[38] Saatnya Melepas

29 20 61
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Semua orang duduk di kursi tunggu dengan raut wajah khawatir. Jika mereka pikir Aqila segera sadar saat dibawa ke kamar sebelumnya, ternyata dugaan itu salah. Aqila tak kunjung sadar semenjak melihat foto itu. Entah sebuah kenyataan apalagi yang nantinya memaksa Aqila untuk menerimanya.

Bu Rahma tak melepas pelukan sang suami. Hatinya begitu sakit saat melihat Aqila tak sadarkan diri. Ruangan juga tak hentinya terdengar suara isak tangis dari sahabat-sahabat Aqila. Alinda yang tidak bisanya menangis, namun kali ini dia tidak bisa menahannya lagi.

"Aduh, kalian cewek-cewek jangan nangis mulu dong. Aqila masih hidup, belum meninggal. Jangan bikin kita uring-uringan," ucap Bayu.

"Lo bisa bilang gitu karena lo nggak tau seberapa sayangnya kita sama Aqila. Coba lo ngertiin, dong." Alinda membantah ucapan Bayu dan dia memalingkan wajahnya ke arah Talita. "Jangan asal ngomong," lanjutnya.

Berbeda dengan mereka semua. Di bagian ujung kursi tunggu, duduk seorang pria dengan tenang, namun tidak bisa dibohongi bagaimana dengan kondisi wajahnya. Tersirat sebuah kekhawatiran yang besar. Abian menatap lantai dengan hati yang terus mengucap beberapa doa untuk kesembuhan Aqila.

"Bang, lo tenang aja. Aqila nggak papa, kok. Dia kayaknya cuma shock. Gue juga nggak tau kenapa efeknya sampai gitu," ucap Devan.

"Iya gue tau, kok. Tapi, gue rasa ini ada kaitannya sama orang tua kandungnya," ucap Abian.

"Orang tua kandung?" beo Devan.

"Lo lupa ya? Mamah Maria sama Papah Mansyur, 'kan bukan orang tua kandungnya."

Devan kembali mengingat ucapan Aqila waktu itu. Aqila sudah menceritakan asal kehadirannya. Devan pun mengerti dan mulai memberikan praduga terhadap foto itu. Dia bisa tahu Aqila pingsan karena melihat foto itu.

Masalahnya apa sampai bisa bikin dia gitu? batin Devan.

Semuanya segera berdiri tak kala mendengar pintu ruangan tempat Aqila dirawat dibuka terbuka dan muncul seorang pria paruh baya dengan pakaian khas dokter. Abian lantas berdiri dan menanyakan kondisi Aqila dengan penuh harap serta was-was karena takut sesuatu yang serius menimpa gadis itu.

"Gimana Dok, kondisi temen saya?" tanyanya.

"Dengan keluarga Aqila?"

"Saya, Dok. Bagaimana kondisi anak saya?"

Semua orang segera melihat ke arah koridor yang tak jauh dari tempat mereka berada. Maria dan suaminya ada di sana dengan kondisi wajah yang khawatir. Beruntung Bu Rahma segera mengabari Maria jika Aqila ada di rumah sakit.

"Baiklah, Bu. Aqila hanya shock dan terkejut hingga membuat dia tak sadarkan diri. Hal itu terjadi karena sebelumnya dia menemukan sesuatu yang menurutnya buruk untuk diingat. Apakah itu benar?" tanya dokter.

"Iya, Dok. Tadi, Aqila menemukan sebuah foto kecil. Setelah itu dia tak sadarkan diri," ucap Nara.

"Itulah yang menyebabkan dia begitu. Kemungkinan dalam foto itu ada sesuatu yang memaksanya untuk menerima sesuatu  di luar dugaannya," ucap dokter.

Maria menatap bingung ke arah Nara. Wanita itu menghampiri Nara dengan rasa penasaran. Mungkin, terdengar aneh. Hanya karena sebuah foto bisa membuat putrinya drop hingga dirawat di rumah sakit kecuali jika itu adalah foto sesuatu yang sangat Maria jaga.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now