[10] Pindah Kelas

49 33 7
                                    

Assalamualaikum semuanya...
Aqila mau datang...
Yuk, ramaikan dengan vote+komen
.
.
.
.
.
.

Tak  seperti  biasanya, Aqila  memilih  untuk  datang  ke sekolah  lebih  awal. Sebelum  berangkat, bibi  kembali  bertanya  padanya kenapa tiba-tiba ingin  masuk  lebih  awal, namun Aqila hanya ingin saja tidak ada maksud lain. Setelah mendengar jawaban Aqila, akhirnya bibi mengizinkan Aqila untuk masuk sekolah lebih awal.

Sesampainya di sekolah, terdapat beberapa siswa yang sudah berangkat. Aqila yang masih belum lama ada di situ, hanya diam. Ingin menyapa lebih dulu, tetapi dia takut, hasilnya tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Sepanjang perjalanan menuju kelas, Aqila diam sesekali menunduk jika ada beberapa siswa yang menyapanya.

"Yang benar, saja. Masa belum ada orang. Padahal udah mau jam 7," gumamnya.

Kelas terletak di bagian pojok sekolah itu membuat Aqila merinding, saat menginjakkan kakinya di kelas. Hawa dingin menyeruak masuk ke dalam pori-pori kulit. Dorongan dari mana, Aqila menatap bagian sudut  ruang kelasnya. Perlu diketahui, tempat yang Aqila gunakan bukan ruang kelasnya, karena angkatan Aqila saat ini belum memiliki kelas. Alhasil, mereka masih menumpang. Kelas Aqila sendiri masih menumpang di ruangan ketrampilan tata busana.

"Nah kan, jadi keinget yang di kamar mandi saat di pesantren. Talita, lo kapan berangkat sih?" ucapnya.

Memilih  untuk  menghilangkan  rasa  takut, Aqila  membuka  ponsel  dan  sekedar  scroll  Instagram  miliknya. Aqila  mengernyit  saat menemukan satu pesan dari menu yang ada di ujung kanan beranda Instagram miliknya. Dengan rasa penasaran, gadis itu membuka dan menemukan username Adnan di sana.

"Lah, tumben ini bocah DM?" gumamnya.

Saat ingin membalas, pintu kelas diketuk dan Talita berdiri di sana bersama dengan Alinda. Helaan napas lega Aqila keluarkan. Mengapa? Karena dia tidak lagi sendiri. Talita dan Alinda  menghampiri Aqila, kemudian mereka tersenyum.

"Lo pada ngapain senyum? Nggak kesambet, kan?" tanya Aqila.

"Nggak lah. Masa senyum cantik gini dikata kesurupan. Yang biasanya kesurupan itu si Talita, nih."

"Eh, seriusan? Kok, nggak pernah keliatan kalau lo kesurupan?"

"Lo mau liat. Tapi, hati-hati ya. Nanti, gue bisa ngamuk. Malah bisa buat lo takut," jawab Talita.

"Aneh nggak sih? Lo kan di pondok. Masa kesurupan? Jangan ngadi-ngadi deh," jawab Aqila tidak percaya.

"Dia udah nggak di pondok, Aqila. Coba sih, lo tanya Talita," ucap Alinda.

"Iya, gue belum cerita. Beberapa hari setelah lo pindah, gue juga pindah dari pondok. Nggak tau juga, kalau itu kebetulan sama Adnan." Aqila mengernyit.

"Iya. Dia juga keluar, nggak tau kenapa. Kalau gue sih, keluar sebab gue udahan mondoknya. Mau fokus sekolah aja. Nggak enak sama orang tua, harus bayar dua kali lipat kalau gue juga mondok."

Aqila mengangguk paham. Pantas saja, Talita dan Adnan sekarang lebih bebas memegang ponsel. Ada satu hal yang membuat Aqila bingung. Kenapa dia berhenti? Ada yang ganjal menurut Aqila. Tapi, entah kenapa Aqila berpikir Adnan keluar karena dirinya. Aneh bukan?

Mereka lama mengobrol, hingga satu persatu teman sekelas Aqila datang. Kegiatan mereka berhenti saat wali kelas datang. Mereka sama-sama diam mendengarkan wali kelas yang akan memberitahu sebuah informasi mengenai kelas ke depannya.

"Anak-anakku, jadi ibu mau kasih tau kalau besok kalian pindah kelas lagi. Kelas kalian di pondok putri," ucapnya.

"Kenapa Bu?" tanya Aqila lembut.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang