[31] Mereka Datang

59 39 141
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Suara azan subuh sudah berkumandang menggema indah di sepinya waktu pagi. Kokokan ayam ikut meramaikan pagi buta dan membuat siapa saja yang mendengarnya akan terbangun. Cahaya matahari belum mau menunjukkan wajahnya dan masih berselimut awan gelap di ufuk timur sana.

Lantunan ayat suci terdengar samar di pendengarannya. Semakin lama semakin jelas karena kedua mata indah itu mulai terbuka membiarkan cahaya lampu tamaram kamar masuk ke pupil mata miliknya.

Gerakan kecil juga ikut terlihat. Dia menggeliat hingga matanya sempurna terbuka. "Huam...jam berapa sekarang? Gue nggak kesiangan kan, ya?" tanyanya sambil mengucek matanya yang masih buram untuk melihat. "Ah, belum. Baru azan subuh. Gue salat dulu lah," ucapnya saat kedua matanya usai melihat jam.

Aqila melangkah ke kamar mandi, hingga sadar satu hal. Biasanya saat membuka mata, ada anak kecil yang masih terlelap di sampingnya. Lalu tadi, ke mana anak itu?

"Ehh, iya. Bisa-bisanya gue lupa adik sendiri. Mike ke mana, ihh?" gumamnya dan membalikan tubuh. "Eh, seriusan di mana Mike? Kok bisa ngilang gitu sih? Dia nggak jadi ultramen kan?" ucapnya.

Aqila melihat ke sekitar kamarnya, bahkan lemari juga ikut dia buka. Siapa tahu, Mike sembunyi di sana, pikirnya begitu. Setengah jam berlalu, masih aja belum menemukan Mike. Saat ingin menyerah, Aqila melihat sebuah kaki yang menyembul di bawah ranjang. Aqila takut, namun tetap dia dekati. Saat ingin menarik kaki itu, terdengar lantunan Al-Qur'an yang sangat merdu.

"Hah, kenapa..." Aqila mulai penasaran. Tangannya bergerak secara pelan menarik kaki itu. "Ya Allah semoga yang hamba tarik bukan kaki pocong atau kuntilanak," lanjutnya.

Satu tarikan, kaki itu keluar bersama dengan bagian tubuh yang lainnya. Aqila terkejut dan reflek menutup mulutnya saat melihat siapa yang ada di bawahnya sekarang. Demi apa pun, Aqila ingin teriak saat sekarang juga.

"MIKE! KAMU NGAPAIN DI BAWAH RANJANG KAKAK?" teriaknya terkejut.

"Ish Kak Aqila jangan teriak bisa nggak sih? Ganggu aja lagi dengerin enak gini," ucap Mike.

"Lagian ngapain di bawah? Cari kecoa atau ngapain? Bikin orang panik aja kamu. Kakak pikir kamu hilang." Aqila mengusap wajahnya kasar sembari menormalkan kembali keadaannya yang kacau. "Terus, ini hp kakak kenapa ada sama kamu? Suara siapa itu yang lagi kamu dengerin?" tanyanya.

"Bagus nggak, Kak? Adem banget suaranya. Mike suka banget," ucapnya polos.

Aqila mengambil alih ponsel yang ada di tangan Mike. Dia melihat apa yang sedang adiknya buka. Amarah dan kesalnya semakin menjadi saat melihat chat WA yang penuh chat antara Mike dan Abian. Matanya melotot sempurna saat membaca chat.

"Aaa....! Kenapa kamu chat gini sama Abian? Dia pikir itu kakak yang balas," ucap Aqila frustasi.

Abian
| Aqila udah bangun?
| Maaf soal perkataan kemarin.
| Anggap nggak pernah terjadi apa-apa.

Aqila
Nggak papa, kok |
Sayang udah bangun? |

Aqila menepuk dahinya keras. Bagaimana bisa Mike sebodoh itu? Jika begini, pasti Abian berpikirnya lain, karena dia yang pada dasarnya menyukai dirinya, lalu tiba-tiba mendapat kalimat seperti itu pasti akan menuai sebuah harapan. Walaupun Aqila sendiri juga mengharapkannya dan soal perjodohan dengan Devan hanya mimpi buruk yang akan hilang.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant