80

52.5K 7.1K 76
                                    

Mendengar gumaman Viviene, Elleta merasakan rasa amarahnya yang meluap perlahan. Elleta yakin yang membuat Nigel semakin yakin untuk bunuh diri adalah dorongan dan bujukan dari Viviene.

Dia memang membenci kakaknya itu, tetapi ia tidak tega jika harus sampai menghilangkan nyawa Nigel. Jika memang terbukti Viviene yang membujuk Nigel untuk bunuh diri, Elleta tidak lagi kaget saat mengetahuinya. Viviene bahkan tega membuat keluarga kakaknya sendiri hancur.

Elleta berjalan mengikuti Viviene dari belakang tanpa disadari oleh Viviene, hingga sampailah Viviene kedepan pintu ruang kerjanya. Viviene membuka pintu lalu masuk kedalam dan saat ia ingin menutup kembali pintu tersebut ia tersentak dengan mata yang melebar melihat kehadiran Elleta yang seperti hantu, berada didepannya dengan tiba-tiba.

Sedangkan Elleta masih dengan ekspresinya yang datar menatap Viviene dengan tatapan yang ambigu, sehingga sulit bagi Viviene untuk menebak alasan Elleta yang tiba-tiba berada didepannnya saat ini.

Untuk waktu yang lama mereka masih saling memandang, tanpa ada yang berniat memulai pembicaraan. Tanpa mengatakan apapun Viviene akhirnya melebarkan pintunya mempersilahkan Elleta untuk masuk, masih dengan tatapan bingungnya kepada Elleta yang kini berjalan perlahan memasuki ruang kerjanya.

Tanpa disuruh Elleta langsung duduk disofa yang terletak ditengah ruangan tersebut. Viviene menutup pintu lalu menguncinya, kemudian berjalan menyusul Elleta duduk disofa yang berhadapan dengannya.

"Merepotkan" gumam Elleta tiba-tiba saja tepat saat Viviene mendaratkan bokongnya pada sofa.

Viviene yang mendengar gumaman tersebut pun dengan cepat menoleh kearah Elleta dan menatapnya dengan tatapan bertanya dan bingung, "Apa yang merepotkan?" Tanyanya kepada Elleta.

"Bibi" jawab Elleta cepat tanpa ragu

"Apa maksudmu Elleta?" Tanya Viviene langsung sembari mengerutkan kedua alisnya menatap Elleta tajam.

"Tak apa jika aku beristirahat sebentar kan bibi? Aku lelah mendengar para bangsawan yang berakting sedih karena kepergian kakak." Jelas Elleta kemudian memejamkan mataya saat mendapat persetujuan dari Viviene

Elleta hampir saja tidak dapat mengontrol emosi yang ia rasakan, syukurnya ia bisa dengan cepat memutar otak mencari alasan ia mengatakan kata 'merepotkan' itu kepada Viviene.

"Minumlah" ucap Viviene kepada Elleta sembari meletakkan segelas air dimeja

"Terimakasih bibi" balas Elleta dengan senyum tipis

Tok tok tok

Mendengar suara ketukan pada pintu ruang kerjanya Viviene pun membuka pintu dan menemukan Diana yang sedang mencari Elleta dengan alasan Duke memanggil Elleta. Akhirnya Elleta pun pergi diikuti Diana dibelakangnya dengan mengucapkan terimakasih kepada Viviene sebelumnya.

"Kau tepat waktu Diana" ucap Elleta pelan kepada Diana saat mereka telah menjauh dari ruang kerja Viviene

"Ha? Ada apa nona? Apa yang dilakukan Viviene pada anda?" Tanya Diana panik

Saat Elleta menutup mata, ia sempat mengintip apa yang dilakukan oleh Viviene saat menyiapkan air minum untuknya. Ia melihat jika Viviene menuangkan sesuatu pada gelas air yang ia berikan padanya, yah meskipun tidak mengetahui hal tersebut pun ia tetap tidak akan meminum air tersebut.

Mendengar cerita Elleta tentu saja membuat Diana melebarkan matanya lalu mengeluarkan banyak kata-kata mutiara dalam setiap kalimat sumpah serapahnya kepada Viviene.

"Lalu kenapa nona bisa berada disana?" Tanya Diana setelah puas dengan semua kalimat kutukan yang ia keluarkan

"Aku hampir termakan oleh amarahku sendiri" jawab Elleta pelan membuat Diana mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya

Diujung lorong terlihat Duke sedang duduk seorang diri menatap lurus kearah peti mati berisikan tubuh putranya ditengah altar kuil yang sudah sepi, hanya tersisa para prajurit yang berjaga.

Duke benar-benar nampak seperti vas bunga yang kosong, entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang. Ia sedari tadi hanya mengangguk membalas para bangsawan dengan kosong.

"Tuan" panggil Elleta kepada Duke yang sedari tadi sudah berdiri entah berapa lama tanpa Duke sadari.

Merasa memanggil adalah suatu yang sia-sia akhirnya Elleta pun memutuskan untuk menyentuh pundak Duke dengan pelan, dan itu pun berhasil. Berhasil membuat Duke menoleh kearahnya dengan mata yang menatap Elleta seolah-olah adalah seorang penyelamat.

Duke langsung berdiri lalu menarik Elleta kedalam pelukannya, menangis tersedu-sedu hingga ia sendiri sulit untuk bernapas. Dapat Elleta simpulkan bahwa sedari tadi Duke telah menahan tangisnya dihadapan para bangsawan agar para bangsawan tidak dapat mencari celah untuk mencelakakan keluarganya.

Tanpa suara, dalam keadaan hening Duke menangis dalam pelukan Elleta yang entah mengapa membalas pelukan Duke tak kalah eratnya. Ia juga sedih dan ingin ikut menangis tetapi hatinya yang beku terhadap keluarganya sendiri membuat air mata enggan untuk mengalir keluar.

Diana yang menyaksikan kejadian langka, seorang Duke Hevadal menangis tentu saja terkejut. Namun ia kembali teringat dengan segala perbuatan Duke kepada adik dan teman-temannya, rasa simpati yang ia rasakan diawal lenyap begitu saja.

"Cih" gumam Diana sembari membalikkan badannya tidak ingin melihat kejadian langka tersebut.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang