11. Ganti Ban

730 138 139
                                    

Sejak pagi tadi, Flavio terus memandang ngeri pada tumpukan berkas di depannya. Itu berkas lamaran kerja calon karyawan baru yang telah di saring oleh bawahannya dan siap di interview.

Ya. Minggu depan Higashino Corp akan kehilangan dua karyawan kompeten yang harus undur diri karena pensiun. Jadi, harus mendapat pengganti secepatnya.

Dan tentu saja, hal tersebut berdampak pada tugas Flavio beserta staf HRD yang lain.

Yang jadi masalah adalah, Flavio sangat anti dengan benda bernama berkas, dokumen, atau apalah itu. Flavio sangat-sangat anti!

Ini salah satu alasan mengapa ia memilih posisi HRD sekalipun ia mampu mengemban amanah direktur kedua yang sekarang telah menjadi tanggung jawab kakaknya, Edgar.

Sesimpel itu. Flavio... tidak rela otak cantiknya penuh dengan ribuan bahkan jutaan susunan huruf setiap hari!

Lalu sekarang, ia harus mengecek satu-persatu berkas di hadapannya itu? Oh tidak! Tumpukan berkas yang sudah seperti anak krakatau itu bahkan terlihat lebih menyeramkan dari dua badut yang mencegat jalannya tempo hari!

"Gue bisa. Tapi maleess... aarghh. Plis Tuhan, apapun itu asal jangan berkaaas. Huwaa," Frustasi Flavio meratapi nasibnya.

Flavio yakin. Jika ada Fara di sampingnya sekarang, sahabatnya itu pasti sudah gatal ingin menoyor kepalanya.

"Katanya anak rajin, tapi males baca dokumen."

"Ayolah, Vioo. Otak lo jangan di anggurin mulu."

"Cewek se-perfek lo ternyata bisa jadi gila cuman gara-gara ginian, Vi? Seriously?"

Begitulah kiranya omelan-omelan yang akan keluar dari mulut Fara untuk mengalihkan rasa gatal di tangannya yang ingin sekali menoyor, atau setidaknya menimpuk kepala Flavio dengan bantal.

Tok tok tok.

Suara pintu di ketuk dari luar. Lalu perlahan terbuka setelah Flavio mempersilahkan.

Di ambang pintu, Sarah -staf HRD kepercayaan Flavio- berdiri dan tersenyum manis pada atasannya. Sedang yang di beri senyum malah ingin muntah melihat apa yang ada dalam dekapan staf-nya tersebut.

"Siang, Bu. Ini berkas lamaran kerja yang masuk hari ini." Tumpukan berkas yang semula berada di dekapan Sarah kini berpindah di meja Flavio.

Membuat jelmaan anak krakatau kian berubah menjadi induk krakatau. Mungkin?

"Ehem." Flavio menelan saliva. Bagaimanapun caranya, ia harus bisa terhindar dari benda di depannya ini.

"Sarah, duduk." Suruhnya. Sarah menganut.

"Kamu yakin dengan semua dokumen yang kamu taruh di meja saya ini?"

Di tanya seperti itu, Sarah mengangguk ragu. "Ya- yakin, Bu."

"Kamu yakin sudah menyaringnya sesuai kriteria?"

"Sudah, Bu. Semua berkas yang masuk sudah kami saring sesuai standar Higashino Corp. Jadi semua pemilik berkas ini memang layak mendapat kesempatan untuk interview."

"Berapa standarnya?"

"Tiga koma lima."

"Naikkan menjadi tiga koma delapan,"

"A- apa? Maaf, Bu tapi... apa itu tidak terlalu tinggi?"

"Kita butuh karyawan cerdas, Sarah."

"I-iya saya paham. Tapi, Bu... semakin tinggi standar, bukankah kesempatan interview juga akan semakin di dominasi oleh kalangan calon penerus perusahaan lain yang memang cerdas dan ingin dekat dengan Ibu? Ups!" Kamu salah bicara, Sarah.

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now