[69] Masa Tenggang

58 34 129
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.

Tak terasa satu tahun sudah Aqila jalani. Gadis itu bersyukur karena bisa menemukan sahabat-sahabat yang selalu ada bersamanya dan selalu menjadi tameng saat dia dalam bahaya. Waktu itu sebentar lagi akan berakhir. Banyak hal yang sudah mereka alami dan hadapi bersama-sama.

Ujian kelulusan sudah berhasil mereka lalui. Setelah pernikahan Nara, sekolah mereka tinggal menghadapi banyak soal ujian kelulusan. Lalu bagaimana dengan Nara? Gadis itu banyak mengikuti susulan karena banyak mengambil cuti pasca pernikahan dia dan Gus Hafiz. Aqila? Gadis itu pun sama banyak mengikuti susulan namun tidak sebanyak Nara. Tidak masalah, asalkan semua ujian itu bisa dia lalui. Hasilnya dia serahkan pada Allah SWT.

Seperti saat ini, Aqila dan ketiga sahabatnya tengah dikumpulkan di mushola bersama dengan teman-teman kelas 12 lainnya. Tentu saja hal ini berkaitan dengan acara pelepasan siswa kelas 12 angkatan mereka. Sebelum acara itu tiba, mereka diberi waktu seminggu untuk berlatih dan mulai mempersiapkan pakaian yang akan dikenakannya. Pun dengan para adik kelas yang diwajibkan menampilkan pentas seni untuk kelas 12 nanti, mereka  juga sibuk mempersiapkannya.

"Keknya seru enggak sih perpisahan nanti? Ada pentas seninya loh," ucap Talita.

"Iya sih bener banget. Ini gue baru pertama kali ngerasain yang bener-bener perpisahan. Beda pas masih SMP, enggak terkenang sama sekali. Ya enggak, Ta?" tanya Nara.

"Yoi. Ini semua gara gara covidah itu. Rese banget. Jadinya kita cuma dikasih masker sama itu medali doang," ucap Talita.

"Hah, covidah?" bingung Aqila.

"Covid 19. Corondul itu loh," ucap Alinda.

"Eh iya. Sorry gue ngelag," ucap Aqila tertawa canggung.

"Gimana enggak ngelag, pikiran lo Abian terus gila," jawab Talita.

"Yee, lo juga Adnan terus kok," jawab Alinda.

"Lo juga si Bayu terus," ucap Aqila.

Tiba-tiba di kala perdebatan tidak penting mereka ketiga laki-laki itu datang menghampiri mereka. Entah sudah berapa hari mereka tidak melihat pujaan hati mereka masing-masing. Kali ini mereka datang minus Devan. Ketiga sahabat Aqila terpesona dengan kedatangan tiga laki-laki tampan itu. Nara yang melihatnya pun jengah.

"Ehemm, udah kali liat-liatannya. Belum halal juga," ucap Nara menyindir.

"Eh, pengantin baru. Heheheh, mana suami lo? Belum jemput kah?" tanya Adnan.

"Kata siapa? Kalian enggak liat laki-laki tampan di dekat gerbang itu?" Nara mengarahkan pandangannya ke arah gerbang diikuti keenam manusia yang ada di sekitarnya itu. Yap, Gus Hafiz sudah menunggunya untuk pulang. "Ya udah lah ya. Gue mau pulang dulu. Pangeran gue udah nungguin. Buat kalian buruan nikah biar apa yang diharamkan jadi dihalalkan. Dadah para jomblo," ucapnya meledek.

"Dasar, bucin!" teriak mereka berenam.

"Ayang Talita, ayuk kita kayak gitu. Mau kan sama Aa Adnan, hm?" tanya Adnan.

"Makanya buruan halalin."

Kedua sahabatnya tertawa saat melihat ekspresi Adnan yang begitu melas. Aqila terdiam sesaat sebelum kemudian dia mengatakan sesuatu yang membuat kedua sahabatnya begitu antusias. Sayangnya Nara sudah pulang lebih dahulu.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now