[4] Insiden Kamar Mandi

83 54 25
                                    

Jangan lupa vote sama komennya ya...
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari di mana Aqila menjadi salah satu santri di Pondok Pesantren Al-Karim, sangat melelahkan baginya. Aqila yang biasa bangun melebihi jam 6 pagi, harus membuka matanya di jam 3 pagi untuk melakukan salat tahajjud. Tak jarang dari mereka yang menatapnya aneh, karena kaki yang harus ia paksakan melangkah dengan mata setengah terbuka.

Sembari menunggu giliran, Aqila duduk di teras masjid dengan bersandar di dinding. Gadis itu terkesiap saat sebuah cipratan air mengenai matanya yang hampir saja menutup sempurna. Terpaksa Aqila buka matanya dan menandai siapa yang menciptakan air tadi. Seorang gadis dengan jilbab berwarna biru terkekeh melihatnya.

"Bangun, woy! Waktunya tahajjud. Kelihatan banget kalau lo nggak pernah tahajjud," ucapnya.

"Anjir, lo apa-apaan sih? Ngagetin gue!"

"Ya, bangunin lo lah. Ya kali, gue mau ngemis sama lo."

"Lo kurang kerjaan atau gimana? Gue tandai lo, ya. Ganggu aja."

Bu Rahma datang mencoba untuk memisahkan dan menghentikan perdebatan dua muridnya. Talita dulunya juga sama seperti Aqila. Kedua gadis itu sama posisinya, hanya saja Talita lebih dulu berada di pesantren ini. Bu Rahma menggeleng melihat tingkah mereka berdua.

"Astaghfirullah, jangan berisik. Aqila, kamu harus jaga ucapanmu. Ingat, sekarang kamu ada di pesantren. Kurangi, setiap kata kasar yang kamu keluarkan. Sesungguhnya, ada dua malaikat yang senantiasa mencatat semua yang kamu lakukan. Allah Maha Mengetahui semua yang makhluk-Nya lakukan. Sesungguhnya, Dia juga mendengar semua yang dikatakan setiap makhluk-Nya," jelasnya.

"Dengerin tuh. Waktunya tahajjud, malah asik molor."

"Kamu juga Talita. Jangan lagi kamu kagetin Aqila. Bahaya kalau sampai jantungan. Kamu mau tanggung jawab?"

"Maaf, Bu. Habisnya, Talita gemes sama Aqila," adunya menunjuk Aqila.

"Udah, sekarang kamu siap-siap tahajjud. Aqila, kamu ambil wudu dulu. Nanti gabung sama yang lain."

Aqila masuk ke kamar mandi dan dia menemukan seseorang tengah menangis di pojok kamar mandi. Bulu kuduknya tiba-tiba merinding. Sejenak, dia ragu untuk menghampiri orang tersebut. Aqila takut, jika dia adalah hantu yang menyamar jadi santri.

"Aduh, gue samperin nggak ya? Tapi, ini jam 3. Gue takut kalau dia itu mba yang biasa gantungan di pohon toge."

"Eh, tapi ini kan pesantren. Enggak mungkin juga ada itunya."

Membayangkannya saja, tidak bisa dia lakukan. Tapi, setelah melihat detail orang tersebut, Aqila rasa dia bukan sosok yang dia pikirkan. Akhirnya, dengan kepala yang menengok ke segala arah, Aqila mendekat dan menepuk pundak orang tersebut.

"Mba, kenapa menangis?" tanyanya.

"Mba, kok nggak jawab? Mba punya telinga buat dengar, 'kan? Atau kamu bisu?"

Merasa tidak ada jawaban, Aqila mulai berkeringat dingin. Kakinya perlahan mundur dan tidak bisa berkata apa pun. Karena lama mundur, tak terasa punggungnya sudah merasakan dinginnya dinding kamar mandi. Wajahnya pucat, saat perlahan wajah orang di depannya menoleh ke arah Aqila.

"Mamah, Kunti!!" teriak Aqila berhasil membuat semua orang di masjid berhamburan menghampirinya.

"Astaghfirullah, ada apa? Kenapa kamu teriak, Aqila?" panik Bu Rahma.

"Bu, ada Mba Kunti. Dia lagi nangis di pojok kamar mandi. Saya tadi liat sendiri," ucapnya enggan membuka mata.

