3. Dua Ribu Tiga

1.4K 228 97
                                    

"Mamiku di surga, Mami tau kan kalo Fara ini anak baik? Iya Mami pasti tau. Fara sebenernya gak mau berbuat jahat, Mami... tapi ini yang minta Bos Ax."

"Fara anak baik ini rela berbuat jahat untuk nolongin Bos Ax, biar Bos Ax bisa deket sama Vio. Gak jahat-jahat banget kok, Mami."

"Fara mau Vio bahagia kayak Vio mau Fara bahagia. Soalnya semenjak Mami pergi gak ada lagi yang peduli sama Fara. Papi juga udah lupa sama Fara. Cuma Vio satu-satunya yang Fara punya, Mami."

"Nanti kalo Mami mau marah, marahin aja Bos Ax... Oke, Mami?"

"Udah minta ijinnya?" Sela Ax.

"Hehe, udah..."

Sekarang ini Axelsen, Fara dan Teo tengah berada di Xelse Cafe, bersiap menemui Flavio di Panti Higashino.

Ya, setelah kemarin Fara tidak berhasil membujuk Flavio datang ke Xelse Cafe sesuai permintaan Ax, dan Flavio malah mengirim sopir untuk menjemputnya, gagal sudah rencana Ax.

"Kali ini gak boleh gagal." Seru Ax optimis.

Mereka bertiga berangkat dengan mobil Ax menuju Panti Higashino. Panti yang didirikan oleh Papa Yugo dan tanggung jawabnya telah berada di tangan Flavio.

Jika Senin sampai Kamis Flavio berangkat ke kantor dengan penuh ketidak-ikhlasan, maka lain halnya dengan mengunjungi panti menjelang akhir pekan.

Flavio selalu terlihat semangat saat hari Jumat tiba. Gadis itu akan menghabiskan waktu seharian di Panti hanya untuk mengamati aktivitas anak-anak di sana.

"Sampaiii..." Fara segera turun dari mobil setelah Ax mematikan mesin.

Di hari Jumat, Fara juga harus masuk kerja dan mendapat tugas seperti karyawan lainnya karena Flavio tidak berkunjung, jadilah Fara jarang ikut ke panti akhir-akhir ini.

Kehadiran Fara di sambut teriakan rindu dari para penghuni panti. Ia segera berlari masuk panti setelah sebelumnya berpamitan pada Teo dan Ax, membiarkan dua lelaki itu melakukan tugasnya selagi Fara menahan Flavio di dalam.

"Oke, sekarang kita samperin mobil Flavio." Ax memberi instruksi.

Mereka berjalan menghampiri satu-satunya mobil paling mencolok di area parkiran panti.

Ax dan Teo berdiri di samping mobil mahal Flavio. Gerak-gerik keduanya yang mengamati keadaan sekitar benar-benar mencurigakan.

"Oke. Aman, Mamen. Buruan, buka penutup angin."

"Lo nyuruh Gue?" Protes Ax saat Teo menyuruhnya seenak jidat.

"Lah. Kalo bukan lo siapa? Gue?"

"Iyalah. Emang ada direktur utama perusahaan ngempesin ban mobil orang?"

"Gue juga calon penerus CEO perusahaan loh,"

"Perusahaan kecil maksudnya?"

"BUSET. Punya sohib suka ngomongin aib. Gak, gak! Yang mau deketin Vio kan lo, kenapa jadi gue?"

"Brother gak?"

"Gak!"

"Ck. Coba lo bayangin, Te. Kalo pas gue jongkok, muter-muter penutup angin, terus ada orang dateng ngenalin gue, anjlok harga diri gue."

"Nanti naikin lagi kalo BBM naik."

"Lo kira harga cabe?" Ax memukul bahu Teo kesal. "Buruan, keburu keluar nanti Flavio."

"Sumpah, Mamen. Lo tau perusahaan gue perusahaan kecil, lo malah nyuruh gue ngelakuin hal keji gini, kabur semua nanti rejeki gue."

"Justru karena perusahaan lo masih kecil, hal keji kayak gini lebih pantes di lo."

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now