunduk, memutar otaknya untuk mencari alasan.

***

Keesokan harinya...

Kenneth datang untuk menjemput Elleta yang dijadwalkan keluar dari rumah sakit hari ini.

Elleta menatap Jack bingung, kenapa Jack berada disini?

"Saya menggantikan Duke untuk menjemput anda nona" Jack membuka suaranya saat merasakan tatapan Elleta diikuti Kenneth.

"Kemana Duke pergi?" Tanya Kenneth penasaran

"Tuan Duke sedang dalam perjalanan menuju akademi Tuan muda, karena sebuah masalah perkelahian Tuan muda dan teman sekelasnya." Jawab Jack

"Kau jalanlah terlebih dahulu, aku akan menaiki kereta kuda milik Pangeran Mahkota" ucap Elleta lalu berjalan melewati Jack dan menaiki kereta dibantu oleh Kenneth.

Mengikuti perintah Elleta, Jack memimpin jalan menuju kediaman Duke. Lebih tepatnya kediaman selatan.

Dipertengahan jalan kereta kuda milik Pangeran Mahkota berbelok, membuat Jack mau tidak mau memerintahkan kusir untuk melanjutkan perjalanannya menuju kediaman Duke. Sedangkan dirinya menyusul kereta kuda Pangeran Mahkota menggunakan kuda yang ia tunggangi.

Jack tidak menyangka jika kereta itu berjalan menuju kediaman Count. Elleta turun dibantu oleh Kenneth yang turun terlebih dahulu.

Count yang diberi laporan oleh pelayan bahwa kereta kuda milik Pangeran Mahkota memasuki kediamannya pun bergegas turun untuk menyambut kedatangannya.

Count terkejut ketika Elleta turun dari kereta, secercah harapan datang dipikirannya. Apakah Elleta datang untuk berdamai dengan putrinya, Alexia?

Count membungkuk memberi salam kepada Kenneth dan juga Elleta, "Bisa tunjukkan dimana Lady Alexia berada, Count?" Ucap Kenneth langsung diangguki oleh Count dan ia sendiri yang mengantar mereka ke kamar Alexia terkurung.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang