[27] Pertemuan Tanpa Sengaja

20 11 22
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Capek banget, gila. Baru aja taruh tas sudah disuruh lagi ke warung. Mamah nggak tau cape atau gimana?" ucap Aqila.

Jarak rumah ke warung tempat Aqila akan tuju tidaklah jauh, hanya selisih satu rumah dan letak warung itu di belakang rumah yang dimaksud. Mungkin tidak menutupi kemungkinan jika akan kelelahan, tetapi yang membuatnya kesal adalah Aqila barusan pulang dan tanpa disuruh istirahat atau minum, sudah disuruh lagi. Sangat menyebalkan.

Sepanjang perjalanan menuju warung, tak hentinya ribuan kata umpatan Aqila keluarkan sebagai cara supaya tidak kelelahan hingga sampai juga di depan warung dengan pintu warna hijau. Segera Aqila tanya di mana orang yang punya warung.

"Dek, ibu kamu di mana?" tanyanya pada anak usia sekitar 5 tahun sama seperti Mike. "Panggilin ya...bilang kalau kakak mau beli di sini," ucap Aqila mengelus rambut gadis kecil itu.

"Ibu! Ada yang beli!"  teriaknya.

Aqila reflek menutup telinga karena teriakan gadis itu. "Buset, badan segitu kok tenaga teriaknya gede banget, yak? Gue aja nggak sampai segitunya," ucapnya heran

Datang wanita paruh baya dengan opron berwarna merah. Ternyata, dia tengah memasak. Tiba-tiba, Aqila merasa tidak enak. Mungkin, ini efek karena dia kelelahan. Ibu pemilik warung melayani apa yang menjadi tujuan Aqila ke sana.

"Totalnya 30 ribu, ya." Aqila menyerahkan uang lima puluh ribu, membuat ibu pemilik kantin. "Nggak usah dikembalikan, Bu. Ambil saja. Maaf ya, tadi saya ganggu ibu masak?" ucap Aqila.

"Jangan gitu, Neng. Buat apa ibu buka warung kalau bukan buat layani pelanggan. Nggak papa, kok. Ibu yang minta maaf karena bikin nunggu." Aqila tersenyum dan pamit kepada pemilik warung itu. Terlalu sibuk melihat barang belanjaan yang disuruh oleh mamah hingga tak sengaja dia menabrak seseorang. "Eh...maaf. Gue nggak sengaja. Aduh, maaf ya." Aqila jongkok untuk mengambil beberapa barang yang jatuh karena insiden itu.

"Aduh....gimana ini? Banyak yang jatuh. Untung telurnya nggak pecah," ucap Aqila panik karena takut mamah akan memarahinya.

"Biar gue bantu," ucap orang yang bertabrakan dengan Aqila. "Eh...iya. Makasih, Mas. Maaf repotin," ucap Aqila masih belum melihat ke arah orang itu.

Selesai sudah kegiatan mereka. Semua barang sudah kembali masuk ke kantong keresek. Sisanya Aqila biarkan tercecer di jalanan. "Makasih ya, sudah bantuin gue. Lo..." ucapnya terhenti.

Seorang cowok yang akhir-akhir ini dia rindukan ada di depannya dengan wajah yang sama terkejutnya. Apakah takdir tengah bermain-main? Aqila pikir, orang itu tidak akan pernah untuk dia temui di dunia, karena mereka hanya kenal lewat sosial media tanpa embel-embel face to face.

Bunyi kendaraan yang berlalu lalang di sekitar tempat mereka berdiri seolah kehilangan bunyi aslinya, tergantikan dengan sunyi. Kepada langit yang saat ini biru, apakah Aqila bisa bertanya padamu? Benarkah jika sekarang adalah mimpi?

Masih tidak ada yang berbicara hingga....

"Aqila? Lo Aqila kan?" tanyanya. Gadis yang dipanggil tidak bergeming sama sekali. Semuanya terlalu terburu-buru hingga Aqila sendiri masih belum percaya jika di depannya adalah orang yang ia nobatkan menjadi moodboster. "A-abian...." panggilnya.

Suara Aqila bergetar seperti ada sesuatu yang ingin keluar dari matanya. Mungkin, ini terdengar aneh baginya yang bukan siapa-siapa untuk Abian. Jantungnya berdetak jauh lebih kencang dibandingkan masa-masa ketika mereka berkomunikasi dengan sebuah layar tipis, terkadang juga berbicara lewat telepon.

