[22] Ini Tentang Moodnya

27 10 8
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Sepulang sekolah kemarin, untuk memenuhi rasa penasarannya Aqila segera menanyakan soal Devan pada Nara. Awal memang Nara malas untuk mengatakannya, tetapi karena Aqila bersikeras pada akhirnya Nara mulai menceritakan semuanya pada Aqila.

Di balik sikapnya yang pendiam, ternyata Nara menyimpan sebuah cerita yang membuat dia tertutup untuk seorang laki-laki. Soal dulu, saat Nara mengatakan pada Aqila jika tidak mengenal Devan semua itu hanya kalimat yang membuat cerita sebenarnya tertutupi.

"Pantesan aja. Ternyata, mereka udah kenal. Devan juga kok bisa bego gitu. Melepas berlian kayak Nara buat perak kayak itu cewek," ucap Aqila sembari mengetikkan sesuatu di ponselnya. Kebiasaan Aqila saat santai adalah bercerita apa saja dengan Nara. "Tapi, kasihan juga sama Nara. Gara-gara Devan, dia mati rasa. Gimana ya, supaya dia bisa kebuka lagi?" gumam Aqila.

Mike datang dan duduk di pangkuan Aqila. Latas, bocah laki-laki itu memanyunkan bibirnya sembari melihat ke arah sang kakak yang sibuk dengan ponsel. Merasa terabaikan, Mike merebut ponsel Aqila dan menyembunyikan di dalam bajunya. "Apa sih, Dek? Siniin hp kakak! Nanti teman kakak marah itu," ucap Aqila.

"Nggak mau. Kakak pacaran ya?" tanya Mike.

"Sembarangan kamu. Itu teman kakak, namanya Nara. Nggak pacaran, kok." Aqila berusaha sabar menanggapi adiknya. "Sinii, dong. Kamu jangan nakal, ih." Mike turun dan menyembunyikan hp Aqila.

Aqila yang tidak mau ribut, akhirnya merendah dan mengacak rambut Mike. Sekarang, Mike mulai mengeluarkan ponsel Aqila namun masih belum menyerahkannya. "Kamu kenapa, Dek? Kenapa hp Kak Aqila diumpetin, sih? Kalau mau pinjam nantian. Bakalan, aku kasih." Mike menggeleng bertanda jika itu bukan maunya. "Terus apa, Mike? Jangan buat aku kesel," ucap Aqila bingung.

"Kakak sibuk hp mulu. Lupa kalau ada Mike di sini. Kakak nggak sayang sama Mike ya? Hiks...jahat."

"Eh, jangan gitu. Jadi, kamu cemburu kalau kakak main hp ya? Ya udah, kakak main hp kalau kamu tidur ya atau main sama temen. Jangan nangis dong. Adiknya Aqila nggak boleh cengeng. Sini, kita main bareng," ucap Aqila dan menemani Mike setelah sebelumnya dia meletakkan hp di nakas.

Kedua kakak beradik itu bermain. Benar saja dalam waktu setengah jam, Mike kelelahan dan dia tertidur. Aqila hanya menggelengkan kepalanya dan dia membereskan mainan yang berserakan di kamarnya. "Untung lo adik kesayangan gue, Mike. Kalau nggak gue buang ke laut." Aqila yang sedikit kesal, meletakkan semua mainan Mike. Aqila bergerak menuju nakas dan mengambil ponsel yang sudah didiaminya.

"Udah ngoceh apa aja, ya? Kayaknya bakalan spam, deh. Dasar Nara," ucapnya dan membuka aplikasi bewarna hijau. "Eh, tumben nggak ada balas lagi. Biasanya aja sampai emot teriak keluar baru udahan," ucapnya.

Aqila melamun dan kembali membuka telegram. Niatnya sih mau menonton anime, tetapi matanya teralihkan pada anonymous chat. Sebuah fitur chat yang isinya untuk menambah teman dan sebagainya dari semua daerah. "Lama juga gue anggurin ini. Main lagi lah, siapa tau ada cogan." Aqila mulai mencari nama-nama yang menurutnya unik. Jarinya terhenti pada satu nama yang menurutnya sangat unik.

"Abian Adinata Brameswara...." ucap Aqila membaca username di layar hp nya. "Ini umur berapa sih? Namanya bagus, tapi unik. Gue PC nggak ya? Takutnya om-om. Nanti kalau gue diembat terus diajak nikah gimana?" ucapnya makin tidak jelas.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