[57] Serius Berakhir?

72 40 165
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Gue cepek sebab liat lo terus-terusan minta maaf. Percuma, Bian. Gue udah enggak percaya sama lo!"

"Qila, dengerin aku dulu ya. Kamu jangan kayak gini," ucap Abian dengan mata berkaca.

Dua orang berbeda jenis kelamin itu kian menjadi sorotan semua penghuni sekolah. Terlihat beberapa guru yang juga menyaksikan perdebatan antara Aqila dan Abian. Semua ini terjadi karena ulah Talita dan Alinda. Entah apa yang ada di pikiran mereka sehingga merencanakan semua ini.

Nara diam di ujung lapangan sembari menatap tajam ke arah Talita dan Alinda. Sudah jelas jika Aqila enggan untuk melihat Abian, lantas mengapa mereka merencanakan semua itu? Nara tak habis pikir dengan dua sahabatnya itu.

"Lo berdua ikut gue," ucap Nara dan menarik tangan Alinda juga Talita.

Tak ada yang berani untuk berkata apa pun. Semua hanya menatap empat mata yang saat ini tengah bertatapan. Sepasang mata terlihat penuh dengan kebencian dan sepasang lagi penuh dengan pancaran penyesalan. Keduanya diam dan seolah berbicara dengan kontak batin.

"Sekarang, lo pergi di hadapan gue. Sekali lagi lo muncul di hadapan gue, jangan salahkan gue kalau gue bunuh lo. Pergi!"

"Aqila_"

"Gue mohon sama lo. Pergi sekarang juga," ucap Aqila.

"Sayang...."

"Cih, gue benci sama lo! Pergi atau gue yang pergi selamanya dari lo," ucapnya penuh penekanan.

Tak ada lagi yang bisa Abian katakan. Dia sudah menyerah. Selama ini dia begitu bodoh. Bagaimana bisa dia bisa tertarik dengan Azkia dan mengkhianati gadis setulus Aqila. Abian menyalahkan dirinya sendiri. Pria itu merasa tak pantas untuk hidup lagi. Tujuannya seolah hilang.

"Tunggu," cegah Aqila membuat sedikit harapan untuk Abian.

"Aqila, aku tau kamu enggak bakalan mau akhiri semua ini kan? Kamu sayang sama aku. Iya, kan?" ucap Abian.

Aqila mendekati Abian dan dia mensejajarkan tubuhnya pada Abian yang saat ini sudah bersimpuh bak selir pada raja atau ratunya. Gadis cantik itu menyerahkan sebuah berkas dalam map dan membuat Abian bingung.

"Maksudnya?"

"Gue balikin berkas biodata lo. Gue enggak butuh," ucap Aqila.

"Enggak, enggak. Kamu bukan Aqila. Kamu enggak mungkin kayak gini. Enggak, enggak," ucap Abian dengan air mata yang mengalir deras.

"Lo enggak lagi mimpi," ucap Aqila datar.

Gadis itu berdiri menatap setiap penjuru kelas. "BUAT KALIAN SEMUA! KALIAN AKAN JADI SAKSI UNTUK APA YANG TERJADI SAAT INI, DI MATA KALIAN SEMUA!" teriak Aqila lantang.

"Enggak, enggak. Aqila ini enggak bener," ucap Abian dengan  suara bergetar.

"HARI INI, JAM INI, MENIT INI, DAN DETIK INI. GUE, AQILA BAKALAN KASIH TAU SAMA KALIAN SEMUA. ABIAN DAN AQILA TIDAK LAGI BERSAMA. AQILA MENGAKHIRI TA'ARUF DENGAN ABIAN!" teriaknya tanpa memedulikan Abian.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang