1. Xelse Cafe

2.6K 320 90
                                    

"Selamat siang Kak Vio cantik jelita tiada tara. Mathca smoothie dan pancake strawberry. Ada lagi?" Itu suara Fara, yang seperti biasa menyambut kedatangan Flavio di depan pintu masuk kafe.

Flavio mendengus, memutar bola matanya malas, "Udah sana, gak  pake lama." Usir Flavio dan berlalu menuju meja sudut tepat di bawah jendela, meja favoritnya.

Dan satu-satunya meja yang tidak pernah di tempati pengunjung lain selain Flavio. Meja istimewa yang telah sang owner hak patenkan atas nama Flavio sebagai tanda terimakasih, katanya.

"Siap!" Seru Fara. Gadis itu tampak senang sekali, semenjak Pak Bosnya mengambil kendali atas kafe, tugasnya jadi sangat mudah.

Axelsen yang memang tidak pernah menutup-nutupi aksi pendekatannya terhadap Flavio di depan para karyawannya, menugaskan Fara sebagai waiters khusus untuk Flavio.

Tugasnya hanya menyapa Flavio tiap kali masuk kafe, memastikan Flavio tidak butuh waktu lama untuk menunggu pesanannya, juga memastikan kalau Flavio benar-benar nyaman di tempat duduknya.

Mudah bukan? Flavio hanya mengunjungi kafe sehari sekali setiap jam makan siang, menu pesanannya itu-itu saja, mejanya sudah pasti tidak akan ada yang berani menempati karena telah di desain sedemikian rupa.

Artinya, dari pagi sampai siang, Fara bebas dari pekerjaan. Kabar baik lainnya, gaji Fara jelas lebih tinggi. Beri tepuk tangan dulu untuk Fara, Kawan.

Dan jangan lupa beri terima kasih pada Flavio.

Baiklah, kini Flavio sedang memandang setiap sudut kafe, pengunjung mulai berdatangan. Wajah mereka tampak familiar bagi Flavio karena saking seringnya ia kesini.

Tapi jika diperhatikan lebih detail, ternyata pengunjung lebih dominan perempuan sekarang.

Yups! kepulangan Ax dari Birmingham dan kabar menetapnya ia di Indonesia memang menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa pengunjung.

Siapa yang tidak suka jika ownernya tampan dan ramah. Sepertinya jika ia tidak bernyanyi disini selama seminggu pun tidak akan jadi masalah lagi, karena fokus pengunjung saat ini berada di Ax. Bukan dirinya.

Pandangan Flavio jatuh pada beberapa orang yang sedang berkumpul memainkan board games, sebenarnya ia juga ingin. Tapi ia harus cepat kembali ke kantor untuk menemani papanya menemui rekan bisnis, sesuai permintaan Mama Fani.

Permintaan mutlak. Tidak bisa di ganggu gugat.

Pesanan datang, tapi bukan Fara yang mengantar,

"Hei, gak lama kan?" Sapa Ax. Lelaki itu menata pesanan di atas meja. "Fara lagi sibuk, makanya gue yang anter," Jelasnya tanpa diminta.

Axelsen, owner kafe ini datang membawakan pesanannya. Menjadikan mereka pusat perhatian kini.

Flavio tidak peduli, ia menguncir rambutnya asal dan menikmati makanannya dengan tenang, tidak peduli pada Ax yang telah duduk bertopang dagu memperhatikannya sejak tadi.

"Enak?"

Flavio mengangguk singkat.

"Yang buat gue,"

Tangan Flavio yang sudah akan menyuap pancake ke mulut berhenti, senyumnya mengembang tipis. "Lumayanlah, lo turun pangkat aja jadi chef, biar sibuk di dapur."

"Emang kenapa kalo gue sibuk di dapur?"

"Ya biar sibuk, biar gak gampang flirting kayak sekarang," Flavio melanjutkan makannya.

"Flirting?" Kekeh Ax. Ia menyandarkan punggungnya, menggulung lengan kemeja sampai batas siku. "Gue gini aja udah banyak yang kegoda,"

Flavio mengangkat bahunya acuh, "Ya gapapa sih ya kalo itu emang trik marketing, gue rasa berhasil, fans lo makin numpuk tuh, menjelma jadi pengunjung,"

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now