[53] Secelah Jarak Kita

27 17 47
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

Aqila duduk melamun di antara beberapa kursi taman sekolah. Pasca kejadian itu, Aqila benar-benar hancur. Dia ingin segera mengakhiri ta'aruf dengan Abian. Kejadian kemarin masih jelas teringat di kepalanya. Di depan mata kepalanya secara langsung terlihat jelas Abian begitu menikmati tingkah Azkia. Wajar jika hatinya tersayat.

Gadis itu menatap kosong tanah di bawah dan terdapat sepasang kaki yang berdiri tepat di hadapan dia. Gadis itu mengusap air matanya kemudian mendongak untuk melihat siapa yang menghampiri dirinya.

Senyuman manis terbit pada orang itu dan tangannya memberi petikan bunga mawar yang sengaja dia petik. "Halo calon istri. Lo ngapain di sini? Mana temen-temen lo yang lain?" ucapnya seolah tidak tahu apa yang tengah terjadi.

Abian mendudukkan dirinya di samping kiri Aqila. Melihat wajah Abian yang begitu, membuat Aqila ingin segera memotong kepala Abian kemudian dia buang. Gadis itu sekarang begitu marah, kecewa, dan kesal dengan Abian. Aqila berdiri hendak pergi dari Abian. Hal itu sontak membuat pria itu bingung karena Aqila seperti menghindarinya.

"Mau ke mana? Gue baru datang loh, Qil."

"Siapa suruh lo datang ke sini? Gue enggak lagi minta buat ditemenin kan? Lo aja yang modus," ucap Aqila dengan suara datar tanpa menoleh ke Abian.

"Gue ada salah apa? Kok lo hindarin gue?"

"Lo enggak salah kok. Mendingan lo biarin gue pergi dulu. Males gue di sini."

Abian semakin bingung. "Gue ada bawain bunga mawar nih. Cocok bu_" ucapnya terpotong karena Aqila menyelanya.

"Enggak usah modus, enggak usah basa-basi. Gue muak plus males lihatnya. Gue duluan. Jangan kejar gue," ucap Aqila dan kemudian pergi.

"Aqila!" teriak Abian.

Aqila jatuh tersungkur saat ada sebuah motor yang entah dari mana datangnya dan menyerempet Aqila. Abian menatap plat motor itu kemudian menghampiri Aqila. Semua siswa segera mengerubungi Aqila seperti halnya sebuah pertunjukkan.

Ketiga sahabat Aqila terkejut saat melihat darah yang keluar dari kepala Aqila. Tempat Aqila jatuh terdapat batu. Mereka yakin jika gadis cantik itu jatuh mengenai batu tajam yang ada di bawah. Alinda sudah panik dan hampir menangis namun Talita sigap mencegahnya.

"Aqila bangun, Qil. Lo enggak boleh tutup mata. Lo tahan ya, gue bawa ke rumah sakit," ucap Abian khawatir.

"Qil, tahan. Lo enggak boleh pingsan," ucap Nara.

Samar-samar Aqila melihat sekitarnya yang penuh dengan kumpulan siswa siswi yang memutari tubuhnya. Dilihatnya sebuah mata yang menatap khawatir kepadanya. Aqila tahu jika Abian ingin sekali menggendongnya tetapi dia harus tetap jaga batasan. Aqila merasa jika pipinya terasa basah. Nara yang memangku dia menangis.

"E-nggak u-usah nangis, Na. Gue enggak papa," ucap Aqila terbata.

"Lo berdarah, Aqila. Sakit itu. Gue takut lukanya serius," ucap Nara.

Aqila menggeleng lemah dan di bawah gelapnya bayangan samar dia melihat seseorang yang berdiri dengan senyuman licik. Dia sudah gila. Aqila melihat melalui celah itu dan kemudian samar-samar orang itu pergi dengan puas karena membuat dia terluka dan jatuh seperti ini.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang