84

49.5K 7.1K 135
                                    

"SIALAN! AAAAGGHHH HIKS AAGH..." Para prajurit sontak langsung memegang dan menahan Alexia lalu menjauhkan Viviene dari Alexia, karena suasana yang semakin tidak terkontrol akibat perbuatan Alexia terhadap Viviene yang merupakan tokoh yang dihormati oleh masyarakat.

Publik dengan penasaran dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua, tapi satu hal yang pasti pikiran mereka buruk tentang Alexia.

Akhirnya Viviene berjalan turun menuruni anak tangga, tepat dianak tangga ketiga seorang wanita dengan rambut yang acak-acakan tiba-tiba saja berlari dengan sebilah pisau ditangannya dan menusuk Viviene tepat pada perutnya. Hal itu terjadi dengan sangat cepat sehingga tidak ada yang bisa menahan wanita tersebut.

Karena keadaan yang cukup kacau para prajurit dengan cepat mengamankan wanita tersebut dan juga wilayah sekitar Viviene, para medis pun dengan cepat datang untuk memberikan pertolongan pertama kepada Viviene.

Melihat kericuhan yang terjadi, Elleta pun sontak menoleh kearah Kenneth yang sedang duduk dengan santai melihat kericuhan yang terjadi, seolah-olah ia tahu hal ini akan terjadi dan siapa wanita itu.

Elleta menatapnya dengan tatapan bertanya, Kenneth pun memberikan tanda kepadanya agar tetap tenang karena semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah mereka diskusikan.

Fokus Elleta kembali teralihkan ke tempat Viviene terbaring karena suara teriakan dari orang-orang saat melihat kearah Viviene. Para bangsawan pun mulai mengikuti orang-orang yang mulai kabur berlarian berusaha menjauh dari dekat podium.

Dua orang medis hanya bisa mematung terkejut karena melihat darah yang keluar dari tubuh Viviene bukanlah darah yang berwarna merah seperti biasanya, namun berwarna hitam bercampur merah dengan hampir semuanya berwarna hitam.

Gaun serba putih yang Viviene kenakan pun kini berubah menghitam, "ck.." Decak malas dari Viviene sembari memutar matanya lalu menatap tajam ke wanita yang menjadi pelaku penusukan tersebut.

"Orla?" Gumam Elleta saat berhasil melihat wajah pelaku penusukan Viviene dengan rambut yang acak-acakan sehingga menutupi seluruh wajahnya. Sangat sulit melihatnya dari tempat Elleta duduk saat ini.

Dengan kondisi darah yang terus mengalir keluar, Viviene bangkit dari posisinya dengan santai seolah-olah tidak terjadi apapun dan ia tidak merasakan sakit apapun.

Melihat itu kedua prajurit yang memegangi sisi kanan dan kiri Orla pun melepas pegangannya lalu lari, semua orang takut dengan Viviene saat ini karena darah hitam yang keluar dari dalam dirinya.

Darah hitam melambangkan seseorang yang membuat perjanjian dengan iblis, sudah menjadi rahasia umum jika orang yang memiliki perjanjian dengan iblis semakin banyak korban yang mati karenanya semakin hitam darah yang ia miliki. Terakhir kali dalam sejarah orang yang membuat perjanjian dengan iblis hanya 20% darah hitam yang dimilikinya, berbeda dengan Viviene yang hampir seluruh darah miliknya telah berubah warna hitam.

Viviene berjalan dengan santai mendekati Orla yang saat ini terjatuh karena kedua kakinya tidak lagi kuat menopang berat tubuhnya dan juga rasa takut yang ia rasakan, seluruh badannya kaku dan hanya bisa menangis sembari menggeleng. Berusaha mendapatkan ampunan dari wanita setengah iblis didepannya ini. Hal yang sangat tidak mungkin terjadi.

Posisi Viviene kini berada tepat diatas Orla yang terbaring, sehingga darah milik Viviene yang mengalir keluar pun terjatuh ke tubuh Orla dan membuat pakaiannya basah karena darah tersebut.

Viviene mengelus wajah Orla dengan senyuman lebar yang ia miliki, setelah mengelusnya Viviene menjilati air mata milik Orla yang terus keluar karena rasa takut yang sangat besar yang ia rasakan saat ini.

"Begini rupanya rasa putus asamu, manis." Ucap Viviene lalu menjilat bibirnya.

"Apa kau ingin merasakan rasa putus asa yang aku rasakan?" Tanya Viviene membuat Orla menggeleng dengan cepat.

Tanpa menunggu jawaban Orla, Viviene menggigit pipi kanan Orla lalu menariknya dan membuang daging pipi yang ia gigit ke samping.

Puih!

"AAAAAKKKKHHHHH!!!!!" Teriak Orla yang kesakitan sembari menghadang darah yang menetes dari pipinya dengan mulut yang terbuka.

Tak berhenti disana saja, Viviene selanjutnya menjambak rambut Orla sehingga dia mendongak menatap Viviene, lalu menggigit leher Orla sangat dalam sehingga darahnya mengalir dengan deras. Nyawa Orla melayang karena banyaknya darah yang keluar.

Kenneth yang entah sejak kapan hilang dari kursinya, kini berada ditempat duduk Hevadal menarik tangan Elleta untuk pergi mengikutinya.

"Kalian akan kemana Yang Mulia?!" Tanya Henry dengan wajah panik dan ketakutan.

"Ikut saja." Jawab Kenneth cepat

Saat akan menarik Elleta, Kenneth merasa tangannya ditahan oleh Elleta. Ia yang bingung pun reflek menoleh kebelakang dan mendapati tangannya yang dilepas perlahan oleh Elleta.

"Cepat! Kita harus segera pergi dari sini Yang Mulia!" Ujar Henry panik membuat Kenneth tertekan.

"Bawa dia bersamamu!" Perintah Kenneth kepada salah satu prajurit bayangan yang selalu mengikutinya.

Elleta berjalan cepat kearah Duke, "Ayo, kita harus pergi dari sini." Ucap Elleta kepada Duke sembari menggapai tangannya.

~

BITTER TRUTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang