[70] Wisuda dan Lamaran Talita

15 7 6
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Pagi buta suasana rumah ayah dan ibu tiri Aqila sudah ramai dengan berbagai macam suara yang bising. Jadi, untuk wisuda kali ini Aqila meminta untuk menyiapkan segala keperluan tata rias di rumah orang tua angkatnya yakni Maria dan Mansyur. Walaupun Aqila sudah bertemu dan tinggal bersama dengan orang tua kandungnya, untuk komunikasi dengan orang tua angkatnya masih berjalan baik.

Mengapa dia meminta untuk berdandan di situ? Karena dia juga menghargai aturan pesantren di pondok umi dan abi. Dia juga tak ingin fokus para santri terganggu. Terlebih lagi santri putra. Secara Aqila dan ketiga sahabatnya masuk dalam barisan santri paling dicari dan cantik. Bahkan biarpun Nara sudah menikah mereka masih sering dijuluki itu.

"Lama banget sih, Cik. Gue kepanasan nih," ucap Aqila.

"Sabar atuh, Sayang. You tinggal silent aja yap. Ntar akoh bakalan bikin kamu bak bidadari pokoknya. Okeyy," ucap seorang banci yg Aqila panggil Cik.

"Iye tau. Tapi lo nggak liat sahabat gue juga udah nunggu. Bayangin kita dari subuh di sini belum kelar juga. Untung kita dah makan. Kalau nggak udah pingsan."

"Si Nara mending nunggu lama dia nggak gabut sebab ada yg nemenin dia. Mana nempel lagi," ucap Alinda melirik sepasang suami istri di sofa paling ujung yang tengah bercanda. Sesekali Nara mencubit lengan suaminya karena tingkah sang suami. "Duh lama-lama seret juga gue liatnya," lanjut Alinda.

"Sabar napa, Lin? Kek gue dong santuy sebab bentar lagi gue juga bakalan kek gitu," ucap Talita mengundang tanya Alinda dan Aqila. Nara mana denger ucapan sahabatnya karena dia asik bersenda gurau.

"Dih, udah mandi lo? Baru juga mau diwisuda," ucap Alinda mengejek.

"Wah kagak percaya. Liat aja nanti. Kalian bakalan kaget," ucap Talita membuat ketiga sahabatnya bingung.

"Ayoy, udahlah. Cik udah selesai nih. Ayok giliran siapa nih?"

"Gue duluan lah. Linda sebagai yang tertua lo ngalah ya. Ayolah buat adik lo nih," ucap Talita.

"Dih. Ya udah lah gue terakhir."

"Terakhir apaan? Kan gue juga belum woi. Lupa ya kalian sama gue?" tanya Nara di sofa paling ujung.

"Yee siapa suruh pacaran mulu. Mentang-mentang udah ada ayang halal!" ucap mereka lantang.

"Hihi, maaf lah. Ya udah gue nyusul sana," ucap Nara hendak berdiri namun tangannya ditahan oleh Gus Hafiz.

"Udahlah, Yang. Terakhir enggak papa lah. Mas masih mau ditemenin sama Dek Nara."

"Astaghfirullah, Mas. Jangan gitu ih. Enggak enak loh sama mereka. Kan nanti masih bisa di rumah loh."

"Aish, ya udahlah kalau gitu. Mas tunggu sini."

"Nah pinter. Na enggak lama kok nanti di make up nya."

"Dek, jangan cantik-cantik dandannya. Mas enggak mau cowok sekolah kamu terpana sama kecantikan kamu."

"In syaa allah, Mas. Na pakai cadar kok nanti. Ya udah Na ke sana dulu."

Nara menyusul ketiga sahabatnya dan duduk melihat tangan lihai Acik memoles wajah Talita. Aqila sudah sibuk foto-foto dengan Alinda. Mereka berdua juga melakukan selfi bersama. Karena bosan, Nara memainkan ponselnya dan memilih bermain game Baby Bus.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now