"Lo jangan ngarang, deh. Makanya bangun, jangan tidur mulu. Gini 'kan jadinya," ucap Talita.

"Serius, enggak bohong. Tadi, gue liat sendiri. Serem banget."

"Ada apa ini? Waktu salat tahajjud sudah lewat. Kenapa, kalian nggak salat?" tanya Abi.

"Ya Allah, Abi. Aku lupa, karena tadi kami tungguin Aqila."

"Lain kali harus segera, ya. Jangan hanya karena menunggu satu orang semuanya jadi ikut gugur. Nanti sia-sia," ucapnya.

Pesantren Al-Karim, memang seperti itu. Kondisi masjid yang tidak mampu menampung semua santrinya yang banyak, membuat perempuan dan laki-laki dipisah jika akan beribadah. Hingga saat ini juga, pihak pesantren sedang memperluas masjid agar bisa menampung semua peserta.

Lalu, bagaimana dengan imam? Untuk laki-laki, Abi biasa menjadi imam. Jika sedang ada urusan atau tidak ada di pesantren, maka digantikan dengan pengurus pondok lain yang biasa membantu semua urusan Abi. Sama halnya dengan perempuan. Jika Bu Rahma sedang berhalangan atau tidak ada, digantikan dengan santriwati yang lain.

"Tapi, apa yang membuat Aqila lama?" tanya Abi.

"Gini, Abi. Tadi waktu saya mau wudu, saya melihat cewek lagi nangis di pojok kamar mandi. Saya dekati dia dan coba tanya sama dia, apa yang membuatnya menangis. Tapi, waktu dia menoleh ternyata dia itu Mba Kunti," cerita Aqila mengundang tawa semua orang.

"Ya ampun, kirain apa. Dengar ya, Nak. Sebenarnya, semua itu memang benar. Allah SWT menciptakan semua makhluk-Nya dengan tujuan agar mereka beribadah pada-Nya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Az-Zariyat ayat 56," ucapnya.

"Artinya apa, Abi?" tanya Aqila

"Artinya, aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku," jawab Abi.

Aqila diam menyimak penjelasan Abi. Tetapi, dia juga masih merinding gara-gara kejadian yang dia alami. Rupanya, wajah takutnya terlihat jelas dan membuat seorang cowok terkekeh melihatnya. Dia adalah cowok yang kemarin dia tabrak. Kekehan kecil yang dia berikan berubah menjadi sebuah senyuman manis. Aqila dibuat kesal karena itu.

"Eh, lo yang di sana. Lo tertawa karena gue? Awas ya, lo. Gue doakan semoga nanti malam Mba Kunti datangin lo, terus minta lo nikahin dia," cetusnya.

"Coba saja kalau berani. Palingan, nanti kamu yang bakalan takut."

"Udah, Adnan. Sekarang, kalian pergi ke kamar masing-masing. Untuk ibu, pimpin anak-anak salat subuh. Jangan sampai kayak tadi," ucap Abi.

"Baik, Abi. Ibu akan pimpin."

Semua santriwan berhamburan ke kamar masing-masing untuk melakukan aktivitas paginya. Ada yang lanjut tidur, bersih-bersih, menyiapkan sarapan, dan lain-lain. Sementara, untuk santriwati masih di masjid untuk melaksanakan salat subuh.

Aqila diam mematung memperhatikan kamar mandi tempat dia tadi melihat sosok yang paling dibenci. Keberanian yang dia miliki hilang entah ke mana. Nyalinya kini menciut saat mengingat hal tadi.

"Lo mau telat lagi?" tanya Talita.

"Enggak. Talita, temenin gue ke kamar mandi, ya. Gue takut sendiri gara-gara tadi."

"Ya ampun, nggak mungkin juga itu setan demen sama lo. Ya udah, gue temenin. Tapi, gak pakai lama. Kalau lama, gue tinggal. Biarin lo didatangi dia lagi."

"Tega amat lo. Ya udah, cepetan nih. Daripada ketemu dia lagi."

Aqila masuk ke kamar mandi dan bersih-bersih sebentar, sebelum dia menuju ke tempat berwudu.

.............

Hallo guys...
Vote sama komennya jangan lupa ya...

CONVENIENCE (Kenyamanan)Место, где живут истории. Откройте их для себя