[29] Keputusan Berat

58 43 193
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Gemercik air hujan ikut menjadi pengiring malam yang sunyi. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya diam membiarkan akal dan hati untuk bertarung. Hal yang sangat dibenci oleh seseorang di mana dia harus membiarkan dua hal itu bertarung. Tak ada yang mampu membersihkan pikiran yang dimiliki Aqila saat ini.

Aqila duduk di dekat jendela dan mendongak membiarkan wajah cantiknya tersapu oleh angin malam disertai hujan. Terlalu lelah untuk memikirkan sesuatu yang beberapa jam lalu mengganggu pikirannya semenjak pulang dari kediaman Devan. Tiga wajah itu muncul bersamaan dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Please....gue capek. Mau hilang dari bumi." Aqila mengusap wajahnya kasar saat mengingat satu kebenaran yang membuatnya terus kepikiran. "Sekarang, gue harus gimana Ya Allah. Bingung," ucapnya.

Flashback

Aqila masih diam mencerna apa yang barusan terjadi. Mike sudah bermain dengan hewan peliharaan Devan bersama denga keponakan Devan. Dari empat orang yang ada di sana, hanya dia satu-satunya gadis yang berada di situ.

"Kalian saling kenal?" tanya Aqila.

Tak ada yang menjawab pertanyaan itu, justru mereka menunduk dengan melirik satu sama lain. Devan berdiri dan mengajak Aqila untuk keluar membiarkan Abian dan Adnan untuk tetap di sana.

"Dev...bisa lo jelasin? Kenapa...."

"Oke, sebelumnya gue minta maaf karena nggak bilang sama lo. Jadi, kita bertiga itu sepupu jauh," ucapnya.

Aqila menutup mulutnya. "Kok bisa sih? Jadi, selama ini gue..."

"Iya, Aqila. Selama ini lo mantannya Adnan sebelum lo pindah ke sini. Bener kan?" Aqila mengangguk sebagai jawaban. Devan tersenyum tipis menanggapinya. "Gue nggak tau kalau lo itu adalah salah satu korban dari Adnan waktu di pesantren dulu. Sebenernya...." ucapnya terpotong.

"Iya, gue tau. Gue ketipu sama penampilan Adnan. Waktu itu gue juga..."

"Jangan diterusin. Nah, ada satu hal yang harus lo tau kayaknya."

"Apaan? Jangan bikin penasaran, ngapa?"

"Abian bilang ke lo kan, kalau dia sibuk ngurusin pindahan sekolah?" Aqila mengangguk lagi. "Dia mau pindah ke sekolahan lo. Kita bertiga mau pindah ke sekolah yang sama kayak lo," ucap Devan membuat Aqila kaget. Kenapa Devan seolah tahu kalau dia dan Abian itu memang...saling kenal? Darimana dia tahu semuanya?

"Ya, gue tau karena dia sering cerita soal lo. Gue pura-pura nggak tau walaupun sebenarnya gue tau cewek yang Abian maksud adalah lo, Aqila."

Baiklah, Aqila sekarang bingung dibuatnya. Selama ini dia dekat dan kenal dengan tiga saudara sepupu. Parahnya lagi, di antara mereka ada yang memiliki sebuah sejarah dan tempat tersendiri di hati Aqila.

"Dan lo juga harus tau sesuatu Aqila," ucap Devan.

"Apa lagi sih?" tanya Aqila.

"Gue sama lo itu dijodohin sama orang tua kita masing-masing. Harusnya, lo tau sih selama ini sikap mamah lo kayak gimana ke gue," ucap Devan santai.

End of flashback

Aqila melangkah gusar menuju ranjang yang sudah lama memintanya untuk dimanja. Pikirannya kacau hingga membuat matanya sulit terpejam walaupun semakin larut. Aqila mengambil ponsel dan satu pesan muncul di sana.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα