[30] Bimbang

67 46 164
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Pagi ini, Aqila sudah bersiap mandi. Ucapan Devan kemarin, membuat Aqila tidak bisa tenang. Entah kenapa ada rasa sedih, bahagia, dan gugup secara bersamaan. Tujuannya bersih diri adalah bermaksud agar bisa menghilangkan semua perasaan itu. Mike juga ikut bangun karena tingkahnya.

"Kakak tumben mau mandi awal. Biasanya aja paling males kalau mandi. Emm...ada apa Kak?" tanya Mike.

"Nggak papa kok. Kakak cuma lagi pengin aja. Kayaknya seger, deh." Aqila menyiapkan baju yang akan dia kenakan. Kemudian, menghampiri sang adik yang masih termenung memperhatikan kakaknya. "Kamu sendiri ngapain bangun? Tidur lagi Mike."

Aqila berjalan ke kamar mandi setelah melihat Mike menuruti perintahnya. Aqila sedang dapat tamu bulanan, jadi dia tidak menunaikan salat subuh. Memilih untuk menjernihkan dan menenangkan pikirannya, Aqila menjulurkan tangannya ke kenop pintu kamar mandi, kemudian masuk ke dalam sana.

Guyuran dinginnnya  air, menciptakan sensasi begitu indah dan sangat menenangkan. Buliran air turun dari atas kepala hingga ujung kaki. Mata Aqila terpejam berusaha mengingat apa saja yang telah menimpa dia akhir-akhir ini, hingga semua pikiran itu perlahan memudar bersamaan dengan air yang menuruni tubuhnya.

Tenang. Adalah salah satu kata yang menggambarkan kondisi pikiran dan hati Aqila setelah membiarkan tubuhnya terkena guyuran air di pagi yang dingin namun sejuk hari ini. Aqila cepat-cepat membersihkan tubuh dengan sabun, lalu menyelesaikan mandinya.

Berada di bawah air pagi hari, membuat tubuhnya sedikit menggigil. Aqila segera mengunakan pakaiannya setelah mengeringkan tubuh dengan handuk. Aqila memakai baju yang disiapkan dan berjalan keluar. Mike setia memejam dengan tangan memeluk boneka kesayangan Aqila yang ada di kasurnya.

Datang menghampiri Mike untuk izin, Aqila rasa tidak masalah. Walaupun Mike tertidur, tetapi jika ada seseorang yang mengganggunya biarpun suara itu kecil, Mike akan segera bangun. Hitung-hitung, Aqila melakukannya untuk izin keluar pada Mike. Sepelan mungkin, Aqila mendekati Mike agar tidak terbangun.

"Dek, kakak izin keluar dulu ya..."

Terlihat pergerakan kecil dari tubuh mungil Mike.  Aqila terkekeh pelan melihatnya. Bibir Mike manyun dan perlahan membuka dua matanya yang lucu. Aqila tersenyum dan mengusap rambut Mike berusaha menenangkan adiknya.

"Kakak mau ke mana?" tanya Mike serak.

"Kakak izin keluar ya. Kalau mamah atau papah cariin bilang aja kalau kakak lagi keluar. Mau cari angin pagi-pagi."

"Iya, Kak. Tapi, Mike titip sesuatu yah..."

"Kamu mau apa?" tanya Aqila lembut.

"Beliin siomay, Kak."

"Ya udah. Kalau ingat, nanti kakak beliin. Sekarang, kamu tidur aja dulu. Kakak pergi dulu, ya. Assalamu'alaikum...."

"Waalaikumsalam, Kak..."

Aqila berjalan menuju vas bunga yang ada di meja dekat pintu keluar. Di sana adalah tempat kunci cadangan jika Aqila ingin pergi. Takut dibuat mainan oleh Mike, Aqila menyimpannya di bawah vas bunga. Karena, di situ jauh lebih aman dari Mike.

Aqila keluar dan membuka pintu utama. Jika tadi Aqila ingin langsung menuju rumah Devan, semua itu ia urungkan karena dia ingin sedikit bermain-main di pagi buta ini. Aqila berjalan santai dan menuju taman rumah lebih dahulu. Diambilnya benda pipih yang dari tadi disimpan di saku rok miliknya.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now