[68] NaHa (Nara & Hafiz)

62 37 146
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Gelak tawa memenuhi sebuah ruangan yang dominan berwarna putih. Entah sudah berapa banyak topik yang mereka bicarakan, namun yang pastinya seru sehingga membuat mereka tertawa lepas.

"Udah-udah, gue enggak kuat liat muka Nara udah merah kayak gitu sumpah," ucap Alinda.

"Tau tuh si Talita sama Aqila. Ngomongnya ngelantur nggak jelas," ucap Nara menunduk.

"Na, kek mana rasanya malam pertama? Gue enggak habis pikir sih sama lo," ucap Talita.

"Iya yah. Secara lo kan enggak pernah yang namanya sentuhan sama cowok lah itu. Bwahahahah." Aqila tidak bisa menghentikan tawanya membayangkan malam pertama sahabatnya itu. "Aduh...aduh. Capek gue," lanjutnya.

"Tapi gue penasaran juga sih ya. Pasti belum apa-apa lo udah kejang-kejang kayaknya. Apa tantrum?" tanya Alinda.

"Iya. Kayak gini kejangnya." Talita memperagakan kejang-kejang dan berhasil membuat Aqila semakin malu tidak tertolong. "Wah kalau gue tau sih, mau ngintip. Keknya seru deh, " ujar Talita.

"Udah kejang, nanti si Nara kek gini. Ayolah Mas," ucap Aqila.

Blush. Nara semakin malu dibuat oleh ketiga sahabatnya. Tapi memang benar sih baru disentuh sedikit Nara sudah kejang dan sesak napas saat itu. Padahal itu baru digenggam tangannya oleh suaminya. Tapi, kejangnya tidak seperti itu juga. Tunggu? Kenapa jadi bahas gimana dia saat malam pertama?

"Ih kalian mah rese. Ya enggak gitu juga kali. Udahlah kalian ganggu aja sih," ucap Nara.

Ya, saat ini mereka tengah berada di rumah Nara dan suaminya yakni Gus Hafiz. Beruntungnya saat memutuskan menikah pun, pria yang dikenal dingin itu sudah mempersiapkan semua. Pekerjaan tetap, rumah, dan semua hal yang dibutuhkan jika sudah menjalin rumah tangga. Sehingga Nara tinggal berusaha jadi istri yang baik dan menaati suaminya.

Tiba-tiba sosok dengan baju Koko putih, sarung hitam, dan peci hitam masuk ke dalam rumah. Tangan kanannya membawa sebuah kitab kecil. Dia tengah selesai mengajar di pondok. Nara yang melihatnya pun terpesona walaupun pada faktanya dia sudah sering melihatnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh," salamnya dan membuat keempat gadis itu menoleh ke sumber suara.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh," jawab mereka serempak.

"Em, bentar ya. Mas Hafiz udah pulang," ucap Nara tersipu.

"Cielah, udah jangan malu-malu napa? Biasa aja, kita nggak liat kok," ucap Aqila dengan tatapan mata yang begitu memelas.

"Lo kenapa matanya gitu?" tanya Nara.

"Enggak papa. Cuma mengsedih aja. Guys, yok lah kita cari tiang," ucap Aqila.

"Lah, buat apa?" tanya Talita.

"Udah kalau nggak kalian bakal nyesel. Na, udah sana urus suami lo dulu."

"Dih, Aqila makin nggak jelas," ucap Nara .

Gadis dengan cadar merah marun itu menghampiri suaminya dan mencium tangan suaminya dengan khidmat. Kemudian dia mendongak membiarkan Gus Hafiz mencium kening, hidung, kedua mata dan terakhir bibirnya walaupun tertutup kain cadar. Nara sedikit terkejut karena biasanya mereka seperti itu jika berdua. Kali ini ada ketiga sahabatnya.

CONVENIENCE (Kenyamanan)Where stories live. Discover now