[61] Kejutan Mendadak

44 22 75
                                    

Happy reading
.
.
.
.

"Terima kasih, Rahma. Kamu udah bantu buat jaga pondok ini sementara. Maaf kalau misalkan ada kesalahan para santri di sini waktu kamu jaga pondok ini," ucap Ani.

"Jangan gitu atuh, Ani. Enggak papa lah. Aku malahan seneng bisa ke sini. Kapan lagi bisa ke pondok yang maa syaa allah ini."

Aqila sedari tadi hanya menyimak perbincangan dua sahabat itu. Abi pun tengah berbincang dengan abah. Mereka tiba ke tanah air pagi tadi ba'da subuh. Bersyukur karena mereka kembali. Aqila jadi bisa untuk pulang ke pondoknya lagi. Dia sangat merindukan sahabat-sahabatnya dan suasana pondok di sana.

"Nak, gimana di sini? Kamu suka?" tanya Nyai Ani.

"Ehh, Ibu. Suka kok. Cuma Aqila kangen sama suasana pondok punya umi sama abi. Soalnya setiap harinya Aqila habiskan di pondok itu sama temen-temen Aqila."

"Maklum, Nak. Tapi kamu, umi, sama abi kamu jangan pulang dulu ya. Hadir di sini dulu. Soalnya besok ada acara di sini."

"Acara? Acara apa, Bu?"

"Besok akan ada acara haflah al-qur'an. Sekaligus syukuran kembalinya ibu dan keluarga dari tanah suci," ucap Ani lembut sembari mengusap rambut Aqila yang tertutup jilbab. "Kamu bisa tahan kan?" ucapnya dengan senyumannya.

"Oalah, jadi yang hadroh pada anu buat acara itu toh. Ya udah, Bu. Gak papa Aqila tahan satu hari lagi," ucap Aqila.

"Alhamdulillah. Tenang aja, Nak. Nanti sahabat-sahabat kamu sama beberapa perwakilan dari pondok Rahma akan ke sini. Nanti kalau udah, kamu pulangnya bisa sekalian sama mereka."

"Oke, Bu. Akhirnya Qila bisa ketemu sama sahabat prik Aqila," ucapnya senang. "Ya udah, Qila mau ke dalam dulu. Assalamualaikum," pamitnya kemudian loncat-loncat seperti anak kecil.

Nyai Ani hanya bisa tersenyum. Gadis seperti Aqila masih nampak seperti anak kecil umur lima tahunan. Dia pun menepuk kecil bahu Umi Rahma sembari tertawa kecil. Aqila terlihat sangat menggemaskan di mata Nyai Ani.

"Rahma, Rahma. Kamu dulu hamil Aqila ngidam apa? Kok bisa lucu kayak gitu," ucapnya terkekeh.

"Aku juga enggak tau sih. Perasaan dulu kata almarhumah umma, kecilnya aku enggak kayak gitu. Malahan kata beliau, biar aku kecil tapi seperti dewasa. Ini kok malah sebaliknya. Piye toh," ucap Umi Rahma.

"Ada-ada aja. Gak kebayang kalau nanti dia udah nikah bakalan tetep kayak gitu apa enggak," ucap Nyai Ani dan Umi Rahma hanya tersenyum.

"Ya udah, masuk saja. Kamu pasti masih capek," ucap Umi Rahma dan menggaet lengan Nyai Ani untuk masuk ke ndalem.


******

Sore ini Aqila sedang melihat you tube terkait dengan beberapa model kerudung. Kebiasaan Aqila jika sedang gabut alias tidak ada kerjaan, dia selalu melihat tutorial semacam itu. Alhasil, jika sudah berkaitan dengan model jilbab atau semacamnya, Aqila sangat menguasai hal itu.

"Kira-kira gue mau pakai yang kayak apa ya, buat acara haflah besok?"

Jarinya dengan lihai mengetik dan menyentuh beberapa tutorial yang menurutnya bagus. Di depannya sudah ada jarum pentul, aksesoris jilbab, dan lain-lain. Untungnya saat ini dia tengah mengenakan pasmina, jadi ia tidak perlu untuk mengambil dari koper atau lemari yang ada di sana.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now