[2] Semua Menganggap Berbeda

98 61 61
                                    

Hai guys
Jangan lupa vote sama komennya dong. Aku nangis nanti kalau nggak ada😭

Skuy...

Malam ini, suasana rumah Aqila sangat ramai. Semua saudaranya berkumpul di situ. Canda dan tawa terdengar di segala sudut ruangan dan hampir saja keluar dari rumah minimalis tempatnya tinggal. Saat semua orang bercanda hanya Aqila yang diasingkan. Tak ada yang menyapanya kendatipun gadis dengan rambut yang dikuncir kuda melemparkan senyum andalannya.

Tak jarang dari mereka menatap sinis ke arah Aqila karena dari mereka semua, Aqila yang paling berbeda. Gadis itu tidak tahu, apa masalahnya jika berbeda dengan keluarga. Bukankah, itu hal wajar? Bagaimana tidak berbeda, wajahnya lebih ke blasteran indo-arab, sementara yang lain tidak sepertinya.

"Hai, Alana. Kamu lagi ngapain?" tanyanya pada seorang gadis 4 tahun.

"Kakak nggak gabung sama mereka?"

"Nggak, Alana. Kakak di sini aja. Sana, kamu gabung sama yang lain. Itu ada Mike juga."

"Aku mau kakak ikut juga."

Hatinya yang lembut, tidak bisa menolak saat genggaman tangan kecil menyelip di jari-jari panjangnya. Tubuh Alana yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan Aqila, membuat tubuhnya harus rada membungkuk agar mendapat kenyamanan saat berjalan.

"Alana, kamu ngapain sama Aqila? Sudah, kamu jangan dekat-dekat sama dia."

Safira, ibu Alana mencoba menarik tangan Alana dari Aqila. Semua hening menyaksikan Aqila yang diam mematung. Gadis kecil itu hanya memajukan bibirnya ke depan dengan tatapan mata sedih menuju pada mata Aqila yang terlihat sangat tabah dan pancaran kesabaran yang besar.

"Memangnya kenapa, Bu? Kak Aqila juga keluarga di sini. Kenapa, tidak boleh bergabung? Bu, Rafael mohon sama ibu. Jangan karena perbedaan seperti itu, ibu jadi banding-bandingkan Aqila dengan yang lain. Bukankah, Allah menciptakan semua makhluknya berbeda-beda?"

"Tapi, ibu nggak setuju. Dari kita semua, dia yang berbeda. Aqila nggak pakai hijab, mukanya beda. Ibu saja nggak yakin, dia keturunan siapa."

"Cukup, Bu. Aku nggak tau kenapa ibu bisa sejahat itu sama keluarga yang bahkan masih satu ikatan darah."

Saat Aqila rasa akan terjadi hal yang tidak diinginkan, gadis itu menarik tangan Rafael dan membawanya keluar. Dia tidak mau semua kebersamaan keluarga besarnya hilang disebabkan karena Aqila. Rafael adalah anak Safira, tantenya yang seumuran dengan Aqila. Jadi, dia bisa berkata seperti itu.

"Rafael, lo nggak perlu kayak gini. Gue udah biasa," ucapnya setelah berada di luar rumah.

"Ya, nggak bisa gitu Aqila. Lo juga keluarga kan? Gua yang saudara lo, merasa nggak adil kalau kayak gini. Gua bisa rasain kalau lo sebenarnya juga sakit diginiin. Gua aja nggak tau bisa kayak lo apa nggak."

"Iya, lo benar. Tapi, gue nggak mau lo juga nasibnya sama kayak gue gara-gara belain gue mulu."

"Tugas saudara kalau itu. Ya masa, liat keluarganya digituin gue diem. Nggak ada, Aqila."

"Tapi, kenapa lo beda sama yang lain? Saat semua menghindar termasuk mamah dan papah, tapi lo malah belain gue."

"Ya, karena gue tau lo itu benar. Soal fisik sama semua yang ada di lo itu beda, kan sudah Allah yang atur. Gue tau kok, walaupun lo nggak pakai jilbab terus terbuka, tapi lo gadis baik-baik."

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now