12. Portofolio

670 135 165
                                    

"Nanti kalo bersihin wajah gue jangan salah tingkah ya, Ax. Jangan marathon juga jantungnya."

Memilih tidak menjawab, Ax langsung menjalankan mobilnya menuju Xelse Cafe.

Karena percuma juga menjawab ucapan random Flavio. Yang ada ia akan lebih dulu salah tingkah sebelum benar-benar membersihkan wajah itu.

Sampai di Xelse Cafe, Ax mengajak Flavio ke ruangannya. Flavio duduk sembari menunggu Ax mencari tisu basah dari dalam lemari.

Sesaat kemudian Ax kembali dengan tisu basah di tangannya. "Enggak cemong-cemong banget. Masih cantik," ucapnya membuka pembicaraan. Tangannya lihai membersihkan peluh bercampur noda hitam di wajah Flavio.

Mati-matian lelaki itu menahan gugup duduk berhadapan sedekat itu dengan gadis yang ia suka. Berbanding terbalik dengan Flavio yang justru terlihat sangat santai. Tanpa beban.

Bahkan gadis itu sengaja meletakkan tangannya tepat di jantung Ax. Sambil tersenyum remeh ia berkata, "Ax, lo secupu ini atau emang gue yang kegedean aura sih?"

"Kasian jantung lo kalo terus-terusan gini,"

"Flavio,"

"Apa?"

"Flavio pliss,"

Flavio tertawa. Ia menjauhkan tangannya. Gadis itu juga merubah posisi duduk tidak lagi menghadap Ax.

"Lo mau deketin gue kan, Ax? Sekarang gimana caranya lo bisa narik perhatian gue kalo detak jantung lo aja berpotensi bikin gue ilfeel?"

🦩🦩🦩

Tidak seperti malam biasanya, malam ini setelah selesai dengan urusan di meja makan Flavio duduk di taman belakang.

Di temani kerlip lampu taman yang membantu tanaman koleksi Mama Fani tetap bisa menunjukkan eksistensinya walau langit gelap.

Di pangkuan Flavio sudah ada laptop. Sarah baru saja mengirimkan e-mail tadi. Dan Flavio segera membukanya.

Tak lama berselang, satu panggilan masuk. Flavio mengangkatnya. Juga mengaktifkan loadspeaker.

"Selamat malam, Ibu Flavio."

"Malam, Sarah."

"Selamat Ibu Flavio. Ide yang Ibu sampaikan tadi pagi bisa di terima dengan sangat baik oleh semua staf HRD. Mereka sangat semangat mencari calon karyawan sesuai kriteria baru yang ibu minta,"

"Kami telah menyortir semua berkas yang masuk. Bahkan kami banyak menemukan prestasi-prestasi baru yang sesuai dengan budaya kantor dan belum pernah kami temukan sebelumnya."

"Sudah ada dua puluh calon karyawan yang siap di interview. Dan sisanya akan segera kami selesaikan setelah lowongan kerja di tutup."

"E-mail yang saya kirim adalah berkas hasil sortiran kami. Semua cv dan portofolio pelamar sudah saya ubah secantik mungkin agar Ibu Flavio senang membacanya."

"Benarkah, Sarah?" Flavio tampak antusias mendengar penuturan tangan kanannya. Gadis iti segera membuka e-mail. Dan benar saja, dua puluh portofolio cantik terpampang di layar laptopnya.

"Wow," kagum Flavio spontan. "Sarah ini..."

"Saya harap Ibu suka. Karena bagaimanapun, interview juga butuh persiapan tentang data diri calon karyawan. Dan dengan begitu, Ibu bisa mempelajari data diri para calon karyawan dengan senang."

"Sarah saya harus bilang apa? Kamu dan tim sudah sangat bekerja keras,"

"Kami bisa bekerja keras karena memiliki atasan pekerja keras. Kami hanya sedang meneladani atasan kami yang selalu membantu meringankan pekerjaan stafnya."

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now