Gagal. Aqila sangat malu sekarang. Air mata tiba-tiba lolos begitu saja. Abian yang melihatnya khawatir dan seketika mengalami mental down saat melihat Aqila menangis lemah seperti itu. Ingin rasanya Abian membawanya dalam dekapan hangat, namun dia sadar ini bukan saatnya ketika posisi mereka berdua hanya sebatas...teman dan support sistem.

"Aqila...kok lo nangis sih? Jangan nangis lah..." ucap Abian dengan nada lemah.

"Lo sendiri jahat sama gue. Kenapa nggak kabarin gue? Kadang, gue bisa lebih dari satu kali liatin hp, cuma buat tau sama nunggu kabar lo. Tega banget lo..."

"Maaf. Setelah percakapan terakhir kita, gue sibuk sama urusan pindahan sekolah. Jadi, nggak sempet ngabarin lo."

"Tau nggak sih? Lo sekedar p atau salam aja bikin gue seneng. Lah ini....nggak ada sama sekali. Jahat banget sih...." ucap Aqila.

"Lo kangen sama gue ya?" Abian justru menggoda Aqila. Boleh heran tidak? Sebenarnya, Abian itu peka atau tidak? Cowok itu justru menganggap bercanda. "Ehm...seneng banget gue," ucapnya.

"Kenapa? Lo udah ada cewek ya?" Aqila tersenyum tipis dan menghapus air matanya. "Oh, pantesan nggak kabar-kabar. Udah ada yang harus dikabari sih..."

"Iya, gue udah ada cewek." Aqila hanya bisa tersenyum. Resiko mengagumi sebelah pihak emang berat dan pasti menyakitkan. Kata orang, hal terberat untuk mengagumi seseorang adalah saat kita bisa mendengarkan orang itu menceritakan soal seseorang yang dicintai. "Ceweknya itu ada di depan gue. Sumpah seneng banget, apalagi saat tahu kalau ceweknya itu kangen berat sama gue," ucap Abian.

"H-hah....apaan sih, lo. Nggak jelas banget. Gue pergi dulu ya." Aqila ingin berbalik menuju rumahnya, namun dia tidak sadar jika dia salah jalan. Abian yang melihatnya terkekeh gemas. Dia mengikuti Aqila di belakang dan saat dekat dengannya, Abian sedikit menarik lengan baju Aqila. "Eh...lo mau ngapain? Jangan macem-macem ya," ancamnya.

"Nggak kok. Cuma..."

"Cuma apa? Lo mau beli Curcuma plus?"

"Cuma mau bilang, kalau...."

"Kalau apa, Abian?"

"Lo salah jalan. Rumah lo kan di sana, kenapa lo ke sini? Mau beli barang lagi?"

Aqila semakin gila dibuatnya. Setelah mengatakan itu, Abian tersenyum manis. Sangat manis hingga bisa membawa Aqila masuk dalam senyum itu. Aqila semakin salah tingkah oleh Abian.

"Idih...merah pipinya. Salting kan, lo..."

"A-apaan sih? Abian nggak jelas. Tau ih... pokoknya Aqila kesel sama Abian, titik."

Aqila pergi meninggalkan Abian yang masih senyum-senyum tidak jelas. Aqila bukan hanya menggemaskan jika di chat, pada aslinya gadis itu lebih menggemaskan hingga membuat Abian tidak bisa berhenti tersenyum.

"Gemes banget, anjir. Pengin gue cubit. Eh...jangan ding. Kasihan sama Aqila kalau kesakitan," ucap Abian dan melanjutkan tujuannya yaitu ke warung, sama seperti Aqila tadi. "Aduh parah, sih. Tadi, emak gue suruh beliin apa, ya?" gumamnya.

Abian berniat menghubungi sang mamah buat menanyakan barang apa yang ingin dibeli. Niatnya terpaksa harus dia hentikan saat melihat satu chat dari seseorang.

Aqila
| 🤬🤸🏻‍♀️

Abian tersenyum saat melihat tingkah random Aqila.

"Ada-ada aja nih cewek," ucapnya terkekeh.


.........
To Be Continued








CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now