26. Flavio in Action

443 92 94
                                    

Bejana berisi susu tidak akan pernah memberikan air payau. Apa yang keluar dari anda, adalah apa yang anda simpan di dalam.

~Flavio Higashino~

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Karena ucapan Jesselyn yang asal ceplas-ceplos kemaren itu, kini Edgar dan Axelsen mulai curiga.

Sepertinya Ax pun sudah bercerita pada Edgar tentang luka di lengan yang tiba-tiba Flavio alami.

Flavio bersyukur atas satu hal. Ax tidak sempat melihat anak panah yang tergeletak di dekatnya.

Karena kalau sampai kemaren Ax melihat itu, sudah pasti akan terbongkar semua yang ia sembunyikan belakangan ini.

Sekarang waktunya tidak banyak. Ia harus cepat membereskan masalah ini sebelum keluarganya mengetahui. Rencana sudah ia susun sedemikian rupa agar tidak ada yang curiga.

Itu semua karena kotak pemberian gadis cilik yang ia temui dalam perjalanannya pulang dari Rumah Sakit.

Kotak itu berisi sebuah tuspin berbentuk flamingo. Dibuat khusus dengan taburan berlian dan sutra pilihan.

Benar-benar menunjukkan betapa congkaknya sang pembuat. Dan sangat cocok jika Flavio kenakan sebagai hiasan blazer kantornya.

Tapi Flavio tentu tidak akan pernah mau memakai
barang sogokan itu! Untuk membeli pabriknya saja ia mampu.

"Mari kita lihat sampai dimana batas kesombonganmu, Mrs. Carolina Steinmetz!"

"Siapa suruh bawa-bawa flamingo? Flamingo is my life, you know?"

🦩🦩🦩

Flavio sudah berdiri di lapangan terbang, tepat di depan jet pribadi keluarga Higashino.

"Sudah siap, Nona?" Seorang pramugari bertanya pada Flavio.

"Sudah,"

"Mari. Jet akan take off 30 menit lagi."

Perjalanan udara Jakarta-Birmingham harus menempuh 18-19 jam dengan kecepatan pesawat biasa.

Namun dengan jet Higashino, hanya memerlukan sekitar 10 jam berkat kecepatannya yang mencapai 1,7 Mach.

Setelah mengudara 10 jam, jet yang Flavio tumpangi berhasil lepas landas di Bandara Internasional Birmingham.

"Tolong segera siapkan Lamborghini merah." Ucap Flavio saat akan turun dari jetnya.

"Apa anda tidak ingin beristirahat terlebih dahulu, Nona?" Tawar seorang pramugari dengan sopan.

Ia mengkhawatirkan kondisi fisik Flavio yang mungkin saja terserang jet lag karena telah mengudara cukup lama.

Namun Flavio tetap Flavio si keras kepala. Fisiknya nomor dua, memberi pelajaran pada yang sudah mengusik ketentramannya, itu yang utama.

Cukup lama Flavio menunggu mobil yang ia inginkan datang. Gadis itu menunggu di salah satu kafe di Bandara.

Waktu setempat menunjukkan pukul 11.30 siang. Itu artinya di Indonesia kini sudah muncul senja.

Flavio harus mencari alasan masuk akal untuk mengelabuhi orang rumah.

"Halo, Pa." Sapanya melalui sambungan telepon.

"Yes, Princess. Ada apa?"

"Pa, Vio ijin nginep di rumah Fara, ya."

Sweet IndependentWhere stories live. Discover now