55

67.3K 11K 399
                                    

Dirumah sakit...

Belle yang sedang menjaga Elleta bersama Diana segera berjalan cepat mendekati Elleta yang bergerak membuka matanya.

"Air?" Tanya Belle menyodorkan segelas air kepada Elleta

Diana segera membantu Elleta untuk duduk bersandar lalu pergi keluar untuk memanggil dokter.

Setelah membantu Elleta minum, Belle menepuk bahu Elleta geram
"Apa kau gila?! Jika saja aku tidak berteriak tepat waktu, maka kau tidak akan selamat! T-tapi aku maafkan, akting mu hebat." Ujar Belle cemberut sembari melipat kedua tangannya dibawah dada.

"Aku yakin Yang Mulia pasti akan menyelamatkanku" balas Elleta sembari tersenyum lembut

Belle langsung menutup mulut Elleta ketika melihatnya tersenyum, "Jangan tersenyum seperti itu didepan orang yang tidak memiliki kekasih mengerti?!" Ucap Belle sembari menarik tangannya dari mulut Elleta

"Omong-omong, Declan kemari tadi menjengukmu saat kau tertidur dan membawakan buah-buahan untukmu." Ujar Belle sembari mendudukan dirinya dikursi yang tersedia disamping kasur.

"Benarkah? Pantas saja wajahmu sangat bersinar" balas Elleta tersenyum mengejek, sedangkan Belle menahan senyumnya karena malu.

"Apakah ada perkembangan?" Tanya Elleta dengan mata yang bersinar, ia sangat mendukung hubungan mereka.

Belle menggeleng pasrah, membuat Elleta menghela napasnya "Jika sudah tidak tahan, maka nyatakanlah padanya" saran Elleta

"Sampai kapan pun tidak akan" balas Belle menatap Elleta pasti, meyakinkan Elleta jika perkataannya tidak akan terjadi.

Dikamus Belle sangat terlarang jika ia harus menyatakan cintanya terlebih dahulu ke seorang pria, menunggu sampai ia bosan dan akhirnya berpaling ke pria lain jika pria yang ia cintai tidak kunjung menyatakan cinta kepadanya.

"Bagaimana jika dia direbut yang lain?" Tanya Elleta sedikit menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Belle dengan jelas.

"Itu artinya aku harus berhenti dan mencari yang lain" jawab Belle tersenyum menutupi kesedihannya.

"Aku yakin dia sedang menunggu waktu yang tepat" ucap Elleta tersenyum hangat membuat perasaan Belle membaik saat melihatnya.

"Jangan menghiburku." Balas Belle gengsi lalu mengalihkan matanya ketempat lain, Belle memang perempuan yang sangat gengsian.

Elleta yang melihat reaksi Belle pun tertawa kecil, "Aku tidak menghiburmu, tapi itulah yang aku rasakan dari cara dia menatapmu" balas Elleta kembali membaringkan tubuhnya dan memunggungi Belle, membiarkan Belle bebas tersipu dibelakangnya.

***

Sore harinya pintu kamar rawat Elleta diketuk dari luar, Diana pun mengecek siapa yang mengetuk dan menyuruhnya untuk menunggu karena ia membutuhkan izin dari Elleta untuk mengizinkannya masuk menemui Elleta.

"Saintess datang untuk menjenguk anda Nona" ucap Diana membuat Elleta sesaat menatap Belle

"Biarkan dia masuk" balas Elleta kepada Diana dan Diana pun berjalan untuk membukakan pintu

"Aku akan datang lagi besok pagi, sampai jumpa!" Ujar Belle bersiap untuk pulang bersama dengan pelayan pribadinya.

Belle yang sempat berpapasan dengan Saintess pun menunduk singkat memberikan salam kepada Saintess.
Elleta yang sedang dalam keadaan berbaring tidak bisa memberikan salam kepada Saintess, "Tidak apa, nak." Ucap Viviene sembari mengelus kepala Elleta lembut.

"Terima kasih, Bibi" ujar Elleta saat Viviene meletakkan keranjang berisikan buah-buahan dimeja.

Viviene pun duduk ditempat yang Belle duduki tadi, yaitu kursi yang berada disamping ranjang.

"Berikan tanganmu, aku akan menyembuhkanmu." Ucap Viviene sembari tersenyum lembut

"Tidak perlu Bi, lagipula aku sudah baikan. Bibi juga pasti kelelahan dan sudah menghabiskan kekuatan Bibi untuk menyembuhkan orang-orang" balas Elleta menarik tangannya ke atas perutnya, yang pada awalnya berada disamping tubuhnya.

"Terima kasih sudah mau mengerti, tapi Bibi masih kuat untuk menyembuhkanmu" balas Viviene ingin menyentuh tangan Elleta namun dengan segera ditarik olehnya.

"Tidak Bi, nanti Bibi akan kelelahan. Simpanlah tenaga Bibi." Ucap Elleta sembari tersenyum simpul membuat Viviene mau tidak mau ikut tersenyum.

"Bisa kau ceritakan bagaimana bisa dia mendorongmu?" Tanya Viviene penasaran

"Awalnya aku mengajaknya ke tempat yang sepi dan dia memilih untuk dijembatan tengah danau, aku pun mengeluarkan hadiah sebuah kalung yang sama dengan milikku, hanya saja terukir nama milik masing-masing dikalung itu. Calon kakak ipar menolaknya tetapi aku memaksa dengan ingin memasangkannya ke lehernya, tapi ia malah mencekik dan mendorong ku hingga tubuhku melewati pagar jembatan." Jelas Elleta memasang wajah sedihnya

"Apa kau tahu jika akan dilakukan persidangan saat kau telah pulih?" Tanya Viviene kembali

"Sudah" jawab Elleta mengangguk singkat

"Tidakkah kau ingin berbicara terlebih dahulu padanya? Hanya berdua" saran Viviene dijawab gelengan oleh Elleta

"Tidakkah kau kasihan kepada Nigel? Tunangannya akan masuk penjara jika persidangan ini dilakukan, cobalah berbicara dengannya dia pasti tidak sengaja dan bahkan akan berlutut meminta maaf padamu hm." Bujuk Viviene masih dengan wajah sok baiknya seolah caranya adalah jalan yang terbaik bagi Elleta.

"Aku hampir mati tenggelam dan Bibi menyuruhku untuk berdamai dengannya?! Hiks hiks kenapa Bibi malah membelanya?! Hiks" Elleta sengaja menangis dengan suara yang besar.

Duke dan Kenneth langsung masuk kedalam saat mendengar suara tangisan Elleta dan keduanya menatap Viviene dengan tajam.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang