57. Finally, Flavio Knows

396 41 24
                                    

Sudah tiga jam Teo diuji kesabarannya oleh sang calon istri, Safara Rafika Johanson. Semua hanya karena satu masalah, cincin perkawinan.

Teo heran mengapa perempuan seolah tidak kenal kata lelah jika sudah berurusan dengan dunia belanja, make up, perhiasan dan kawan-kawannya.

Mungkin Teo lupa, jika lelaki juga tidak akan kenal kata lelah jika sudah dihadapkan dengan game, bola dan memancing.

"Ay, udah ada yang nyantol belum? Kalo belum aku tinggal bikin candi dulu nih," kata Teo jengah.

Fara mendelik ketika ucapan tunangannya itu membuat pegawai toko tertawa, "bikin candi buat anak ayam maksud lo?"

"Buat anak kita, Ay."

Fara mendesis, tidak menggubris ucapan Teo dan lanjut berdiskusi tentang model cincin yang ia inginkan bersama seorang pegawai toko.

Teo mendekat lalu berbisik, "Ay, kenapa gak minta tolong PCR aja? HS Jewelry kan bagus-bagus."

"Begitu juga boleh, habis ini kita kesana."

Salah omong, Teo! Selamat, kamu akan lebih lama mengikuti ujian kesabaran hari ini.

"Mbak, itu bagus banget!" seru Fara ketika melihat salah seorang pegawai toko membawa kotak berisi cincin berlian dengan model yang sangat indah.

Pegawai toko yang melayani Fara tersenyum, "betul, sangat indah. Itu dipesan langsung oleh model Internasional, Zea Elena."

"Uhuk uhuk," Teo tersedak air liurnya. Sementara Fara melotot tak santai.

"Serius, Mbak?" tanya Fara yang dijawab dengan anggukan.

"Permisi."

Sapaan di sebelahnya membuat Fara menoleh, "Zea?"

"Fara?"

Belum sempat Fara sadar dari keterkejutan, Nyonya Samuel turut menghampiri Zea, menanyakan perihal cincin pesanan.

"Nek?" sapa Fara ragu-ragu.

Nyonya Samuel menoleh, sedikit terkejut lalu tersenyum lebar. "Kalian teman Axel, bukan?"

Fara dan Teo mengangguk, menyalami tangan Nyonya Samuel sopan.

"Kalian juga pesan cincin?"

"Iya, Nek. Cincin nikah," jawab Teo.

"Wah, sudah mau menikah? Axel juga sudah- "

"Nek," Zea memotong. "Zea tiba-tiba tidak enak badan."

"Oh, yasudah yasudah. Mbak, tolong segera selesaikan administrasi." ujar Nyonya Samuel memberikan black card kepada pegawai toko.

Fara semakin ternganga, "itu cincin ... "

"Ah, itu cincin untuk pemotretanku besok. Sengaja aku sendiri yang memesan." sambung Zea cepat.

Sampai Zea dan Nyonya Samuel sudah pamit dan menghilang dari pandangan, hati Fara masih merasa ada yang janggal.

Teo yang mengerti kekhawatiran calon istrinya, memberi rangkulan menenangkan. "Jangan mikir macam-macam, Ay. Jangan asal cerita ke Vio juga."

"Lo ngerasa ada yang gak beres gak sih, Te?"

"Enggak, cuma kebetulan."

🦩🦩🦩

Sekarang hari Sabtu, nanti malam adalah malam Minggu. Malam yang panjang, malam yang asik buat pacaran, kata Jamal Mirdad.

Flavio juga mau menghabiskan malam nanti bersama Axelsen. Apalagi jika cuaca cerah, langit akan menampilkan bulan purnama.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now